Dua anak kecil terduduk di lantai, dekat pagar pembatas lantai dua. Lewat celah besi mereka menonton apa yang sedang terjadi di lantai bawah.
"Mama sama papa lagi maen perang-perangan, ya?? Kok gak ajak aku. Aku kan suka maen perang-perangan."
Yang paling kecil mengoceh, tanpa ada rasa takut pada kericuhan yang sedang terjadi antara dua orang tuanya.
"Perang-perangan orang dewasa itu serem, Yorr. Liat, piring-piring sampe terbang-terbang," sahut si yang lebih tua.
Mereka Sada dan Dior. Yang masing-masing masih berusia 6 tahun dan 4 tahun.
"Piring-piring terbang kayak ufo?"
Mata polos Dior membulat menatap Sada.
"Mm." Sada mengangguk. "Mama sama papa aliennya," katanya kemudian, tanpa ragu.
"Berarti kita juga alien?" Mata Dior melebar.
Sada terdiam, berpikir, tampak enggan jika mengiyakan, tapi terjebak oleh ucapannya sendiri. Kemudian terdengar suara tangis, berasal dari kamar yang ada tepat beberapa langkah dari tempat mereka duduk.
"Baby alien udah bangun. Ayok maen."
Sada langsung beranjak, berlari menuju pintu kamar tersebut. Dior juga jadi ikut bangkit tak menghiraukan lagi mama dan papanya yang masih main peperangan. Dia melangkah membawa pesawat mainannya. Jio baru berusia dua tahun, dia bangun dan seperti biasa diawali dengan tangis, ditenangkan oleh mbak baby sitter yang juga mengurus Sada dan Dior beberapa bulan ini. Dari kecil mereka diurus oleh baby sitter yang berganti-ganti.
"Jiooo ... mau maen pesawat sama Abang Dior?"
Dior mengangkat mainan pesawat yang dia bawa, bermaksud untuk mengajak.
"Nggak, Jio maunya main kejar-kejaran sama Abang Sada. Ayok, Jiiii, lariiii!!!"
Sada berlari. Jio yang tadinya masih badmood dipangkuan Mbak langsung meminta turun untuk mengejar kakaknya.
"Abang Dior gak boleh ikutan lari-larian, ya," ucap Mbak saat melihat anak kedua dari majikannya itu hanya menatap kedua saudaranya yang saling mengejar sembari tertawa terbahak-bahak. Seperti ingin bergabung. Tapi Dior kecil sudah tahu batasannya. Di lantai yang dilapisi playmat, kemudian dia mengambil mobil-mobil-an di pojok ruangan, memainkan dengan pesawat putihnya sendiri.
Diantara 3 anak majikannya. Si anak kedua ini memang yang paling mudah diurus. Sada, si anak pertama. Tipe anak yang sering mengamuk, jika ada keinginannya yang tak terpenuhi, dia akan melemparkan apa saja, menangis keras, sekeras-kerasnya, bahkan sampai guling-guling di lantai. Jio, si bungsu, sangat Rewel, kadang tak jelas maunya apa, dia hanya terus menangis, dan susah sekali berhenti. Dan Dior, yang tak pernah menangis, apalagi mengamuk.
Dia tahu kalau menangis bisa membuatnya sesak napas, makanya sejak memasuki usia 4 tahun, dia mulai mengerti, dia tak boleh menangis, tak boleh bermain berlebihan, dan harus selalu nurut, karena tak bisa bernapas itu, sangat tidak nyaman. Karena itu, di sekolah Dior disegani oleh teman-temannya. Merasa tak boleh menangis, maka Jika ada anak lain yang memukul, alih-alih menangis, Dior akan langsung balas pukulannya, pun jika ada anak yang mengolok-olok, atau membully, Dior tak pernah menangis atau mengadu, dia akan memilih untuk membalasnya saja dengan sepadan.
Sampai beberapa kali mbak yang mengurusnya dipanggil ke sekolah karena Dior sering membuat anak lain menangis. Padahalkan Dior nakal karena anak lain nakal duluan, dan akan jadi lebih nakal kalo ada yang membuat adiknya menangis, Dior si kucing manis bisa jadi bayi macan jika itu terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERSAGA (Selesai)
Fiksi Umum**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Tentang Ersaga Dior dan dua Saudara Er nya.