12.

31.1K 2.4K 34
                                    

I wish you enjoy your reading...

.

.

.

.

.

Hari ini hari pertamanya sekolah setelah mengakhiri masa skorsing yang menyiksanya kemarin. Baru saja di langkah kelima ia memasuki lingkungan sekolah, seseorang menyeretnya. Tidak dua orang tepatnya.

Vera dan Sina, dua gadis yang sama sama menjalankan masa skorsing dengannya. Mereka menyeret Olivia ke gudang belakang sekolah. Suasananya sepi dan suram. Banyak pepohonan yang lumayan rimbun disana, pun dengan angin yang menerpa kulit halus mereka.

Kedua gadis tersebut memojokkan Olivia pada tembok luar gudang. Vera menyilangkan tangannya di depan dada sedangkan Sina bekacak pinggang. Olivia tak mengerti dengan apa yang kedua perempuan di hadapannya mau.

"Lo... jangan pura pura jadi wanita baik Cuma buat narik perhatian Daffin" peringat Sina. Gadis itu mengernyitkan keningnya, apanya yang pura pura jadi baik. Dan menarik perhatian pemuda bermulut pedas itu? Untuk apa?

"Bukannya gue udah bilang kalo gue jijik liat lo kayak gitu"

"Mau gue jadi baik atau enggak apa hubungannya sama lo? Tanya gadis itu menantang.

"Karena lo yang udah buat kita jadi begini, lo yang ajak kita buat bully orang!" bentak Sina. Sedangkan Olivia hanya berdecih sinis.

"Kenapa nyalahin gue, itu kan pilihan kalian. Kenapa dulu gak nolak aja. Sebenarnya kalian juga udah punya niat mau bully orang kan" skak. Mereka terdiam mendengar ucapan gadis itu ekspresinya kesal bukan main.

"Al lo masih aja mau sok baik setelah kejadian ini, walaupun lo gak ikut campur waktu itu, liat lo tetep kena skorsing kan" kali ini Olivia terdiam, sedangkan kedua gadis itu tersenyum sinis. Baik untuk yang ini ia membenarkan.

"Kenapa diem, benarkan omongan gue. secara nggak sengaja lo udah nolongin si cupu tapi apa balasan dia ke elo? Skorsing dari sekolah. Bahkan dia gak ngomong kalo lo gak ikut terlibat. Bukannya itu pengkhianatan." Benar, pengkhianatan. Padahal dia sudah mencoba bersikap baik pada Ninda namun yang ia dapat malah tak sesuai harapan. Kesal menguasainya kembali.

"Lo itu cuma sampah Alisha, orang gak berguna yang bahkan dibenci sama sodara lo sendiri. Perbuatan jahat lo itu udah gak bisa di maafin hanya dengan lo tiba tiba berubah sok baik, yakin orang orang bakal mihak lo setelah lo berubah? nggak Alisha, nggak bakalan ada yang memihak lo" soal itu, ia pun tak tahu, mungkin saja jawabannya memang tidak. Melihat kediaman wanita itu, kedua gadis itu makin tersenyum sinis. Merasa dirinya menang.

"Mending lo kayak dulu Alisha"

"Kalo gue sampah terus kalian apa?" tanya Olivia tenang.

"Maksud lo?"

" Gue ngerasa muak tiap kali liat kalian, yang nggak mau ngakuin kesalahan tuh kalian. Seenaknya bilang kalo gue yang bikin kalian jadi tukang bully." ujar Olivia sinis

"Kalian limpahin semua kelakuan kalian ke gue dan merasa kalau kalian itu lebih baik dari gue, kalian merasa kalau kalian juga korban...haha Are you kidding me?" lanjutnya. ia terkekeh sinis merasa lucu dengan tingkah kedua gadis menyebalkan itu.

Olivia memandang remeh mereka berdua "gue penjahat elegan sedangkan lo berdua cuma pengecut sampah"

Sina mengepalkan tangannya erat mendengar ucapan gadis yang dulu menjadi rekan seperundungannya. ia tersenyum paksa " gue liat liat lo makin akrab sama Hanesa dan temannya, lo yakin kalo Hanesa gak peduli dengan latar belakang lo yang seorang pembully, lo yakin bahwa Hanesa tulus? Gue denger dulu Hanesa suka sama kembaran lo" kata Sina mengalihkan pembicaraan.

I AM NOT HER (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang