13.

29.4K 2.6K 34
                                    

I wish you enjoy your reading...

.

.

.

.

.

Setelah bell istirahat berbunyi Hanessa langsung menarik lengan Alisha menuju kantin. Sejak jam pelajaran tadi ingin sekali ia memberi asupan pada lambungnya yang sudah mulai berdemo.

Mereka berdua memilih meja panjang kosong yang terletak dibagian tengah ruangan setelah memesan masing-masing seporsi bakso dan es teh manis.

"Kata orang-orang kemaren lo pulang bareng Avaro, bahkan dia yang ngajakin" kata Hanessa sambil membumbui baksonya.

Olivia tertegun, apa mungkin Hanessa akan membahas Avaro kali ini?

Apa perkataan Sina waktu itu benar jika Hanessa menyukai Avaro?

"Kenapa emangnya?" tanya Olivia.

Hanessa mendongak menatap wajah Alisha "nggak apa-apa sih, tumben aja gitu sodara lo ngajakin lo balik bareng"

"Gue juga nggak tau dia kenapa" balas Olivia acuh. Ia memasukkan satu buah bakso ke mulutnya tanpa dipotong lebih dulu.

Saat sedang enak-enaknya berbincang 5 pemuda menghampiri meja Olivia dan Hanessa. Siapa lagi kalo bukan Daffin, Avaro dan teman temannya. Daffin menggebrak meja Olivia, Gadis itu menatapnya jengkel, pasalnya kuah bakso yang sedang ia nikmati harus terciprat ke seragam putih yang dipakainya.

Pemuda itu menarik paksa lengan Olivia agar gadis itu berhadapan dengannya. Hanessa tidak tinggal diam melihat temannya diperlakukan seperti itu, ia ikut bangkit dari kursinya dan memandang tak suka kelima pemuda tersebut.

"Lo apa-apaan sih!" kata Hanessa tak suka.

"Lo nggak usah ikut campur" peringat Bryan.

"Lo aja ikut campur urusan temen lo, kenapa gue nggak boleh?" Hanessa menatap nyalang Bryan. Gadis itu terang-terangan menyatakan ketidak sukaannya pada Bryan.

"Gue ngebela yang menurut gue perlu dibela ya" ucap Bryan tak terima.

"Terus apa bedanya sama gue?"

Kenapa malah mereka yang bertengkar sedangkan Olivia hanya diam saja dan Daffin hanya memandang tak suka gadis yang kemarin mengejeknya.

"Udah kalian stop, kenapa malah lo yang marah-marah Nes" tegur Olivia pada Hanessa. Kemudian ia memandang Daffin.

"Ada apa?" tanya Olivia dengan ekspresi heran, ya tentu saja karena pemuda yang menggebrak mejanya tadi terlihat sangat marah. Kenapa? Perasaan pagi ia hanya berada dikelas dan baru di jam istirahat keluar. Sekarang pun ia kan sedang sibuk memakan baksonya dengan Hanessa.

"Lo gak ada kapok-kapoknya ya!" bentak pemuda tadi sambil berkacak pinggang sebelah.

"Hah?" tanya Olivia tak mengerti.

"Gak usah pura-pura bego deh, kalo bukan lo siapa lagi yang bully Binar, dari dulu kan lo selalu gak suka sama Binar" Olivia masih tak mengerti dengan ucapan pemuda di depannya, bahkan di hari ini pun ia belum pernah bertemu ataupun berpapasan dengan Binar, kenapa lelaki gangguan emosional ini mengatakan bahwa ia yang membully sang pujaan hatinya.

"Lo itu baru selesai di skors dan sekarang lo udah bikin ulah lagi, emang gini kalo jiwanya tukang bully sih gak akan pernah berubah" timpal Erwin.

"Gue bilang juga apa dia itu pura-pura amnesia" Bryan ikut menyaut.

I AM NOT HER (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang