PART 16

2.9K 416 19
                                    

Selama bekerja. Mata Sada terus melirik-lirik adiknya di setiap ada kesempatan. Senyumnya terbit saat melihat orang itu tampak baik-baik saja.
Bahkan sesekali terlihat becanda dengan seorang teman. Dan yang membuat Sada terkekeh, Dior kedapatan menatap sinis pak Bambang yang sedang melangkah di depannya. Emang dendam banget Dior pada supervisor supermarket itu.

-

Kayaknya cuma mereka karyawan biasa yang bawa mobil. Beberapa teman kerja yang tak begitu mengenal, sampai tak melepas tatap dari mobil Toyota new rush yang akan melaju ke jalanan itu.
Kaca mobil diturunkan, membuat orang-orang di warung kopi bercuap semakin rapat. Mobil yang dikendarai Sada mulai bergabung dengan kendaraan lain di jalanan yang lumayan padat setiap sore. Seperti biasa, mampir ke restoran terlebih dulu untuk beli makan malam, setelahnya baru mobil melaju pulang menuju rumah.

-

Mereka sudah mandi. Rebahan, sampai beberapa lama. Menunggu Jio pulang untuk makan malam bareng. Tapi lewat pukul 20.00. Jio belum juga pulang. Sada dan Dior jadi ketiduran. Mereka bangun, lewat pukul 10 malam. Dan ternyata Jio belum juga pulang. Dior menelepon beberapa kali, tapi tak mendapat jawaban.

"Apa ke rumah Om Jaka?" tanya Dior.

Sada menggeleng. "Gak kayaknya, dia gak tahu alamatnya. Kita kan belum pergi ke sana."

Dior mengulum bibir. "Yakali aja kan. Dia dapet sosmednya Arfa, terus minta alamat." Matanya menatap Sada.

Sada berpikir sejenak, sampai kemudian meraih cepat kunci mobil yang ada di atas meja. "Kita ke sana," katanya. Langsung beranjak.

Dior meraih jaket, sementara Sada selalu cukup dengan baju tanpa lengan, dia tak pernah punya hubungan buruk dengan angin malam, sekuat itu tubuh berototnya.

-

Selagi Sada menyetir mobil menuju perumahan yang waktu itu disebut om Jaka, yang Sada tuju dengan bantuan map. Dior terus mencoba menghubungi adiknya, nomornya aktif, tapi panggilannya tak juga dijawab.

"Permisi, Pak. Rumahnya Bapak Jaka, di sebelah mana, ya? Bapak Jaka , istrinya Ibu Rima, anaknya namanya Arfa."

Security yang menunggu di pintu masuk perumahan tampak berpikir. "Oohh, yang suka pijit itu kali, ya? Di blok Lembayung yang nomor 14, Mas. Lurus aja nanti juga ada plangnya. Rumahnya warna putih," terang security itu.

Sada mengangguk. "Oh, iya. Makasih, Pak."

Mobil Sada kembali melaju, masuk ke dalam perumahan.

"Beneran ini, Da?" tanya Dior. Mereka sudah ada di depan rumah yang dibilang security tadi.

"Ya, kita masuk aja dulu."

Sada keluar mobil. Dior tampak ragu, tapi mengikuti juga. Rumah berlantai dua minimalis. Berpagar putih dengan bunga hiasan gantung yang terawat. Vibesnya, rumah keluarga kecil bahagia banget. Keraguan Dior seketika hilang.

"PERMISI!" Sada berteriak. Hanya dengan satu teriakan, sepertinya sudah ada orang yang sedang membuka pintu depan. Setelah terbuka, tampaklah anak lelaki dengan boxer hitam dan kaus putih. Berdiri menggunakan satu kruk.

"ARFA!" panggil Sada.

"Tuh'kan bener, Bang Sada. BUU, YAAH!!!Ada Bang Sada." Arfa berteriak ke dalam rumah. Dua orang paruh baya langsung keluar. Arfa membuka gerbang mempersilahkan Sada dan Dior untuk masuk.

Sada dan Dior kemudian masuk, menyalami tangan Om Jaka dan Tante Rima, saling bertanya kabar singkat. Juga menanyakan kondisi Arfa yang sudah hampir pulih.

"Masuk dulu." Om Jaka, mempersilahkan.

"Makasih, Om. Maaf ganggu malem-malem. Kita ke sini mau nanyain Jio. Ada ke sini gak, ya?" tanya Sada.

ERSAGA (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang