13. Berubah

90 33 2
                                    

"Gigin!!!!" seru geri panik melihat hidung temannya mengeluarkan darah, pak Heri sang pelatih dan Nando kelas sebelah selaku wasit berdiri di tengah untuk melerai Geri yang hampir saja meninju vero.

"Loser!!" teriaknya lagi, tubuhnya di tahan oleh Arka.Kali ini Arka benar-benar merasa bersalah karena demi dirinya keadaan menjadi kacau.

"Gara-gara gue temen lo pingsan, sorry. Gue gak tau bakal terjadi kaya gini." Arka menatap Gigin yang sedang di bawa ke UKS oleh anggota PMR.

"Ck, gak usah lebay kali" sahut Laras sambil membawa sebotol air mineral yang tidak ia beli, cuman mungut lalu memberikannya pada Geri yang sedang marah. Tanpa pikir panjang Geri meneguk habis air tersebut.

Tentu semua orang yang melihat kejadian itu akan menilai Andre sebagai pecundang. belum oleh pelatih mereka sendiri yang tadi menonton pertandingan mereka, beliau pasti sangat malu atas perbuatan Andre yang tidak sportif.

"Kami minta maaf" kata Candra meminta maaf lalu menyeret Andre dari lapangan,Saat sedang berjalan di pinggir lapangan Ola menghampirinya, mereka saling tatap beberapa menit lalu tiba-tiba Ola menampar keras pipi Andre membuat semua orang terkejut dengan kejadian langka tersebut.

"Kita putus!!!" Teriak Ola dan Andre mendahuluinya seakan tidak peduli lalu menabrak tubuh mungil Ola hingga ia hampir terjatuh.

Arka yang melihat kejadian itu segera berlari menghampiri Ola "Lo gak papa?" tanya-nya dengan nafas ngos-ngosan.

"Gak. Thanks" ujar Ola lalu berbalik badan menuju kelas walaupun Arka sudah berharap untuk mendapatkannya, Namun....ya sudahlah cewek itupun tak peduli. Mau bagaimanapun cinta tak harus memiliki.

Ya...walaupun itu terdengar menyakitkan untuk di baca dan tentunya dirasakan juga.

Dibanding itu ia mempunyai teman yang lebih pengertian dan peduli padanya ditambah lagi dua teman barunya itu.Jujur Arka salut kepada Geri dan Gigin yang bela-belain ikutan agar ia menang dan tidak menanggung malu.

Arka menghampiri teman-temannya yang sedang berkumpul di pinggir lapangan. Tim Andre telah pergi tanpa pembelaan apapun.
sedangkan para supporter balik ke kelasnya masing-masing.

"Cemen!!" bentak Riski kecewa

"Yeuuu Ngomong doang tadi di suruh gak bisa.Najisin ih!!!" Celetuk salsa dari belakang lalu bangkit bersiap pergi.

"Rass, gue duluan ya ke kantin laper nih belom makan dari tadi pagi"

"Ikutt njir jangan ninggalin" lalu Laras berlari menyusul salsa yang sudah jauh

"Dasar monyet suka-suka gue dong, jadi cewek kok kasar pengen Abang halalin aja jadinya" Riski bergumam sambil menatap Salsa yang sudah pergi menjauh, sedangkan teman-temannya yang mendengar bergidik lalu menggeleng.

"Balik." Elang bergumam dengan cepat

"Ngapain ke Bali Lang?" Aksa mengerutkan alis, Aksa memang agak budek jadi yang terdengar olehnya hanya 'Bali'.

"Lo mau liat cewek pake bikini eaaa ketauan!!!" tuduh Aksa alay.

Elang menatap Aksa tajam lalu melangkahkan kakinya menuju kelas.

"Anjir si Elang diam-diam penyuka cewek bikini rupanya" gerutu Aksa membuat orang yang dituduhnya marah lalu mengejar Aksa yang terkejoed karena dikejar tiba-tiba.

"Eoyy,Si Elang kejar-kejaran kerasukan apaan tu?" gumam Riski memperhatikan Elang dan Aksa yang berlarian di lapangan. Sekilas matanya melihat cowok itu tersenyum sedikit.

"Kerasukan cebong" jawab Rendi asal dengan muka bingung

"Dia berubah" sambung Arka mengembangkan senyum lalu ikutan berlarian bersama kedua temannya.

"Ikuttttt!!!" kata Geri dengan antusias lalu ikut kejar-kejaran seperti anak kecil.

Riski tidak ikutan katanya cape dia tidak mau kulitnya jadi gosong dan badannya jadi bau.

                                 ***

Bel berbunyi pertanda berakhirnya jam pelajaran, dengan cepat Geri, Arka, Aksa, Rendi,dan Riski beranjak ke UKS menengok Gigin. Sedangkan Elang harus ke ruang OSIS untuk menghadiri rapat.

Salsa tadi buru-buru pulang sebab neneknya masuk rumah sakit,
tiggal lah Laras sendiri di kelas yang telah sepi, dia memilih untuk tidur di kelas daripada pulang ke rumah.

Hari ini bunda-nya akan pindah rumah, begitu juga dengan papa-nya. Laras tidak mau bertemu dengan mereka dia sedang tidak mood, kalau pulang ke rumah yang ada nanti dia baku hantam sama papa.

Angin sepoi-sepoi memasuki celah-celah jendela, memenuhi ruang sepi di tempat Laras berada. Hampir 15 menit dia pura-pura tertidur di sana sedangkan ponselnya terus bergetar pertanda panggilan masuk.

Brakkkk

Ia melempar jauh benda persegi pipih yang dibelakangnya terdapat logo apel digigit itu ia tahu itu panggilan dari orangtuanya, kali ini ia tidak bisa berfikir jernih. Seandainya ia bisa menghapus semua ingatannya paling tidak bisa membuatnya bahagia.

Air mata jatuh tanpa ia sadari, Laras menutup mata menetralkan segala emosinya yang telah di ubun-ubun. Seseorang memasuki kelas dan Laras masih menutup matanya seperti orang tertidur.

Langkah kaki itu mendekat perlahan lalu tepat di meja Laras.Tak lama langkah itu pergi lagi ke luar kelas tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Laras mengangkat wajahnya, mencoba melihat siapa yang datang dan meninggalkan sebotol air mineral di atas meja.

Ia berjalan cepat menuju pintu lalu melihat orang yang sudah jauh membelakanginya.

"Geri?" desis Laras menajamkan pengelihatannya.

"Geri kan rambutnya pirang, kalau hitam siapa?" gumam Laras acuh lalu mengambil air mineral yang tadi di taruh di atas meja.

Saat berjalan di parkiran dia melihat cowok tadi, memakai hoddie hitam dan motor sport. Mereka beradu pandang cukup lama sampai Riski meneriakinya dari kejauhan.

"Elang! ngapain pacaran di parkiran?!?!"

****

_Happy reading_

Badgirl Vs Ketos(ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang