PART 20

3.8K 458 46
                                    

"Woaw, tumben banget nih sarapannya lebih ada niat. Abang-abang gue udah pada dapet gaji, apa gimana?"

Jio baru saja turun. Berjalan menghampiri meja makan yang biasanya hanya ada roti tawar ditemani selai coklat, kacang, strawberry, atau blueberry. Pagi ini berbeda. Kayak lebih naik kasta. Roti pun terlihat dipanggang, ada kemajuan lah. Selama tinggal di rumah ini pemanggang roti di dapur hanya jadi pajangan. Di atas meja ada sosis goreng, omlet yang tampak sempurna, terlipat, dengan isian nasi goreng di dalamnya. Ada waffle, ada bacon goreng juga, Jio mencomotnya, lalu kepalanya mengangguk-angguk.

"Siapa yang masak? Ternyata abang gue ada yang jago masak juga. Pasti Bang Dior?"

Jio melirik Dior yang lagi makan sosis.
Kakaknya yang satu itu hanya mengedikan bahu.

"Gue yang masak. Enak aja Dior," aku Sada. Terkesan sewot, tak rela kenapa Dior yang selalu Jio tuduh untuk sesuatu yang dalam konteks kebaikkan.

"Lo ..." Mulut Jio membulat siap menyerukan ketakjuban. "Woah--"

"Beli, Ji. Percaya aja lo sama Sada," Dior memotong cepat.

Sada langsung meliriknya sembari mendecih. Baru juga mau panjat sosial dari hasil karya orang. Jio menyendok nasi goreng yang ada di dalam lipatan telur dadar.

"Gue tadi pura-pura percaya aja sih. Mana mungkin," katanya dengan kedikan bahu.

Ingin sekali Sada mengumpat melihat ekspresi adiknya yang meremehkan itu, tapi ada hal yang lebih penting yang harus dia sampaikan.

"Eh, bocah! Awas ya sampe lo mabok lagi kek kemaren. Minum sewajarnya aja, jangan sampe gitu. Mana pake acara hangover di kampus lagi," kata Sada.

"Ji, catet. Kalimat ke dua."

Jio melirik Dior yang berucap. Tak mengerti.

"Minum sewajarnya aja!" ulang Dior dengan agak keras sembari dia melirik Sada.

Sada yang merasa tengah disindir, mengkerutkan kening. "Sekarang gue udah lama gak mabok ya, Yor! Jangan lo jatohin dong citra gue sebagai kakak di depan adeknya. Ini gue lagi kasih nasehat nih." Sada buka mulut, hendak melanjutkan nasihat yang tadi, tapi kemudian mendesah kasar.

"Ah, lo sih, Yor! Jadi lupa, anjir! Tadi gue mau ngomong apa," ucapnya, melirik kesal. Yang dilirik malah tertawa.

"BANGS--"

"Amm. Ngomong mulu."

Dior memasukan sepotong sosis di garpunya ke dalam mulut Sada yang terbuka, hendak berkata kasar. Sada melotot. Menatap Dior tajam, sembari mengunyah sepotong sosis dalam mulutnya.

"Ih, bekas gigitan lo, bangsat!!" Setelah tinggal telan, baru Sada sadar.

Jio bergidik. Dari beberapa menit yang lalu dia hanya diam, pasang wajah jijik. Sebagai sksi hidup gimana Dior mengulum terlebih dulu sosis yang disuapkan ke dalam mulut Sada. Bukan sekadar bekas gigitan.

"Dimasukin mulut dulu tahu sama bang Dior. Ew. Jijik," kata Jio sembari bergidik lagi.

Sada melirik Dior. "Seriusan lo?"

Berharap mendapat respon gelengan kepala pertanda hanya becanda, tapi adik pertamanya itu malah merespon dengan tertawa. Terbahak-bahak. Tampak puas. Menandakan apa yang dikatakan Jio benar.

"Kok lo gak bilang sih, Ji! Akh--"

Sada beranjak, mengambil minum. Meneguknya sekaligus sampai tak tersisa. Untuk ketiga kali Jio bergidik.

"Yor. Ish, gue colok lo!" Sada mengambil garpu, mengacungkan nya.

Tapi Dior tak takut. Tawanya malah makin menjadi. "Udah tanggung ditelen ini, Da. Gak pa-pa lah, ludah gue suci kok," katanya disela tawa.

ERSAGA (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang