Jamilah tak mengerti dengan pikiran suaminya. Kenapa dia malah menerima proyek yang ditawarkan temannya itu dan ujungnya harus berhubungan dengan bang Iwan kembali?
Kemarin dulu keliatan sekali Zaki emosian dengan2 kenalannya yang satu itu. Tapi kini? Koq hanya karena uang mau aja kerjasama? Milah jadi tak habis pikir karenanya.
Saat ini mereka tengah dalam perjalanan kembali ke Jakarta setelah kemarin siang Zaki membereskan urusan proyek barunya itu. Sesekali ia bersiul senang sambil fokus menyetir. Liburan mereka ditutup dengan manis dan menghasilkan profit tak sedikit untuk Zaki.
"Neng.. Abang ada surprise buat Neng. Dijamin suka deh pokoknya. Coba tebak?"
Milah menoleh ka arah suaminya sambil mengernyit.
"Tebak dong. Gak seru ah kalo gak nebak!"
Milah menggedikan bahunya tak tahu.
"Ish neng, tebak apa kek. Masa ga mau nebak. Batal aja apa hadiahnya? Nyesel loh nanti.."
Zaki menarik tangan istrinya dan menggenggamnya erat.
"Apaan? Baju baru?"
Zaki berdecak kecil mendengarnya.
"Lebih dari baju lah. Tapi ada koq nanti.."
"Terserah abang aja lah.. Milah nerima apa aja.."
Zaki mencium tangan istrinya dan tersenyum kecil.
"Abang itu tajir neng, apa aja buat neng dibeliin. Nah sekarang kita ini langsung menuju tempatnya. Dah siap?"
Netra Milah menyipit. Kejutan apaan sih?
"Mobil baru?" Tebak Milah setengah hati. Buat apa mobil coba? Dia kan gak bisa nyetir juga.
Zaki tersenyum lebar ke arahnya.
"Bentar lagi kamu paham. Itung mundur dari 100 boleh, biar kejutannya berasa. Hehee.."
Ish, Milah mengecimus kecil mendengar kalimat suaminya yang sok sok berahasia.
"Liat nanti aja deh, surprise enggaknya. Milah mah apa aja diterima dengan baik. Disyukuri aja gitu.."
Zaki tersenyum lebar dan tangannya iseng mengacak puncak kepala istrinya yang berbalut hijab.
"Unch unch banget sih kamu, abang jadi emesh terus-terusan deh. Beruntung abang punya istri yang kagak matre kayak kamu. Padahal abang sih kamu mau matre juga abang jabanin. Gak bakal abis-abis ini harta abang. Hehee.."
Milah melengos malu mendengar ucapan suaminya. Ada-ada aja sih ya, ngapain punya banyak harta harus sombong? Harta kan cuma titipan. Dipake seperlunya saja sudah cukup. Untuk apa menyombongkan hal yang gak perlu?
"Ayo neng itung mundur, bentar lagi sampe ini.."
Milah menoleh ke kiri kanannya dan masih saja bingung suaminya itu maksudnya apa. Ini jalanan agak nyambung ke kampung Engkongnya kalau lurus terus. Hingga akhirnya mereka berbelok ke arah kanan memasuki sebuah perumahan cukup baru yang dilengkapi satpam komplek didepannya.
Usai menyapa dan menyampaikan maksudnya, Zaki membawa mobilnya masuk ke dalam komplek tersebut.
Sampai pada saatnya mobil Zaki berhenti disebuah rumah berwarna gold dan abu tua bertuliskan nomor FF tujuh, Milah mendapati mobil kijang kapsul tua milik Engkong terparkir disana juga. Kebetulan didepan mereka itu ada taman luas yang terlihat rapi terawat.
"Sayang, ayo turun.."
Milah manatap bingung ke arah suaminya.
"Ini rumah siapa Bang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong I'm in Love
ChickLitKisah kehidupan Jamilah ketika memutuskan tinggal bersama Engkongnya di Kampung Daun. Sanggupkah ia menghadapi ledekan dan cibiran kesendiriannya di kampung padat penduduk itu? Ditambah lagi kelakuan absurd tetangga sebelahnya seorang brondong tengi...