𝗘𝗹𝗹𝗮, atau lebih tepatnya Briella Vortigren. Seorang gadis berparas cantik juga manis. Putri dari konglomerat kaya bernama Adrastos Rhory Vortigren dan Anneliese Eunia Vortigren.
Penerus Perusahaan BAV Group, perusahaan yang sudah amat terkenal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
─•~❉᯽❉~•─
Malamhari..
Di salah satu rumah sakit ternama. Lebih tepatnya di dalam suatu ruang kamar yang sepi, hanya terdengar suara alat bedside monitor.
Disana ada seorang gadis bersurai putih mulai menggerakkan jemarinya yang terasa kaku.
Jika keluarganya melihat itu mungkin mereka akan sangat menangis bahagia, namun saat ini sedang tidak ada siapapun di dalam ruangan itu. Hanya ada beberapa orang berpakaian rapih yang menjaga di luar ruangan.
Perlahan dia mulai membuka matanya dan mengerjapkan matanya pelan, berusaha membiasakan intensitas cahaya yang masuk.
"Ugh.. ba-dan gu-a ka-ku jan-cuk.." lirihnya.
Dia berusaha untuk bangkit duduk meskipun tubuhnya susah digerakkan.
'ARGHH SUSAH BET!!' pikir gadis itu kesal, ia tidak bisa berteriak karena tenggorokannya yang terasa kering.
Dongkol karena tubuhnya tidak bisa ia gerakkan, gadis itu menekuk jari-jarinya dengan kasar.'Iniguengapapegel-pegelsihanjir.' pikir gadis itu,
Setelah merasa tangannya sudah mulai bisa digerakkan seperti biasa, pelan-pelan ia melepaskan jarum infus.
'SAKITT!!!' teriaknya dalam hati.
Lalu dia melakukan peregangan pada tubuhnya, seolah dia tidak pernah mengalami koma.
'Kakikugakbisagerak, Mak!!' pikirnya panik.
Namun sekali lagi dia tidak peduli. Gadis bersurai putih itu perlahan beranjak dari ranjangnya, meski kakinya sangat terasa lemas.
Ia bersi keras untuk menggerakkan seluruh anggota tubuhnya, tak memedulikan fakta bahwa dirinya baru saja bangun dari koma.
Sesudah ia melakukan peregangan dan meminum air yang tersedia di sebelah ranjangnya, lalu pergi ke kamar mandi. Ada panggilan alam.
Sementara di luar kamar itu, ada keluarga Archibald yang berjalan menuju kamar tersebut. Orang-orang yang berjas hitam rapih itu membungkukkan tubuhnya sopan ketika keluarga itu berjalan melewati mereka.
"Apa para dokter tidak tahu perkiraan kapan Ella bisa bangun?" tanya seorang perempuan dengan nada sendu, dia Emeline Adamina Archibald.
Gavril menggeleng pelan. Wajahnya terlihat begitu frustasi. Sedangkan dua anak mereka –Javaid Crius Archibald dan Mackenzie Eir Archibald– dibelakang hanya bisa terdiam dengan wajah sedih.
Pintu kamar itu dibuka, mereka memasuki kamar itu dan hanya menemukan ranjang kosong yang sedikit berantakan. Mata mereka terbelalak terkejut. Rasa khawatir, takut, dan panik langsung mengarungi perasaan mereka.