Milah menatap suaminya heran. Tumbenan sudah seminggu ini mukanya tertekuk kesal seperti tengah menahan emosinya. Ia baru saja menyiapkan makan malam dan bergegas memberitahukan suaminya yang masih saja sibuk di ruang kerjanya.
“Abang, makan yuk, Milah dah siapin tuh rendang jengkol doyannya abang..”
Milah berharap suaminya langsung merespon dan menghampirinya sigap. Tapi apa yang terjadi? Laki-laki itu hanya mendongak kecil lalu kembali fokus ke arah laptopnya.Hadeuh, suami brondong gini amat? Moodnya kadang lebih parah dari Milah jaman masih PMS. Lakinya ini kelewatan memang. Heran deh musti diapain coba?
“Milah udah laper lho bang, kalo abang masih lama makannya, ya udah Milah duluan ya.. kasian nanti baby Zeba nya kalau ASI sedikit..”Tak ada jawaban.
Ish, Milah pengen menggeplak kepala suaminya seketika. Kelakuan babehnya Zeba emang kadang bikin pusing. Masih brondong banget dah nikah sih, jadi kadang kedewasaan dari Milah lah yang harus dikedepankan.
Dengan wajah tertekuk kesal, Milah menghampiri meja makan lalu menyendok nasi secukupnya. Beberapa lauk ia makan dan kunyah dengan perlahan. Andai ia tidak menyusui, malas juga harus makan banyak seperti ini. Anaknya itu, walau perempuan juga, sedotan ASI nya sering bikin Milah kewalahan. Untungnya semur jengkol kesukaannya ia masak tadi, jadi sebodo amat lah suaminya mau bareng makan apa enggak.Zeba tampak masih terlihat pulas terlihat dari CCTV yang Milah aktifkan via ponselnya. Bukan apa-apa, ia kuatir anaknya itu terbangun karena ia tinggal sendiri diatas. Mak Nyai sedang tidak menginap jadi dia sedang mengurus Zeba sendirian.
Usai menyelesaikan makannya, Milah bergegas mencuci tangan dan kembali naik ke atas ke kamar dimana mereka. Kamar bayi terletak disebelah kamar utama dan memiliki connecting door satu sama lain.
Baru saja Milah mencuci muka dan tangannya di wastafel dekat toilet kamarnya, terdengar bunyi tangisan yang amat membahana membuat ia bergegas menuju kamar putrinya itu. Disana, Zeba tampak sudah sangat berlinang air mata karena mungkin merasa ditinggal sendirian sejak tadi.
Milah bergegas mengangkatnya dan menimang sang buah hati dengan perasaan penuh sayang. Walau moodnya kurang baik karena kelakuan suaminya, ia tak bisa menyalurkan kekesalannya kepada Zeba si bayi mungil montok kesayangannya.
Sudah dua bulan usia bayinya itu dan Zaki kian kesini seperti kian sibuk didepan laptopnya. Kadang larut malam dia baru masuk ke kamar dan tidur memunggunginya membuat Milah bingung. Ada apa dengan suaminya?Dan puncaknya tadi, suaminya asik saja kerja dan tidak mempedulikan lagi apa yang Milah sampekan tadi. Sesibuk apa sih emang ? koq dia dicuekkan begitu saja ? Milah jadi kesal dibuatnya.
“Non, Ibu kesal sama Babeh kamu. Kenapa coba Ibu dicuekin terus? Salah Ibu apa sih sama dia nak? Koq seenaknya aja kita dicuekkin ya?”
Mata anaknya itu membola lalu menatap Milah lekat. Bibirnya menyungging senyum kemudian dan membuat Milah tertawa lebar setelahnya.
“Ibu sayang kamu banget non. Sehat-sehat ya nak. Jangan sakit, jangan rewel. Zeba anak pinter, sholehah kan ya.. nanti kita maen ke rumah Engkong ya non.. sekarang Ibu mau mandi dulu, Non mimik susu dulu terus main sama Puppy ya..”
Seolah mengerti, bayinya tertawa kecil lalu mengangguk-angguk dengan perkataan Ibunya. Milah langsung membawanya ke kasur dan memberinya ASI sepuasnya. Biar kenyang dan tidak rewel lagi nanti kalau pergi.
Entahlah, Milah ingin keluar saja sebentar ke rumah Engkongnya, daripada pusing-pusing mikirin kelakuan Zaki belakangan ini. Sekalian saja coba ia membawa baju-bajunya beberapa barangkali ia ingin menginap sekalian sementara waktu.
🍃🍃🍃
Engkong tampak bahagia ketika Milah datang dengan taksi ke rumahnya. Nyai juga begitu heboh menyambut cicit kesayangannya itu. Antusias mereka bahkan terdengar ke tetangga sebelah yang tampak berdatangan menyambut Milah.Usai menitipkan Zeba ke Nyai, Milah membawa tas gembolan dan perlengkapan Zeba ke kemarnya dulu. Syukurlah kamar itu sudah amat layak sekarang ini dan menjadi lebih nyaman untuk ditempati bersama Zeba jika ia jadi menginap nanti.
Karena melihat kesibukan Zaki, Milah hanya mengirimkan pesan memohon izin untuk menjenguk Engkong dan Nyai di kampungnya. Dan herannya Milah, pesan itu belum dibaca sama sekali padahal dari tadi Zaki terlihat online di sana. Jujur, Milah merasa resah karena kelakuan suaminya itu. Ada apa sih ya?.
Milah berganti baju menggunakan pakaian yang nyaman dan cukup menutup aurat sebelum kembali ke ruang tengah dimana Zeba tengah diasuh oleh Engkong dan Nyai. Tapi suara dentingan ponsel muncul bertubi-tubi membuat ia langsung mengambilnya dari atas laci.
Netra Milah langsung mengernyit kaget membaca pesan-pesan yang masuk barusan.“Enak ya pergi tanpa perlu izin suami?”
“Kamu pikir abang sudah izinin kamu pergi gitu aja?”
“Kalau kamu sudah gak mau jadi istri abang, ngomong aja Milah. Abang siap koq lepasin kamu!”
“Maen kabur aja gak inget apa sama kewajiban kamu dirumah?? Kamu masih istri sah abang, keluar rumah wajib sepertsetujuan Abang dulu. Kamu sudah gak punya etika lagi??’
Deg, jantung Milah terasa berdenyut sakit dibuatnya. Suaminya ini kenapa ? ada apa ?”
Kenapa bahasanya sekasar itu dan menyakitkan untuknya?
Ya Rabb, ini ada apa sebenarnya ?”🍃🍃🍃
Ada sekitar 23 bab baru di ebooknya ya, silakan meluncur bagi yang masih penasaran sama kisah brondong satu ini.Makasih 💕🥰😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong I'm in Love
ChickLitKisah kehidupan Jamilah ketika memutuskan tinggal bersama Engkongnya di Kampung Daun. Sanggupkah ia menghadapi ledekan dan cibiran kesendiriannya di kampung padat penduduk itu? Ditambah lagi kelakuan absurd tetangga sebelahnya seorang brondong tengi...