9.

32.1K 2.7K 35
                                    

I wish you enjoy your reading🤗
.
.
.
.
.

PLAKKK....


Tangan besar tuan Narendra mengenai kulit halus milik putrinya. Pipi gadis itu memerah karena tamparan sedangkan wajah si ayah memerah karena amarah. Di samping nya si ibu dengan emosi yang sama. Juga Avaro yang mematung melihat kejadian itu, pasalnya saat ia membuka pintu kamarnya ia langsung disuguhi pemandangan ayahnya yang mulai melakukan kekerasan kembali. Pemuda itu mendekati ketiga keluarga Narendra.

“ Pah ada apa lagi ini?” tanya Avaro tak mengetahui situasi. Ia memandang sosok Alisha namun orang yang dipandangnya pun berekspresi tak mengerti,

Kenapa lagi? Aku gak ngelakuin kesalahan hari ini” Apa yang membuat tuan Narendra ini marah hingga menamparnya. Setau Olivia, hari ini dia tidak melakukan apa-apa.

Si ayah menyerahkan amplop yang tadi di genggamnya dan saat itu pula Avaro mengerti dengan kemarahan orang tuanya sedangkan Olivia harus membuka dulu isi surat tersebut. ‘surat panggilan orangtua’ ia mengernyit bingung, memangnya apa yang dia lakukan di sekolah sampai pasangan Narendra ini harus dipanggil pihak sekolah. Ia memutar otak pintarnya matanya membola saat mengingat kejadian seminggu lalu. Jangan bilang.....

“Kamu mau alasan apalagi Alisha” si ibu menginterupsi.

“Mau sampai kapan kamu buat ulah, ini sudah surat yang kesekian kalinya Alisha, kami malu! Bahkan mereka menekankan ingin mengeluarkan mu dari sekolah!” saking marahnya si ibu sampai terlihat menyeramkan dimata Olivia. wajah memerah dan mata yang membulat itu menatap tajam padanya.

“ Aku gak ngelakuin apapun pah, mah, aku di fitnah” bela Olivia.

“ Berani beraninya kamu memberi alasan tak masuk akal seperti itu” si ayah berdecih.

“ Itu faktanya, aku beneran gak ngelakuin apapun, aku bener bener_

PLAKKK...

“Mah!” tegur avaro.

Satu lagi tamparan melayang di pipi bagian lain, kali ini pelakunya bukan si ayah melainkan si ibu. Bahkan ia belum sempat mengakhiri penjelasannya. Rupanya keluarga ini tak membutuhkan penjelasannya.

Ia tertawa miris, menertawakan takdir yang begitu kejam padanya. Jadi ini, jadi ini yang dirasakan Alisha selama ini. Ia mengerti sekarang dugaannya waktu itu ternyata benar kalau si pemilik badan korban dari kekerasan keluarga.

Ironis sekali padahal ia mengharapkan keluarga yang baik baik saja, namun harapannya harus pupus begitu saja. Untuk kesekian kalinya ia terluka lagi. Apa tuhan tidak menulis kisah bahagia di buku takdir gadis itu?

Berani berani nya keluarga Narendra ini melakukan kekerasan fisik pada anaknya pula, walaupun keluarga Brown selalu menuntut dan memarahinya namun mereka tak pernah memukulnya sekalipun ia hanya seorang anak angkat. Tapi keluarga Narendra?

lucu sekali mereka.

“Ini keterlaluan mah! Kalo marah ya marah jangan main fisik lagi!” Avaro berteriak marah, kali ini ia menyerukan ketidak terimaanya. Ia berani berbicara seperti itu karena tau gadis itu tak melakukannya coba saja kalau Binar waktu itu tidak menjelaskan mungkin dirinya hanya diam seperti biasa.

“ Diam Avaro jangan ikut campur!” si ayah tak kalah membentaknya.

Entah mengapa air mata nya mengalir begitu saja, ia bahkan tak menyadarinya. Rasa sesak di dadanya ia abaikan, avaro mematung baru kali ini ia melihat saudaranya menangis lagi setelah 5 tahun berlalu.

Olivia menyeka air matanya setelah cairan bening itu mengalir mengenai sudut bibirnya. “Selain marah marah, keluarga Narendra ini sering main fisik juga ternyata” gadis itu terkekeh menertawakan mereka juga dirinya.

I AM NOT HER (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang