10. Pergi

378 21 10
                                    

Jangan lupa vote, komen, follow, dan share. Terima kasih.

"Aku ikut abang pulang ke Bali!"

Gilang berhenti mengunyah roti yang ia makan itu. "Kok tiba-tiba?"

"Pokoknya aku ikut abang!"

Gilang mendekat pada Jasmine, laki-laki itu mengelus pundak Jasmine lalu memeluknya dengan sangat erat.

"Ada masalah? Cerita sama abang." Jasmine menggeleng pelan. Ia membalas pelukan abangnya tak kalah erat.

"Oke abang nggak akan maksa kamu untuk cerita," ucapnya lirih.

Jasmine melepas pelukannya, wanita itu merasa tidak enak dengan abangnya. Setiap ada masalah Jasmine terus-terusan meminta tolong pada bang Gilang, ia tidak mau cerita masalah apa yang ia alami.

"Aku ketemu sama orang itu kak."

Sangat lirih, tapi Gilang masih bisa mendengarnya. Wajah laki-laki itu langsung mengeras. Laki-laki itu seperti sedang menahan amarahnya.

"Kamu nggak di apa-apain kan sama orang itu?!" Gilang memegang kedua pundak Jasmine, memastikan bahwa orang itu tidak berbuat macam-macam pada adik kesayangannya itu.

"Aku nggak pa-pa bang."

Bohong. Jasmine terpaksa berbohong, karena jika ia jujur maka abangnya pasti akan mencari orang itu.

"Kapan kamu ketemu orang itu?"

"Semalem bang."

"Oke abang akan bawa kamu pergi jauh dari sini. Disaat orang rumah pada pergi, kita langsung kebandara."

"Kita ke Bali bang?"

"Nggak, kita pergi ke luar. Abang nggak mau orang itu nemuin kamu lagi, apalagi sampe ketemu sama Key."

Pada pukul sebelas pagi, bang Gilang menyeret dua koper untuk dimasukkan kedalam bagasi mobil. Mama dan papa berada dikantor, begitu pula dengan Agatha. Bi Sari sedang cuti karena suaminya yang sedang sakit. Rumah sepi dan ini kesempatan bagi Gilang untuk membawa Jasmine dan Key pergi. Sebelum pergi Gilang mematikan beberapa cctv agar orang rumah tidak tau kalau mereka akan pergi.

"Hape sama tas kamu mana dek?"

"I-itu ketinggalan kak."

Melihat raut wajah Jasmine, Gilang tau apa yang terjadi padanya. Laki-laki itu segera melajukan mobilnya menuju bandara.

"Kita mau kemana uncle?"

"Kita mau liburan, Key senang nggak?"

"Wah beneran?! Asikkk Key seneng banget. Tapi kakek, nenek, sama aunty nggak diajak?"

"Mereka nanti nyusul sayang."

"Oh gitu ya."

"Kita mampir beli makan dulu ya, Key udah lapar kan?"

"Iya, Key lapar. Mau mam ayam goreng."

Sekitar tujuh jam tiga puluh menitan, mereka sudah sampai di tempat tujuannya. Setelah itu mereka langsung pergi kerestoran untuk makan malam. Gilang sudah memesan kamar hotel untuk dua atau tiga hari kedepan karena dia belum mencari apart untuk ditinggali.

"Untuk sementara kita tinggal dihotel dulu, nanti abang cari apart yang bagus untuk tempat tinggal kita."

"Makasih ya bang, tanpa abang aku nggak tau harus gimana."

"Abang sayang banget sama kamu dan Key, abang nggak mau ya kamu sama Key ketemu orang itu."

"Iya abang, iya."

"Lah terus wisuda aku gimana?"

"Itu gampang, pikirin nanti aja yang penting sekarang kamu jauh dari orang itu."

"Terus hubungan abang sama kak Hani?"

Gilang menunduk.

"Abang udah bilang secara baik-baik sama Hani kalau abang nggak bisa lanjutin perjodohan ini."

"Kak Hani pasti sedih ya, ini semua gara-gara aku," ucap Jasmine lirih.

"Dia nangis, ini bukan karena kamu dek. Abang kan udah janji sama kamu, abang akan jaga kamu dan Key. Kamu tau kan kalau abang itu sebenarnya keberatan waktu papa jodohin abang sama Hani."

Jasmine mengangguk lemah.

"Ya sudah sana kamu tidur, kamu pasti capek kan."

"Abang juga istirahat."

"Iya, good night adik kesayangan abang," setelah itu Gilang mengecup pucuk rambut Jasmine.

"Aku sayang abang."

Keesokan harinya, Jasmine dan Gilang mengajak Key jalan-jalan. Gilang sengaja membawa Key pergi jalan agar gadis kecil itu tidak rewel dan menanyakan kakek neneknya terus.

"Aku mau es krim itu boleh?"

"Yang besar itu? Memangnya Key bisa habisin?"

Key nampak berfikir, lalu mengangguk dengan semangat.

"Habis. Tapi kalo nggak habis kan ada uncle. Nanti uncle yang habisin."

"Oke deh, sebentar ya uncle beli es krim nya dulu. Kalian nunggu disana aja, ini ngantrinya lumayan lama."

Sekitar lima menitan, Gilang membeli es krim. Langsung saja dia menghampiri adik serta keponakannya itu.

Key lumayan terganggu dengan suara ponsel uncle nya yang daritadi terus-terusan berbunyi. "Uncle itu siapa yang nelpon? Nenek ya?"

Gilang menatap ponselnya lalu mematikan panggilan telpon itu.

"Bukan, ini teman kerja uncle."

"Kok nggak diangkat?"

"Kan sekarang lagi liburan, kalo uncle angkat nanti uncle pasti dikasih kerjaan jadi nggak diangkat deh."

"Oh gitu ya. Em uncle Gilang, nenek, kakek sama aunty kapan nyusul kita?"

"Nggak tau, nanti ya uncle tanyain jadi nggak nyusul kita liburan kesini."

"Key gak sabar liburan sama nenek, kakek dan aunty."

Gilang jadi tidak tega, melihat Key yang sangat antusias jika mereka akan liburan satu keluarga. Gilang tidak bisa jujur karena akan susah nanti untuk menjelaskan situasi sekarang pada anak kecil itu.

"Sekarang kita mau kemana lagi?" Tanya Gilang.

"Makan ramen yuk, udah lama banget nggak makan ramen."

"Wah boleh juga tuh, Key mau uncle gendong atau jalan sendiri?"

"Jauh nggak?"

"Lumayan sih, uncle gendong aja ya, nanti kamu kecapean lagi."

Gilang menggendong Key dan menggandeng tangan Jasmine menuju stasiun kereta. Laki-laki itu memutuskan untuk tinggal dinegara ini untuk sementara waktu sampai Keyzia besar dan mengerti kenapa mereka tidak tinggal lagi dengan kakek dan neneknya.

TBC.

Pemalang, 9 Mei 2022

KAK TIO | TAEYONG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang