PART 14

2.8K 405 14
                                    

"Gak enak banget jadi blangsak."

"Emang siapa yang bilang enak, Ji?"

"Gue laper."

"Bentar, Yor. Kita lagi merenungi keblangsakan ini dulu."

Jio mengembuskan napas panjang. "Pas banyak duit, gak pernah gue segabut ini tiduran di atas tembok rooftop, sambil mandang langit sore yang gitu-gitu aja."

"Heh, bagus tau, Ji. Lo liat awannya jalan, mau ke mana ya? Pelan banget kek gak ada niat."

Dior melirik Sada malas. "Emang begitu kali, Da. Kalo cepet-cepet ya, serem."

Dior bangun dari posisi telentangnya. Membuat Jio dan Sada menoleh.

"Mau ke mana?" tanya Sada.

"Laper gue. Beli makan, ayok."

"Beli mulu, gue masaklah."

"Nggakk!!!"

Tak hanya Dior yang menyahut. Jio juga. Satu hati, mereka menyerukan kata yang sama. Sada mendengus, dia rubah posisi telentang menjadi menyamping, memunggungi kedua adiknya.

"Gue marah=lo pada gak makan, bodo amat!"

"Lo yang gue makan!!" Dior berucap sewot. Sada gak tahu banget, mood orang kalo lagi laper.

"Bangun, Da, ah! Resek banget," Dior makin sewot.

"Lo yang resek, kalo lagi laper." Sada bangun, sebelum Dior berubah jadi macan.

"Ji, lo ikut makan gak?" tanyanya pada Jio yang masih betah banget rebahan.

"Makan di mana? Yang enak, ya. Eh, Pagi sore dong gue lagi ngidam padang nih."

"Sama, Ji. Ayokklah," kata Dior jadi semangat.

"Hehh!!! Jangan ayok-ayok aja lo berdua, yang megang duit di sini gue! Bujuk dulu."

Dior mendelik. Resek banget Sada.

"Males, ah." Jio bangun, berucap mewakili Dior, yang sekadar untuk menyahut pun rasanya tak ingin.

"Gue tau dompet lo di kasur, gue ambil sendiri duitnya," ucap Jio yang kemudian langsung berlari cepat masuk ke dalam rumah.

"WOI, JI!!! AWAS LO YA, BERANI AMBIL!"
teriak Sada, langsung bangkit, dan berlari mengejar Jio.

Dior berdiri. Menepuk pantatnya yang sebenarnya tak akan kotor, karena lantai rooftop bersih. Lalu dia berjalan santai menyusul kakak dan adiknya. Dari jauh mendengar suara nyaring mereka. Bisa dipastikan, sekarang keduanya sedang bergulat memperebutkan dompet hitam punya Sada.

--

Meja makan penuh oleh hidangan khas menu masakan padang, semuanya tampak menggiurkan. Membuat Dior dan Jio, saling pandang dengan senyuman lebar. Masakan padang adalah kesukaan Manda. Jika sedang di rumah, mamanya pasti memesan berbagai menu dari tempat ini lewat gofood. Dior dan Jio yang paling suka, sedangkan Sada, biasa saja. Sekarang saja wajahnya tampak kesal, melihat adik-adiknya memesan banyak sekali menu.

"Belum ada dua minggu, duit udah tipis aja. Lo berdua gak sadar-sadar diri juga, udah blangsak, masih aja," Sada ngomel.

"Makan dulu deh, Da. Isi tenaga, ngomelnya ntar aja lanjutin," kata Dior. Tak begitu mendengarkan omelan Sada,
dia mulai menyendok nasi dan mengambil beberapa hidangan untuk mengisi piringnya. Sada mendengus, tapi karena ngiler juga, apalagi saat melihat Jio yang mulai makan dengan lahap. Sada memutuskan, yaudah, ngomelnya dipending. Makan dulu, seperti kata Dior.

-

Saat akan membayar. Baru saja Sada membuka dompet, Dior sudah terlebih dulu menyodorkan 4 lembar uang merah pada pelayan yang memberikan bill. Sada meliriknya.

ERSAGA (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang