24. Duo anak curut

54 30 1
                                    

Terik matahari membuat Laras kepanasan, belum lagi tatapan para siswa-siswi SMA Harapan Bangsa, setajam silet!

"Astaghfirullah panas beudd anjir" ujar satria sambil hormat pada tiang bendera.

Plakk!

"Bangsul, lo kan nonis ngapain istighfar?" Ucap Laras menggeplak bahu Satria membuat sang empu meringis

"Eh demi alek gue lupa" ucap Satria menepok jidat.

"Eh lagian si pak tua malah enak-enakan sandaran di sana. Kesel gue, kantin yuk?!" ajak Satria sambil hormat ke tiang bendera yang panasnya macam api neraka.

"Hehh bekantan, masih mending kita di suruh hormat beginian daripada kita di depak dari sini kan" bisik Laras, sesekali tangannya pura-pura menggaruk badannya yang tidak gatal, pegel tangan di suruh hormat hampir 1 jam.

Tiba-tiba seorang pria tua dengan stelan jas rapi menghampiri pak Mars, nampaknya ada urusan penting, Mars bangkit dari tempatnya bersemedi meninggalkan lapangan tanpa sepatah kata pun.

"Ras?"

"Hmm"

"Ras..."

"Apasih nyett? lo gak liat apa gue lagi ngupil jangan ganggu anjir" Ucap Laras nyerocos emosi karena kegiatan mengupilnya di ganggu

Satria mendengus "Gue ke wc dulu ya coy kayanya hari ini ada setoran dah"

"Ke wc ya ke wc aja lah ngapain lo ijin sama gue, gue bukan emak lo" Ucap Laras

"Nyantuy napa, duh gue kebelet gue duluan ya..." ucap Satria lari pontang panting menuju toilet dan masuk sembarangan meninggalkan Laras yang sedang ngupil di bawah pohon rambutan.

Plakkk

"Eh sorry gue salah masuk, santuy lah neng" dengus Satria memegang pipinya yang ditampar.

"eh sorry, gue kira mantan gue" ucap Salsa meringis ketika melihat pipi Satria yang memerah.

"Heh mantan lo?! Demi Kolor pak udin yang kemarin gue curi! muka ganteng mirip grup bete'es gini lo bilang mantan lo?! Ampun dijayy?!" Satria buru-buru ngibrit sebelum cewek yang ada di hadapannya ini ngamuk.

"Emang setan lo ya" teriak Salsa di lihat banyak siswi yang sedang cengengesan.

"Apa lo ketawa-ketiwi? gue pites juga tuh pala lo pada!" Teriak Salsa melengos kembali ke kelas.

Sedangkan di lapangan semua murid sudah bubar dari acara eksekusi kedua anak human yang di lakukan untuk menghukum mereka.

"Sorry gak bisa bantu lo, capek gak?" ucap Aksa duduk di samping Laras yang sedang cabut rumput.

Laras mengangguk pelan tanpa menoleh, Aska tersenyum jahil.

"Kalo cape duduk di pinggir gue aja, nyender di bahu gue, gue siap sedia kok"

ini nih ini kalau botol Yakult di kasih nyawa bikin usus buntu. Laras menoleh sebentar dengan ekspresi jijik.

"Lo tadi ngundang tiang listrik?" tanya Laras sambil menatap sinis orang yang ada di hadapannya sambil menatap mereka tajam.

"Enggak tuh, EH BESTIE GUE LO KATA TIANG LISTRIK?!" pekik Aksa melihat Elang menghampiri mereka lalu duduk di samping Aksa.

"Lo beruntung kali ini"

"Apaan sih lo tiang bendera, dari jaman purba sampai jaman nenek moyang gue, lo gak berhenti apa ngerecokin gue terus!" bentak Laras dengan kekuatan 4G.

"Bukannya kebalik?" ucap Elang menaikkan sebelah alisnya.

"Kok nyalahin gue, lo tuh yang duluan! eh katak kutub yang duluan ngusir gue dari sini siapa? ELO..." ucap Laras mengambil nafas dalam-dalam jangan sampai dia menjambak rambut cowok kutub di hadapannya ini. Elang diam sebentar bukan karena ucapan cewek di hadapannya yang persis kek cicak kecekek tapi ia seperti mengingat sesuatu tapi...ah sudahlah lah!

"Ah lo bikin mood gue hancur aja sih" ucap Laras beranjak dengan muka masam.

"Eh Lang, bini lo ngambek tuh gak di kasih uang jajan atau gak lu kasih... ehmm" ledek Aksa ngibrit melihat tatapan tajam setajam mata emak yang kehilangan tupperware-nya.

Brukkk

"Aduhh..."

tiba-tiba tanpa sengaja dia menabrak...

Jodoh? bukan

Gebetan? bukan

Om-om duda? bukan

Pak Udin!

"Eh bro ganteng, kenape kita gak cipika cipiki saja cyynn..." Aksa bergaya mak-mak rempong kang gibah

"Eh ya ampun pak, rambut bapak di semir lagi ya, kinclong beudd kayak pantat panci" ujar Aksa berbasa-basi yang memang sudah basi, membuat wajah pak Udin memerah karena marah.

Pletakk

"Astaghfirullah pak, bapak belum kawin aja udah kdrt sama saya pak" ucap Aksa mendramatis.

"Bapak ganteng" panggil Satria dari belakang.

Satria berpura-pura sopan dengan menyalami beliau lalu memasang muka sedih sambil memegang pipi.

"Pak, tadi kan saya mau beli baslub di kantinnya bu markonah eh betis saya di pites abis tuh muka saya di bogem si Regi, emang asem tuh anak. Disini siswanya pada keras semua ya pak" adu Satria dengan jurus ngibul no jutsu.

"Nanti bapak hukum dia" ucap Pak Udin bergegas meninggalkan mereka berdua.

"Saudara gue..." ucap Aksa dengan derai air mata tumpah setelah menggunakan ritual cabe-bawang-di ulek-ulek.

"Saudari gue..."

"eh lo kira gue cewek apa?!" ucap Aksa ngambek.

"Iya...Eh maksudnya enggak"

"Kantin yuk dek gue yang traktir, lo yang bayar!"

"Sama aja gue yang bayar bangsul... pinter banget dah otak lo gobloknya natural" Dan sejak saat itu duo anak dugong sah jadi kakak-adek.

Saat berjalan menuju kantin suara cempreng cewek membuat para siswi mengerumun kepo dengan apa yang terjadi.

"DASAR BI*CH, MUKA JELEK KEK PANTAT KUWALI AJA LO MASIH NGEHINA ORANG, NTAR KWALAT LO MASUK INDOSIAR" Teriak Salsa naik ke meja dengan muka sok jago nya itu membuat semua orang berdecak.

"KOK MALAH LO YANG SEWOT SIH? EMANG TEMEN LO ITU PUNYA PENYAKIT BISU APA??" Teriak Citra berserta antek-anteknya yang dulu pernah membully Laras di WC.

"Sorry gue gak jago adu mulut, tapi kalau adu fisik silahkan gue ladenin" ucap Laras membuat pasang mata yang melihatnya berbinar-binar seperti sedang menonton adegan romantis.

Karena bukan hanya Laras, Seluruh Rakyat SMA Harapan Bangsa juga juga eneg dengan geng cabe-cabean itu.

"ADU FISIK?? KEMARIN AJA DI HAJAR LO KEK ANAK CULUN BARU KELUAR DARI SARANG HAHAHA CUPU!" teriak Citra tertawa dengan antek-anteknya.

Buugghhh!!

Kali ini Laras tidak lagi seperti anjing yang di ikat lehernya, majikannya sudah pergi dan sifat aslinya mulai muncul kembali di permukaan, ekspresi murid-murid yang melihat pukulan Laras menjadi saksi bahwa ucapan perempuan itu tidak main-main.

Darah mengalir deras daru sudut bibir gadis itu, kepalan tangannya membuat urat di tangannya semakin nampak di sertai tetesan darah yang mengalir di jari jari tangannya.

Citra memegangi mulutnya yang mengeluarkan darah dan melihat dua benda berwarna putih berdarah jatuh di lantai.

Gigi.

"AAAA...GIGI GUE?!?" Cita lari pontang-panting. Hening sejenak sampai suara tepuk tangan terdengar mengiringi langkah Citra yang lari ntah ke mana.

"Gue lebih bahaya dari pengelihatan lo!" ucap gadis itu dengan kepalan tangannya yang berdarah menatap Elang sinis, sangat sinis

***

Holla beban emak gimana kabarnya? sehat? pasti sehat kan?

Alhamdulillah.

~happy reading~

Badgirl Vs Ketos(ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang