Alarm handphone berbunyi. Sada membuka mata. Malam ini dia tidur dengan sangat nyenyak mungkin karena merasa lelah seharian tadi. Saat bangun, pikirannya jadi ringan, moodnya juga terasa baik. Sada matikan alarm. Udah bolos kerja beberapa hari. Biarin lah, paling juga nanti temennya Fredrick ngadu ke Fredrick, anaknya makan gaji buta. Sada kembali tidur. Melanjutkan mimpinya. Mood yang baik tidak membuatnya ingin bangun lebih awal.
--
"Eunggg--"
Setelah meneruskan tidur beberapa jam sejak alarm dimatikan. Sada menggeliat.
Meregangkan tangan dan kaki di ranjang. Mengumpulkan separuh ruh dengan mata terpejam lalu setelah beberapa menit diam, baru dia beranjak bangun untuk mengeluarkan hasrat alam.Sada melangkah sempoyongan ke kamar mandi. Matanya masih setengah tertutup. Keluar dari kamar mandi, baru bisa terbuka lebar, habis cuci muka langsung segar. Sembari menguap, Sada berjalan kembali ke ranjang untuk membangunkan adik-adiknya, sudah waktunya membuat atau membeli sarapan.
"Yor," panggilnya. Membangunkan Dior yang masih tertidur. Jio juga belum bangun padahal sudah pukul 10.00. Tapi ini hari minggu, kedua adiknya tidak akan bangun kalau tidak dibangunkan.
"Yor, bangun." Sada menggoyangkan kaki Dior disela aktifitas berburu belek.
"JIII!!! BANGUNN!!! Mau balik jam berapa???!!" Sada berteriak untuk membangunkan Jio. Dior juga tampak masih terlelap nyenyak. Si bontot di atas, pasti tak jauh beda. Belum ada suara tanda-tanda bangun soalnya.
"Yor."
Sada baru melirik Dior. Wajahnya pucat. Dari kemarin memang pucat, tapi sekarang bibirnya seperti ikut pucat membiru. Sada menyipitkan mata, memperjelas penglihatan.
"Yor," panggilnya lagi, masih tenang. Walaupun tampaknya tak ada pergerakan dari tubuh Dior. Sekadar gerakan bernapas pun, Sada seakan tak melihatnya. Ah, mungkin tertutup bedcover tebal. Sada kemudian naik ke atas ranjang, merangkak mendekati Dior. Menyibakkan bedcover yang menutupi tubuhnya.
"Bangun, Yor. Udah siang."
Sada pegang tangan Dior yang terasa dingin. Lebih dingin dari suhu tubuhnya kalau dia kambuh. Dingin yang ini, seperti tidak ada hawa hangat sama sekali.
"Yor, bangun lo!" Sada menggoyangkan bahu Dior dengan sedikit kencang. Menaikkan nada suaranya, mulai panik. Dior tetap tidak merespon. Sada kemudian memasukkan tangannya ke dalam kaos yang Dior pakai, menyentuh permukaan kulit dada kirinya secara langsung. Tak ada yang bergerak, atau memang tangan Sada yang kurang peka pada gerakan kecil. Sada mencoba lebih merasakan.
Beberapa menit hening, hanya berusaha merasakan detak jantung Dior, tapi malah detak jantungnya sendiri yang makin terasa berdegup. Permukaan kulit yang dingin itu tetap diam seakan tak ada yang berdetak di dalamnya.
"Yor, gila lo. Bangun!" Sada menggoyang-goyangkan telapak tangannya di kulit dada Dior.
"Yor!!!!" Sada mulai kacau sekarang. Tangannya yang masih masuk ke dalam kaos Dior, memukul-mukul. Mencoba membangunkan detak yang sepertinya tertidur.
"Yoorr."
Wajah pucat dengan bibir membiru,
sebenarnya sudah cukup untuk menjelaskan, raga itu, sudah ditinggal ruhnya."Nggak! Yor, jangan gini. Diorrr!!! BANGUN!!!! YOORR!!!!" Sada berteriak di depan tubuh kaku Dior. Dia tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Tubuhnya gemetar. Masa Dior--.
"ARRRGGGHHHH!!!!!!!!!" Sada kemudian berteriak, menenggelamkan wajah dalam bantal di sisi kepala Dior,bmeraung di dalam sana. Tangannya yang satu masih menyentuh permukaan kulit dada Dior, terus memukul-mukul.
![](https://img.wattpad.com/cover/300368922-288-k778178.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ERSAGA (Selesai)
Ficción General**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Tentang Ersaga Dior dan dua Saudara Er nya.