Anggap aja rumah Zaki Jamilah
HahahaaIni Kamar utamanya
Jamilah menatap kamar tidur mereka yang terlihat amat menakjubkan untuknya. Duh, kebaikan apa yang sering dia lakukan sehingga dilimpahi rezeki sebanyak ini?
Ia mengelus bedcover kasurnya yang halus dan lembutnya gak kaleng-kaleng. Berapa duit coba ini kalau diuangkan? Suaminya koq bisa sih secepat itu merealisasikan keinginannya?
Saat ini, suasana rumah sudah kembali sepi dan tersisa mereka berdua dirumah cukup besar ini. Kamar tidur utama berada di lantai 2 dan memiliki balkon ke depan dan juga ke belakang rumah karena panjangnya terhampar dari depan hingga ke belakang. Luasnya bikin Jamilah terbersit bermain badminton didalam kamarnya.
Sekilas ia melihat lemari pakaian yang berwarna putih dan ada garis senada dengan warna. Tergoda, Jamilah berjalan menuju lokasinya dan berniat membuka isinya.
Netra Jamilah menyipit seketika. Ini baju siapa koq banyak banget?
Perlahan ia menarik satu baju yang terlihat aneh dimatanya. Kenapa kek sarang laba-laba gitu bentuknya. Ish, gelii!
Seketika bibirnya tertawa lirih ketika menempelkan baju berbentuk jaring itu ke badannya. Kenapa tiba-tiba dia seperti wanita nakal memakai baju kurang bahan gini.
"Ish, koq bisa ada disini?" Gumam Milah tak percaya.
Ia lalu kembali menempatkannya ke dalam gantungan baju itu dan mengambil baju yang lainnya.
Sebuah gaun terbuka hingga menampakkan lengan dan bahunya secara terbuka. Duh, mau dipake kemana baju kek gini? Milah menggeleng heran dibuatnya.
Tak lama Milah menaruh kembali gaun itu ke tempatnya, pintu kamar terbuka dan muncullah Zaki dengan ponsel menempel di telinganya.
"Iya iya, besok gw atur tempatnya dodol. Gw baru balik tadi, istirahat dulu lah. Kejar-kejar mulu bangkee loe! Dah ah, gw ngantuk!"
Zaki melemparkan ponselnya ke arah kasur lalu memburu Jamilah yang tengah berdiri didepan lemari pakaian yang terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong I'm in Love
ChickLitKisah kehidupan Jamilah ketika memutuskan tinggal bersama Engkongnya di Kampung Daun. Sanggupkah ia menghadapi ledekan dan cibiran kesendiriannya di kampung padat penduduk itu? Ditambah lagi kelakuan absurd tetangga sebelahnya seorang brondong tengi...