Semangat Laras untuk kembali sekolah mulai padam, dia tidak takut kalau harus di bully seperti kemarin karena sudah terbiasa di pukul.
Namun Laras benci jika harus di suruh diam membiarkan pipinya lebam, kata-kata kasar juga sesekali terlontar sedangkan dia harus diam menahan emosi yang sudah hampir meledak. Gak banget.
Entah apa yang membuat orang-orang membenci dirinya padahal dia dalam masalah pelajaran juga tidak pernah unggul, bukan OSIS, bukan siswa berprestasi, culun juga nggak.
Ahh....apa terlalu cantik.'
dia teringat hari pertama masuk sekolah dan hari itu juga langsung di bully oleh teman sebangkunya yang dulu ketika Smp selalu ia bantu ketika kesusahan mencatat pr, meminjamkan uang, bahkan memberikan barang kesayangan kepada dia.
Tapi, temannya itu bukan benar-benar teman, melainkan pemanfaat atas kepolosan Laras yang dulunya kesepian karena tidak memiliki teman.
"Gue gak butuh teman jadi gak usah kenal lagi sama gue." ucapnya ketika hari pertama masuk di SMA Cantika.
Bahkan di hari pertama masuk sudah mendapat pembulyyan secara tidak langsung dengan buku pelajarannya yang sudah di coret-coret dan robek.
Parahnya dulu dia sering menerima pembulyyan dengan kasar seperti tonjokan di kaki di muka sampai lebam bahkan pernah di dorong juga sampai terbentur dinding WC dan di bawa ke rumah sakit karena kehabisan darah.
Papanya, Bram malah menyalahkannya karena terlibat perkelahian di sekolah. melawan pun percuma karena akan mendapat hukuman tambahan yang membuat hatinya geram.
Seperti tadi malam ia di tampar ketika Bram pulang dari kantor. Ia tidak boleh membantah apalagi membalas ucapan lelaki tersebut karena itu sudah aturannya.
Laras di didik keras dan kasar, Bram dan Marisa sering bertengkar saat ia masih kecil
dan hal itu banyak mempengaruhi sifat Laras yang kasar dan brutal. Apalagi orangtuanya tidak pernah terlalu peduli karena sering sibuk dan terus sibuk dengan pekerjaannya hingga lupa akan kehadiran sesosok anak yang membutuhkan penguat dan kasih sayangnya.-----
Sudah hampir jam 7 dan selama itu ia tidak tertidur sama sekali dadanya sangat sesak.
"Apa gue pindah sekolah aja kali ya?!" pikir Laras menatap ke luar jendela dan melihat seorang anak kecil bersama ayahnya, tersenyum sangat manis.
Dia tersenyum miris, Setiap hari ia harus terus menampilkan senyuman palsu, Laras heran kenapa orang mudah tersenyum riang sedangkan ia hanya memberikan senyuman palsu, selalu.
Rasanya ingin terlahir kembali dengan keluarga yang berbeda atau pindah bumi saja, dia sudah cape dengan kehidupan, mungkin juga.... dengan dirinya sendiri.
sedetik kemudian ia menarik nafas dalam-dalam.
Gimana kalau gue membalikkan keadaan?
Elang yang gelisah dan gue yang tertawa.------
Pembalasan Elang tidak pernah berhenti, Sekarang meja dan kursinya di coret tinta dan spidol. Tulisan pada kertas di atas mejanya jelas sangat menghinanya.
'FUCK, membusuk sama sampah sana!!!! Gue gak butuh sampah masyarakat kayak lo!!!!'
Sambil menenteng tas, ia merobek tulisan yang menurutnya terlalu kekanak-kanakan itu.
"Kalau benci perlu gak lewat tulisan kan, lo di ciptain mulut buat bicara, benarkan Salsa?" ucap Laras penuh penekanan pada Salsa sahabat sebangkunya.
"Loh kok gue sih?" sahut Salsa marah
"Ini tulisan lo kan!. gue tau"
"Lo gak bisa nuduh sembarangan tanpa bukti gitu" bentak Laras marah.
"Bilang aja gue gak marah," balas Laras menatap Salsa berusaha meredam emosi.
"Lo kok salahin gue sih? gue benci lo!" Salsa mendorong Laras lalu pergi meninggalkan kelas.
Tatapannya beralih pada Elang yang terlihat tersenyum puas menyaksikan pertikaian Laras dengan temannya.
Karena sudah muak dengan keadaan, Laras pergi menuju lapangan basket. Lagipula ia sudah tidak tahu harus pergi kemana yang penting sudah jauh dari cowok sialan itu.
"Kenapa membolos pelajaran, Nak?" Sahut seorang guru cantik mengenakan jilbab, menyapanya Lembut.
"Kepanasan di kelas bu...di sini enak adem hehehe" Balas Laras pura-pura mengipasi wajahnya dengan ekspresi 'sok gerah'.
"Terus duduk di pinggir lapangan jadi adem gitu?" Bu Maya duduk di samping sambil tersenyum hangat.
"Hehehe" Laras nyengir kuda, ia kehabisan kata-kata.
"Masih ingat kan nasihat ibu kemarin?" tanyanya menatap Laras lembut.
" 'Gak boleh kelahi lagi'. Masih ingat kok bu hehehe."
"Pinter... ibu ngajar dulu ya, kamu masuk kelas gak baik membolos," tambah bu Maya sambil mengelus rambut Laras.
"Siap buk!" laras mengangkat tangannya ke atas alis, memberi hormat.
"Ibu bukan tiang loh ya..." bu Maya berjalan menjauh dan Laras menatapnya diam.
"Coba aja bunda gue kayak dia" gumamnya memandangi guru biologi itu. Jilbabnya yang besar membuatnya semakin terlihat indah sebagai wanita terhormat. Berbeda jauh dengannya yang penuh luka lebam dan gaya yang urakan.
"Mungkin benar kata mereka, gue sampah" batin Laras bangkit lalu pergi ke kelas.
Namun langkahnya terhenti saat melihat Salsa duduk di bangku taman sendirian, karena merasa bersalah Laras mendatangi temannya yang kelihatan murung itu.
"Sa gue minta maaf soal tadi" ucapnya sembari duduk di samping Salsa yang terkejut dengan kedatangannya.
"Gak ras, Gue khianatin lo" Jawab Salsa menunduk mengakui perbuatannya.
"Gue cuman takut dikeluarin dari sekolah,lo tahu sendiri Elang penguasa disini, dia bisa lakuin apa aja yang dia mau, gak ada yang boleh menolak perintah dia"
"Gue bener-bener minta maaf.....gue gak pantes temenan sama lo....gue munafik," Salsa membuang wajahnya takut untuk bertatapan mata dengan Laras.
"Gue bakal bicara sama Elang, lo suruh dia pergi ke rooftof pas pulang sekolah" tuturnya sambil tersenyum.
"Lo gak bakal dikeluarin dari sekolah kok."
"Serius!?!? Makasih banyak Ras.... sayang lo emmmmuuuahh" Salsa memeluk Laras sangat erat.
"ck....gue sesak oiiiii entar gue mati!!!" ia merengek karena pelukan Salsa terlalu kuat.
"Biar."
"Kalau gue mati lo yang beliin kain kafan plus nguburin gue," ucap Laras, Salsa melepaskan pelukannya.
"Iyaaa gue lepas, tapi boong!" Salsa kembali memeluknya, semakin kuat.
"Lepas!!!!!!!"
*15:30
Menaiki atap sekolah, Elang melihat seorang gadis cantik yang tengah berkutat dengan jam, lalu tersenyum tipis mengembang di sudut bibirnya.
Dia sengaja telat 15 menit karena ingin melihat gadis itu menunggunya sendirian. Elang melangkahkan kakinya lalu berdiri di samping cewek yang terlihat menahan kekesalannya itu.
"Mau ngomong apa?" Elang menyahut membuat gadis itu membalikkan badan dan menghadap padanya.
"Gue kalah." ucapan itu membuat Elang speechless.
Apa Elang sudah menang? dan Laras mengakui kekalahannya?.
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
Badgirl Vs Ketos(ongoing)
Teen FictionSebelum membaca ada baiknya untuk memfolow akun Author terlebih dahulu (◕દ◕) Tekan (+) Masukan kedalam reading list perpustakaan kalian!! Seorang cowok yang merupakan ketua Osis SMA Harapan Bangsa, Di pertemukan dengan badgirl petakilan dan super na...