PART 10

3.4K 482 41
                                    

Sada memandang bangga pada adiknya, dengan senyuman lebar selebar-lebarnya.

"Kok lo bisa sejenius ini sih, Ji."

Jio yang dipuji, sejak tadi mengangkat dagu, tak menurunkannya barang sedikit pun, kemudian jari telunjuknya terangkat mengetuk-ngetuk kepala dengan eskpresi wajah yang menyombong sekali.

Dior mendecih. "Buat hal kayak gini aja otak lo jalan, Ji," katanya, tak habis pikir dengan adiknya yang bisa mengingat password kulkas mini tempat minuman beralkohol koleksi papanya, hanya dengan melihat sekilas saat waktu itu papa buka. Padahal otak Jio kalau soal hal akademik tak bisa diandalkan sama sekali lho. Gak pernah nempel.

"Cobain, yuk."

Sada menyondongkan badan pada Jio. Excited. Tak menghiraukan suara Dior.
Begitu pun Jio. Senyumnya melebar, lalu mengangguk kuat.

"Yuk," sahutnya antusias.

Sada beranjak dengan semangat mengambil pembuka tutup botol wine yang dia bawa dari rumah.

"Dan lo tahu, Bang. Gue searching ini harganya berapa?"

Sada kembali dengan alat pembuka penutup botol wine, menghampiri meja makan.

"Sekitar 68 juta." Senyum Jio makin melebar bangga setelah mengatakannya.
Yang dia ambil memang hanya sebotol minuman, tapi seharga motor, Coy!

Sembari membuka penutup botol minuman beralkohol itu, Sada menghela napas. "Harusnya lo ambil yang termahal, Ji, atau lo ambil dua lah. Biar tahu tuh si Fredrick, berani-beraninya berurusan sama sel-sel spermanya."

Tupp ... tutup botol terbuka. Sada dan Jio kompak mendekatkan hidung, menghirup dengan mata terpejam.

"Wangi kenikmatan. Kita nikmati malam ini dengan wine yang lebih mahal dari harga diri Jio," kata Sada.

Dan Jio tertawa, bukannya tersinggung.

Sada mengambil gelas berukuran sedang lalu melangkah ke arah kulkas. "Ini es batunya harus dibikin, ya?" Dia membuka freezer menilik-nilik isinya yang kosong.

"Ya iyalah, emangnya kayak di rumah lu," Dior menyahut.

Sada menutup kembali pintu freezer, berbalik membawa gelas, tiga.

"Yaudahlah, gak pake es juga tetep enak." Dia letakkan tiga gelas itu di meja. Sudah ada beberapa cemilan juga di sana, dan mereka baru saja selesai makan ayam spicy McDonalds yang tadi dibeli.

"Gue gak minum, Da," ucap Dior.

Sada menghentikan gerakannya yang akan menuang wine ke gelas ketiga. "68 juta lho, Yor. Yakin lo gak mau coba?"

Jio menatap kakak keduanya itu. "Seteguk aja, Bang. Yakali gak nyoba. Kapan lagi," katanya ikut memprovokator.

Dior melirik botol wine. Beberapa lama. "Setan lo!" umpatnya. "Yaudah, dikit aja." Tentu saja tergoda. Sayang sekali wine sultan masa gak nyoba.

Sada menerbitkan senyum. Menuangkan setengah gelas untuk Dior.

"Untuk hari-hari indah kita ke depannya. Cheerss putra-putra tersayang Fredrick," seru Sada.

Ketiganya tersenyum. Jio dengan senyum lebarnya, Dior dengan senyum tenangnya, dan Sada dengan senyum brengseknya. Mengadukan gelas mereka. Lalu meneguk minuman itu bersama.
Kompak menurunkan gelas. Kompak juga mengembangkan senyum. Pilihan papanya memang tak pernah mengecewakan. Manda juga pasti menyukai ini. Kedua orang tuanya itu sebenarnya punya lidah yang sama soal selera. Harusnya bisa bersatu. Eh, tapi kan dua kutub yang sama tak akan bisa menyatu, ya.

ERSAGA (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang