04. Takut dan kecewa

456 23 0
                                    

Jasmine pulang dari kantor papanya, tadi ia ke kantor papa bersama mama. Membawa makanan untuk makan siang papa.

Jasmine rindu, masa-masa saat papa memanjakannya. Ia rindu dengan kecemburuan kak Agatha karena papa lebih dekat dengannya. Rindu mengusili kak Agatha bersama bang Gilang.

Intinya Jasmine rindu semua itu. Sebelum kejadian adanya Key didalam rahimnya.

Tapi perlahan-lahan, Jasmine pasti bisa mengembalikan keadaan seperti dahulu. Walaupun membutuhkan waktu yang lumayan lama.

Jasmine melihat putri kecilnya diruang keluarga sedang menggambar ditemani unclenya, uncle Gilang. Sebelum menghampiri mereka, Jasmine lebih dahulu membersihkan tubuhnya.

"Hai anak bunda yang cantik seperti cinderella."

"Bunda juga cantik."

Jasmine mencium kedua pipi Key bergantian lalu mencium pucuk kepalanya.

"Loh ternyata uncle tidur? Bunda kira nggak."

Gilang tertidur dengan posisi duduk menyender disofa. Key mengangguk pelan.

"Uncle capek bun."

"Key tadi nakal nggak?"

"Nggak kok, tapi tadi Key lari-lari hampir nabrak adik kecil. Bun adik kecil nya imut banget loh."

"Oh ya?"

"Iya, tadi Key kenalan sama adek kecil."

"Namanya siapa?"

"Dion."

"Wah sekarang Key udah punya temen baru ya?"

"Iya, itu yang rumahnya didepan rumah kakek juga temen Key. Namanya Shita."

"Pinternya anak bunda, nanti kalau kamu udah sekolah pasti temennya lebih banyak lagi."

"Key suka punya banyak temen bunda."

Ting! Ting! Ting!

Bella
|Nanti malam gue ketemu dia
|Lo nggak usah khawatir
|Gue selalu ada dipihak lo

                                                               Makasih Bella|

•••••

"Bunda, bacain dongeng dong."

"Oke, sebentar ya bunda ambil buku dongengnya dulu."

Jasmine merebahkan tubuhnya disamping Key, dan siap untuk membacakan dongeng dari buku yang ia beli Minggu lalu. Tak butuh waktu lama, Key sudah tertidur pulas. Jasmine manaruh buku dongeng itu dimeja kecil dekat ranjang.

Tangannya terus mengelus kepala Key dan tangan Key. Putrinya itu memeluknya erat. Jasmine meneteskan air matanya, hatinya tidak tenang. Ia merasa takut. Takut jika ia akan bertemu dengan ayah kandung Key. Dan lebih takut lagi, orang itu akan mengambil putri kesayangannya ini.

Ingin sekali Jasmine kembali ke Bali tapi disatu sisi ia masih merindukan keluarganya, disisi lain ia sangat takut bertemu pria brengsek itu.

"Jangan tinggalin bunda ya Key, bunda sayang banget sama kamu. Bahkan melebihi sayang bunda ke diri bunda sendiri."

"Kamu harus ada terus disamping bunda, kamu nggak boleh ketemu apalagi pergi sama ayah kamu. Bunda harap kamu nggak akan ketemu lagi dengan ayahmu itu."

Key terganggu dengan suara isak tangis dari Jasmine. Balita itu seketika sadar saat melihat bundanya menangis.

"Bunda nggak pa-pa sayang, ayo tidur lagi."

•••••

Sesuai kesepakatan, Tio dan Bella bertemu disalah satu cafe saat malam hari. Sebenarnya Tio sudah mengajak untuk bertemu saat siang atau sore hari tapi Bella sibuk dan waktu kosongnya hanya malam hari.

"Mau pesan apa?"

"Samain aja kak."

Setelah memesan, Tio menghembuskan nafasnya lelah.

"Maaf kalo gue ngerepotin elo, pasti lo capek kan habis pulang kerja bukannya istirahat malah gue ajakin ketemuan."

"Nggak kok kak."

"Jadi gini, gue mau tanya. Lo tau dimana Jasmine sekarang? Atau alamat rumahnya dimana?"

Bella menggeleng.

"Jujur Bell."

"Gue nggak tau kak, terakhir gue ketemu Jasmine itu empat tahun yang lalu. Dan alamat rumahnya juga gue nggak tau."

"Nggak mungkin lo nggak tau alamat rumah nya Jasmine, lo kan sahabat nya."

"Lah lo sendiri kenapa nggak tau rumah Jasmine? Lo kan pacarnya."

Laki-laki itu terdiam. Memang dulu saat berpacaran dengan Jasmine, itu hanya untuk main-main saja. Tio tidak benar-benar mencintai wanita polos itu.

"Gue minta tolong banget sama lo Bell, tolong kasih tau gue dimana alamat rumah Jasmine."

"Gue nggak tau kak, Jasmine udah pindah. Empat tahun lalu, gue hampir setiap hari kerumah Jasmine. Gue cari dia, kenapa nggak ngampus. Gue chat nggak dibales, ditelpon nomornya nggak aktif."

"Dihari kesepuluh gue kerumah Jasmine, ada satpam yang bilang ke gue kalo Jasmine dan keluarganya pindah rumah. Gue tanya pindah kemana, satpam itu bilang nggak tau."

Tio mengusap wajahnya kasar. Tangannya mengepal, ia marah pada dirinya sendiri.

"Kenapa lo baru cari Jasmine sekarang kak? Kemana lo selama ini.  Ada masalah apa lo sama Jasmine sampe-sampe Jasmine menghilang bagai ditelan bumi."

"Gue-"

Tio ragu.

"Jujur kak, lo cuma mainin hati sahabat gue kan?"

"Gue hamilin Jasmine."

"Apa?"

Bella menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya. Ia begitu terkejut, ternyata selama empat tahun ini sahabatnya dalam keadaan susah dan ia tidak tau sama sekali.

"Terus? Lo nggak mau tanggung jawab?" Tio mengangguk pelan.

Bella berdiri. "Gue pulang kak, lo cari aja sendiri Jasmine nya. Lo harus usaha kak, gue nggak mau bantu. Lo udah bikin hidup sahabat gue menderita. Cowok anjing!"

Setelah itu Bella benar-benar meninggalkan Tio dicafe itu. Bella terlihat sangat emosi.

Tadi siang, tepatnya saat ia sedang makan siang dikantor ada nomor tidak dikenal yang menghubunginya. Orang itu mengaku sebagai Jasmine, sahabatnya sejak bangku sekolah menengah atas. Awalnya Bella tidak percaya namun saat orang itu menelponnya barulah Bella percaya kalau orang itu sahabatnya.

Jasmine tidak bercerita kalau dia hamil anak Tio. Dia hanya bertanya kabar dan meralangnya untuk memberitahu Tio jika Jasmine menghubunginya.

Tadinya Bella ingin langsung bertemu Jasmine namun Jasmine menolak dan mengatakan ketemuannya bisa lain kali karena sedang sibuk. Bella mengambil ponselnya dan langsung menghubungi Jasmine. Ia harus bisa bertemu Jasmine secepatnya dan meminta penjelasan atas kejadian empat tahun lalu.

Jasmine
|Makasih Bella

                                                         Jas, ayo ketemu|
                    Lo harus jelasin semuanya ke gue|
        Gue nggak mau ada yang ditutup-tupin|

|Gue nggak bisa sekarang Bell

    Gue kecewa sama lo Jas, apa selama ini lo
          nggak anggap gue sebagai sahabat lo?|

                           Kenapa lo nggak cerita ke gue?|

|Maafin gue Bell

Read.

Bersambung.

(Pemalang, 05 Februari 2022)

KAK TIO | TAEYONG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang