Yang paling girang dibawa ke supermarket. Ya, si Jio. Udah kayak bocah TK. Lari sana-sini. Ngambilin banyak snack yang akhirnya tanpa dia sadari dibalikin lagi sama Dior.
"Katro banget punya adek, emang biasanya dia beli snack di mana sih, Yor?
Warung?"Dior melangkah santai di samping Sada yang mendorong troli. "Lo sadar gak sih, Da. Jio itu tumbuh gak kayak anak kecil lain, bukan cuma Jio, sih. Kita juga kali, ya. Cuma ... Jio lebih miris aja kayaknya. Coba, lo pernah gak diajak mama atau papa ke supermarket bareng? Ambil semua makanan yang kita suka sambil duduk di trolinya?"
Dior melirik Sada, dia bertanya seperti itu setelah melihat seorang anak laki-laki sekitar 3 tahunan sepertinya, duduk di troli yang didorong papanya dan di sampingnya ada sang mama sedang mengambil beberapa snack dari rak.
Sada berpikir. "Pernah beberapa kali sama mama, sama lo juga, kan?"
Dior mengangguk. Lalu mata Sada refleks mandang Jio yang ada di depan. Sudah ada beberapa snack lagi yang anak itu peluk, siap diterjunkan ke troli nantinya. Jio tersenyum lebar saat matanya beradu tatap dengan mata Sada. Tiba-tiba ada rasa menyesakkan melihat senyum lebar itu. Seingatnya, Jio bahkan tidak pernah menyicip sedikit pun masa indah bersama mama.
Tapi kemudian Sada tersadar, melirik troli."Tapi gimana dong? Dia ngambil banyak banget. Mau dibayar semua, atau balikin, nih? Belum juga belanja kebutuhan, troli udah penuh aja. Si Jio lupa kali, ya? Kita udah turun pangkat sekarang."
Dior mengembuskan napas panjang.
Untuk yang satu itu dia tak bisa membela, Jio memang agak sedikit lupa diri. Kaki Dior melangkah menghampirinya."Ji ... "
Merasa dipanggil, Jio menoleh.
"Besok lu kuliah gak usah bawa duit, ya," ucap Dior.
Jio mengerutkan kening, dengan ekspresi tak rela. "Lah, kok gitu. Nggak bisalah, mau ngegembel gue di kampus!" katanya.
"Ya, gimana. Duitnya lu abisin buat jajan sekarang."
Jio menatap makanan yang ada dipelukan. Seketika garis wajahnya menurun. "Yaudah, gak jadi," ucapnya diikuti helaan napas pelan panjang.
Dengan tingkah yang kadang terlihat sepolos itu, Jio mengayunkan kaki untuk menyimpan kembali semua makanan yang sudah dia ambil. Membuat Dior tersenyum samar. Senurut itu.
"Ambil beberapa, Ji. Simpen beberapa, gak usah lo balikin semua," kata Dior, dia melangkah, mengambil alih sebagian snack yang ada dipelukan Jio, membantu adiknya yang terlihat sedikit kesusahan.
"Tapi besok gue ke kampus dikasih jajan, kan?" Jio memandang.
Adiknya si PK, tukang clubbing, Ngeliatin pake tatapan anak bayi. Kok lucu. Bikin Dior jadi pengen banget ngusak-ngusak rambutnya.
"Dikasih, udah ambil yang lu mau yang mana."
Mendengar ucapan Dior. Senyum Jio pun terbit. Kembali riang karena dia tak jadi mengembalikan semua snack di tangannya, memasukkan sebagian yang dia suka ke dalam troli.
-
"Sereal. Sejak kapan ada yang suka sereal?" Baru beberapa menit Sada tinggal untuk mengambil beberapa kebutuhannya, sudah ada barang baru saja di troli.
"Itu punya gue. Jangan dibalikin." Jio memasang wajah memberengut.
Sada melirik adiknya itu, yang nampak trauma, sadar mungkin barang yang dari tadi dia ambil ternyata diam-diam dikembalikan lagi. "Nanya doang gue, parno banget lu. Yaudah ambil susunya. Sereal tanpa susu, mau lo gadoin?"
"Oyya, lupa." Senyum Jio merekah untuk kesekian kali di hari ini. Dia melangkah ke arah penyimpanan berbagai jenis susu UHT dengan bibir menebar senyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERSAGA (Selesai)
General Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Tentang Ersaga Dior dan dua Saudara Er nya.