"Mama ke mana, Bi?"
"Katanya mau ke Bali, Den. Tadi berangkat pagi-pagi."
"Oh."
Dior duduk sendiri di meja makan mengambil sehelai roti lalu mengolesinya dengan selai yang ada. Sudah biasa. Tak aneh dengan mamanya yang sosialita itu, beberapa jam yang lalu di rumah jam berikutnya sudah melancong aja, berada di suatu tempat.
Tapi Dior gatel, mau banget ngomelin mak-mak anak tiga yang gak tahu umur itu.Dior mengeluarkan handphone, mencari nomor mamanya, lalu menekan ikon panggil. Tapi kemudian menekan tombol merah. Tidak jadi panggilan suara, ganti dengan panggilan video.
"Yooorrrrr ... Mama di Bali."
Senyum lebar di wajah mamanya yang sialnya memang berparas awet muda itu terpampang jelas di layar handphone.
"Maaahhhh!!!! Contoh, noh keluarga Rafathar, meja makannya gak pernah sesepi ini." Dior memperlihatkan keadaan meja makan dengan kamera belakang.
"Kok sendiri? Sada sama Jio mana?"
"Anak Mama yang manusia itu cuma aku, sisanya kebo!"
Manda malah tertawa mendengar ucapan Dior, padahal Dior gak lagi becanda, lagi Sebel banget pokoknya. Kapan coba goals nya buat jadi kayak keluarga Rafathar terwujud kalau begini terus. Mana sosok Rafi di keluarganya udah minggat. Rafi yang playboy punya Nagita sebagai pawang yang tepat. Lah, papanya yang buaya itu punya pawang malah buaya betina. Hadeuhhh ... tak mengerti lagi Dior dengan keluarga harmonisnya ini.
"Yor, nanti Mama telepon lagi, ya. Mama mau swimming-swimming dulu."
Percaya atau tidak, mamanya sekarang lagi pakai bikini. Walaupun tertutup kimono, tapi masih keliatan kok talinya.
Dior ingin mamanya cepat peyot saja biar cepet-cepet sadar umur. Tapi sayangnya Mama memang belum terlalu tua, masih berusia 39 tahun. Hamil duluan saat mengandung kakaknya, Sada. Usia 15 tahun Mama sudah hamil. Jadi jangan salahkan kalau anaknya bejat semua. Toh, orang tuanya saja luar biasa.
-
"Mama muda ke mana?"
Dior menoleh. Sudah bisa ditebak dari cara memanggil perempuan yang sudah mengandungnya selama sembilan bulan. Si adik manis, Jio, berjalan menghampiri meja makan dengan kolor dan tanpa baju.
"Lo pake baju dulu bisa gak sih, Ji? Bibi itu cewek, gimana kalo nafsu liat lu."
"Ya, tinggal ena-enain aja," Jio menyahut enteng, seperti biasanya. Si turunan playboy paling brengsek!
"Dasar PK lu! Semua cewek diembat gak pandang bulu."
Jio tertawa, mengambil sehelai roti lalu mengolesinya dengan selai seperti yang dilakukan Dior tadi. Di rumah memang tidak pernah ada yang suka sarapan aneh-aneh, semuanya mengawali pagi dengan roti tawar dan selai yang ada. Lagian, yang selalu sarapan juga biasanya hanya Dior, yang lain lewat. Tidur bagai kebo.
"Eungghhh ...."
Suara lenguhan keras terdengar. Dior memundurkan kursi, melongo ke ruang keluarga. Ada kaki berbalut sepatu Converse hitam yang terlihat menjulur dari lengan sofa.
"Astagaaaa!!!!! Keluarga gue indah banget," ucapnya seolah takjub nyerempet frustasi.
Jio ikut melongokkan kepala lalu tertawa sembari mengunyah roti tawarnya santai. "Selamat pagi keluarga bahagiaku," serunya diikuti tawa renyah yang panjang.
--
KAMU SEDANG MEMBACA
ERSAGA (Selesai)
Ficción General**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Tentang Ersaga Dior dan dua Saudara Er nya.