39. Laras you are strong

46 10 0
                                    

"Laras tuhan lebih sayang bundamu nak"

Rasanya bumi berhenti berputar, bahkan suara jarum jam semakin lama semakin terdengar berdentang dengan keheningan. Membuang sosok yang tiap detik, tiap menit tidak pernah sekalipun menghapus rasa sayangnya, sosok yang terus berjuang dengan tanpa balas kasih.

Bunda.

Gue menyesali apa yang selama ini gue lakuin ke bunda. Marah, melawan, dan membentak. Gue benci sama sifat gue yang seperti ini, gue marah sama diri sendiri. Gak ada yang gue banggain dari diri gue.

Bangun dari tidur, lalu bersandar pada sandaran kasur, melamun lalu menitikkan air mata memikirkan sikap gue ke bunda. Menyesal. Ya Satu kata dan itu menyakitkan.

penyesalan memang selalu datang di akhir.

"Sayang...Nak Laras?? kamu dengar Tante?"
Cemas Tante mendengar suara lirihan tangis gue. Mematikan sambungan telepon secara sepihak, gue gak mau dengar apapun lagi, dengan bergerak cepat gue memasukkan beberapa baju gue ke dalam koper besar sebelum masuk kamar mandi untuk sekedar mencuci muka lalu melesat menuju kampung halaman, Bali.

Tiap detik dan tiap menit terasa melambat, pesawat yang gue tumpangi beberapa detik lalu baru saja take off. Gue menunggu dengan harap-harap cemas, memikirkan apakah gue masih bisa bertemu bunda dengan keadaan bunda yang baik-baik aja atau...Akhh sudahlah! yang gue lakukan saat ini hanya berdoa meminta perlindungan kepada sang pencipta untuk tidak membawa sang bidadari hati.

Gue menoleh kedepan saat suara pramugari mengintrupsi agar tetap duduk tenang sebelum pesawat mendarat.

Setelah sampai di bandara, gue langsung mencari taxi, cuaca yang mendung seakan  mendukung gue untuk menumpahkan segala rasa sesal gue.

15 menit kemudian taxi datang, gue buru-buru masuk lalu tiba di rumah minimalis berwarna biru muda.

Tapi kok? aneh!

Banyak orang berbaju hitam?

Gue segera keluar dari taxi setelah membayar dan tak lupa mengenakan hijab asal lalu berlari masuk ke rumah.

"Bunda?"

"Laras?"

Gue melirik tante dari sebrang tempat tidur gue dengan deraian air mata.

"Tante, bunda..."

Tante hanya menatap gue tanpa membalas ucapan gue.

"Sayang..."

Alhamdulillah, Allah ternyata masih sayang gue.

"Bunda..." gue berlari dan memeluk bunda, mendekap seakan takut kehilangan.

"Sayang...Laras...Anak bunda jadi anak baik ya?...Kamu cantik sama kayak bunda"

"Bunda cuman mau bilang, bunda sayang, sayang...banget sama anak bunda satu ini" ujar bunda lirih

"Bunda, jangan ngomong gitu, Ara juga sayang bunda. Ara lebih sayang sama bunda."

"Oh iya bunda udah ke dokter? pasti belum kan? ara bantu ya kita ke dokter sekarang, bunda pasti sembuh."

Gue memeluk bunda dengan erat, setelah itu bunda melepaskan pelukan gue lalu mengelus halus kepala gue sambil tersenyum sebelum tangan kecil itu lemah lalu terjatuh di atas kasur.

Gue yang melihat itu panik begitupun tante. Gue menyuruh tante untuk menelpon ambulance dan tante mengangguk tetapi  sebelum di bawa, suami Tante mengecek denyut nadi bunda dan terakhir om berkata yang menghancurkan hati gue.

Badgirl Vs Ketos(ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang