Yuhuuu saya comeback guys, red carpetnya mana wkwkwk
Ternyata masih bisa update dikala gempuran tugas yang menerpa wkwk demi kalian ini guys.
Selamat berpuasa, semoga pada lancar sampe akhir Hehe
Be smart readers ya, soalnya ada kata-kata yang mungkin kurang sopan.
I wish you enjoy your reading...
.
.
.
.
.Pukul delapan malam sudah tertera pada jam dinding bernuansa nude yang tergantung di dalam rumah. Olivia memasuki ruangan dengan lebar 10x12 tersebut. Disana sudah ada kedua orangtuanya. Tidak, maksudnya kedua orangtua Alisha dengan ekspresi tak berperasaan andalan mereka.
"papah bakal kasih kebebasan kamu buat pulang sampai jam delapan malam. Tapi ingat jangan sampai ada yang tau penyakit kamu" ujaran dingin yang keluar dari mulut ayahnya membuat gadis itu berekspresi melongo saking herannya dengan kelakuan kepala keluarga di rumah ini.
Jelas jelas anaknya depresi karena mereka, namun seolah tuli dan hatinya membatu mereka masih saja memperlakukan anak gadis nya seenaknya.
Pengakuan yang di ungkapkannya waktu itu seolah tak ada artinya untuk mereka.
apa mungkin kata kata lembut dan tangisan beberapa hari lalu hanya akting belaka karena dia meminta mati? Sebab keluarga Narendra adalah orang orang yang mementingkan bisnis nya dibanding dengan keluarga sendiri. Mereka lebih memilih menutup rapat hal hal yang menurut mereka merugikannya, tak perduli siapapun yang akan terluka.
" dan jangan sampai kamu mempermalukan saudara kamu gara gara kondisi mental mu, cukup menjadi anak nakal jangan sampai menjadi orang gila. Berhenti ganggu Avaro" Olivia tak habis pikir dengan ayahnya, bagaimana bisa seorang ayah berkata seperti itu pada putrinya.
"saya bahkan tidak pernah mendekati putera anda tuan Narendra" jawabnya acuh.
Terbesit rasa tak suka di hati Erwin saat puterinya memanggil dia dengan sebuutan tuan alih-alih ayah seperti biasanya. "tuan?" tanya Erwin heran.
"iya tuan Narendra, mulai sekarang saya akan memanggil anda tuan, lagian bukan saya yang cari masalah, tapi putera tuan sendiri yang tiba-tiba sok dekat dengan saya"
"siapa yang suka nyari masalah?" suara berintonasi rendah tersebut mampu membuat fokus Olivia teralih. Arah pandangnya mengikuti gerak avaro yang semakin mendekatinya. Avaro datang entah dari mana.
"lo yang suka nyari masalah." potong Olivia. "maksud lo apa pura pura baik sama gue?!"
"gue gak_
"gue muak sama tingkah lo. Berhenti ajak gue buat berangkat dan pulang bareng, berhenti ngajak gue sarapan bareng, berhenti nanyain hal hal gak penting ke gue. Gue udah muak dan jijik sama tingkah lo!" Olivia membentak pemuda dengan raut sendu itu.
Gadis itu sudah lelah terus di permainkan oleh semesta, ia lelah untuk berharap. Saat ia ingin kasih sayang, semesta tak memberikannya seolah dia adalah orang yang tak berhak mendapatkannya. Lalu saat dirinya berhenti berharap dan mati rasa, semua kasih mulai mendatanginya. Apa sangat seru mempermainkan hidupnya.
"udah kan?" ia menatap Ayahnya sambil tersenyum sinis. Si ibu ikut menatap Olivia ia merasa ada yang aneh dengan putrinya.
Tiba tiba gadis itu tertawa kencang melihat ekspresi wajah Avaro yang menyedihkan, ia lepas kendali. Lucu saja melihat wajah yang dulu menatap nyalang dirinya kini menampilkan ekspresi memelas. Kali ini ia sulit menekan ekspresinya. Harusnya dia memasang wajah datar lagi, Padahal selama 5 tahun terakhir ia sudah hidup seperti robot tanpa ekspresi, namun kali ini ia malah menunjukkan banyak ekspresi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM NOT HER (end)
General FictionOlivia Brown nama yang di sandang gadis berkebangsaan Inggris tersebut. Gadis yang mengalami kecelakaan dalam perjalanan menuju tempat les pianonya. Si sempurna milik keluarga Brown itu tiba tiba masuk ke dalam tubuh milik Alisha brinna Narendra. P...