Sada memarkirkan mobil.
"Da, yang bener aja. Lo punya duit?"
Dior melirik Sada yang sudah membuka sabuk pengaman.
"Dulu masuk sini kecil, sekarang kek berat banget. Jangan sampe balik kita makan nasi doang, Bang," kata Jio.
Gamang dengan keputusan Sada yang membawa mereka ke salah satu taman bermain."Tenang aja. Duit gue lagi banyak, kemaren minum dibayar. Gue mabok juga hasilin duit, Yor. Keren gak, tuh?"
Dior mendecih, menggulirkan bola mata.
"Keren, Bang," Jio yang menyahut dengan senyuman lebarnya.
"Minum sama tante juga?" tanyanya kemudian.
"Kagak lah. Najis banget anjir. Lu itu, dan jangan sekali-kali lagi. Awas lu!"
Senyuman Jio makin melebar. "Asal lo tambahin duit jajan, ya?" pintanya.
Sada melirik. "Ya!" Menyahut dengan sewot dan terpaksa. Daripada Jio diuwel-uwel tante-tante lagi, Sada tak rela.
-
Sada melangkah masuk dengan wajah penuh percaya diri, Jio dengan senyuman lebar, dan Dior dengan helaan napas. Mereka memasuki dunia fantasi.
"Buang-buang duit lo, Da," Dior bersuara.
Sada beli tiket fast trek, nambah-nambah pengeluaran aja, kan lumayan mahal, bertiga lagi. Sada tidak mengindahkan. Melanjutkan langkah congkaknya. Emang cuma Dior yang mendalami hukuman Fredrick.
"Makan dulu dong, laper. Columbus tuh."
Jio menunjuk tempat makan yang menjual salah satu makanan kesukaannya, Friedchicken. Tanpa protes Sada dan Dior mengikuti saja langkah kaki si bontot.
-
Entah mereka ke dufan mau maen atau mukbang. Kebetulan tadi hanya sarapan roti tawar. Meja kini penuh, berjajar makanan, bukan hanya menu utama yang berupa nasi dan ayam, banyak jajanan lain juga, yang sempat-sempatnya tadi Jio jajal tempat jajan sebelum pesanan nasi dan ayam datang. Habisnya hari ini Sada baik banget, padahal kemarin baru saja marah-marah soal boros uang.
"Itu ayam, ini ayam," omel Dior.
Dia menghela napas sambil menusuk ayam shihlin dari kantong kertasnya. Diomel, tapi dimakan juga.
"Ya kali aja semasa hidup mereka temen, jadi gue buatin reuni di sini," sahut Jio.
Sada melirik. Iya-in aja. Anak priknya Fredrick.
"Enaknya naek apaan nih?" tanya Sada. Memikirkan wahana apa yang akan dijajal, di saat mulutnya masih sibuk mengunyah makanan.
"Semua lah," Jio menyahut, tanpa harus dipikirkan.
"Emang lu berani? Tar mabok," timpal Dior. Jio langsung menoleh. Mendengar nada peremehan.
"Ya, kagaklah! Gue pernah coba satu persatu pas jaman sekolah," ucap Jio.
"Kapan lu ke sini?" tanya Sada.
"Dulu SMA."
"Lo Da, kapan terakhir ke sini?" Dior ikut bertanya. Mereka tak pernah main-main bareng soalnya. Dulu tak pernah saling peduli, saudaranya kalau tidak ada itu lagi pergi ke mana. Ya, bodo amat, gak mau tahu.
"Sering gue pas kuliah, ngajak cewek pasti ke sini. Gue ajak naek kora-kora sama masuk rumah hantu. Biar meluk, hehe," Sada menyahut, diakhiri kekehan dan senyuman nakal.
"Yahh ... harusnya sekarang, gue juga sama cewek."
Jio manyun, terlihat menyayangkan yang ada di depannya kini adalah Sada dan Dior.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERSAGA (Selesai)
General Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Tentang Ersaga Dior dan dua Saudara Er nya.