Sada menunggui Dior yang terbaring di ranjang klinik dengan masker oksigen yang menutup hidung dan mulutnya. Dadanya naik turun dengan kentara. Dior berada di sana karena asmanya yang menyerang saat selesai mandi tadi pagi, dan uap nebulizer tidak begitu membantu melancarkan pernapasannya. Sada akan membawa ke rumah sakit tadinya, tapi Dior tidak mau, katanya hanya perlu bantuan oksigen sebentar. Dokter klinik sudah memberikan obat juga, tapi kalau sesak itu tidak juga hilang, maka Dior tetap harus dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan lebih.
"Beneran baikkan?
Dior mengangguk. Dokter baru saja melepas masker oksigennya. Meski saturasi oksigennya meningkat, tapi Sada masih bisa mendengar cara bernapas Dior yang belum sepenuhnya normal. Dior tetap tidak mau dirawat inap di rumah sakit, jadi mereka pulang.
"Beli roti dulu." Sada membelokkan mobil ke parkiran supermarket. Sada keluar, masuk ke dalam supermarket. Tak lama, dia kembali dengan secup kopi hangat, kantong putih berisi roti, dan rokok yang dia lempar ke dashboard. Sada memang masih perokok, sampai saat ini, hanya tak pernah di dekat Dior, selalu di luar rumah.
--
Karena Dior sedang tidak sehat. Sore ini, Sada naik jabatan jadi koki untuk memasak makan malam dan Jio jadi asistennya. Dior menonton mereka sambil ngemil, sesekali mengoreksi apa yang dilakukan Sada.
"Kita bikin medium rare. Woah, emang jago banget sih gue tuh. Liat, Ji, udah kayak yang di resto, kan?"
Jio melirik daging yang ada di teflon. Mereka membuat steak, Sada yang panggang daging dan membuat sausnya.
Jio bagian sayuran pelengkap, juga menggoreng kentang goreng siap saji."Kalo sama daging gue tuh udah kek berteman dengan baik, Ji. Lo tahu gak, Ji? Di tempat kerja, gue sebelum motong daging itu, gue elus dulu si dagingnya, kenali dulu, gue ajak ngobrol baik-baik dulu. Baru gue potong. Dengan hati. Biar tar dimasaknya juga jadi enak. Ya, Yor?"
"Gila," sahut Dior datar.
Sada terkekeh. Steaknya sudah ada ditingkat kematangan yang dia inginkan, Sada angkat kemudian meletakkannya di piring, menambahkan saus dan sayuran rebus. Kentang goreng juga selesai, sedang Jio tiriskan.
"Kalo ini enak. Nanti gue jualan aja lah. Minta duit modal ke Fredrick." Sada meletakan satu piring di hadapan Dior.
"Kalo ini enak. Gue juga mau jualan, ah." Jio mengikuti ucapan Sada sembari meletakkan satu piring kentang goreng.
"Pasti enak lah itu, Sat! Orang tinggal goreng doang," kata Sada melirik sebal.
Jio terkekeh lalu duduk di hadapan Dior.
--
Sudah beberapa hari, Sada perhatikan, Dior selalu kesulitan di setiap malam. Biasanya Sada tidak ikut bangun, tapi beberapa hari ini, suara nebulizer dan batuk Dior selalu membuatnya bangun. Bukan ... bukan karena bising, tapi lebih ke-gak tenang.
Di bawah lampu temaram, Dior menyender pada dinding samping. Dia tidak akan tahu kalau Sada juga terbangun. Sada pun tidak bergerak, hanya membuka mata dan mengawasi Dior dalam diam. Soalnya kalau Sada kelihatan bangun, nanti Dior selalu minta maaf, terus jadi terlihat gak enak hati, mengira kalau Sada bangun karena terganggu olehnya. Dan itu, Sada tak suka.
--
"Da, bangun."
Seseorang menggoyang kakinya sembari melewati tubuhnya. Sada menggeliat. Dior? Matanya langsung terbuka saat menyadari beneran Dior yang membangunkannya. Sekarang orang itu sudah masuk ke dalam kamar mandi. Sada menunggu Dior keluar, mandinya tak pernah lama. Paling 10 menit, paling lama. Dior keluar, memakai handuk di pinggang.
![](https://img.wattpad.com/cover/300368922-288-k778178.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ERSAGA (Selesai)
Fiksi Umum**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Tentang Ersaga Dior dan dua Saudara Er nya.