PART 25

3.7K 455 39
                                    

"Dior ... "

"Iya, Pak?"

Pak Bambang tampak urung mengeluarkan kalimat yang tinggal diucap.

"Gak jadi, saya minta Angga aja," katanya, lalu supervisor menyebalkan itu pergi. Dior mengembuskan napas panjang, kembali bekerja, mengisi barang di rak. Setelah selesai, dia berdiri tegak dari posisi membungkuknya, menghela napas.

"Oke,Yor?"

"Oke." Dior tersenyum, menyahut pertanyaan temannya yang baru saja lewat. Saat Dior menoleh ke arah tempat Sada, ternyata Sada juga sedang menatapnya, dari tadi berusaha telepati agar Dior juga menengok. Alis Sada terangkat. Dengan tangan membentuk isyarat, oke? Dior mengangguk, melakukan hal yang sama, oke, ditambah senyuman lebar. Semua mengkhawatirkannya, karena lusa kemarin asma Dior kembali kambuh di tempat kerja. Hari kemarinnya Dior tidak masuk, makanya di hari ini saat masuk kerja lagi, semua lebih was-was padanya.

-

Seperti biasa diiringi dengan canda tawa, kaki-kaki pekerja keluar dari tempatnya menuju parkiran. Sada dan Dior masuk mobil setelah saling berpamitan dengan teman-teman mereka. Besok hari pernikahan Manda, mereka berdua sudah minta izin untuk absen kerja.

-

"Beli sate enak kali, Da, tapi si Jio sukanya taichan."

Sada menepikan mobil dan berhenti dekat warung sate yang membuat Dior tergoda.

"Tar beli lagi yang taichan. Ayam, kambing, sapi?" tanya Sada.

"Sapi," sahut Dior.

Sada keluar dari mobil. Dior tak ikut keluar, karena ada asap pembakaran.
Dia tersenyum melihat Sada yang tampak sedang memesan, gercep banget, padahal Dior cuma bilang, "Enak kali, Da."

--

"Woahhh, adek gue udah pinter masak nasi."

Jio menyilangkan tangan di dada dengan satu tangan memegang sendok nasi. Memasang wajah super bangga pada diri sendiri. Saat Sada dan Dior masih di jalan, Jio terus mengirim pesan, nenyombongkan diri kalau dia berhasil masak nasi, seolah itu hal yang sulit untuk dilakukan dan dia jadi salah satu dari segelintir orang yang berhasil melakukannya.

Sada dan Dior berganti pakaian terlebih dulu. Baru turun lagi ke bawah. Jio mempersilahkan Sada untuk mengetes nasi yang dia masak, menyodorkan sendok nasi dengan penuh kesopanan.

"Sombong banget lu. Masak nasi doang," kata Sada, sembari terkekeh, tapi dalam hati, entah kenapa bangga. Jio lho ini, yang dulu nyalain kompor aja gak pernah.

"Tapi ini tuh pertama kali, Bang, dan gue berhasil. Lo aja waktu itu gagal, jadi kek makanan bayi. Kebanyakan aer, tapi gue ... termasak dengan sempurna."

Iya, awal mencoba masak nasi, Sada memang gagal, kebanyakan kasih aer. Dia akui lah kehebatan Jio. Dior menonton kesombongan adiknya sambil kunyah sate. Cuma mesam-mesem doang dia. Kalau Jio udah menyombong, udahlah iyain aja.

"Ji, lo masih punya kerupuk??"

"Ada."

Jio mengambil satu bungkus kerupuk keriting siap makan dalam kemasan, lalu memberikannya pada Dior. Sada selesai memindahkan nasi pada wadah, membawanya ke meja makan.

"Punya gue. Taichan. Yeahh!!"

Jio berseru senang. Abang-abangnya memang selalu tahu apa yang dia suka.

"Tambah sambel bawang enak tahu."

Jio beranjak mengambil sambal dalam toples dekat rice cooker.

"Nanti minta lagi ke tante Rima, Ji," ucap Sada, dia pun suka pada sambal bawang buatan tante Rima.

ERSAGA (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang