Ian duduk diruang tunggu operasi, matanya menatap kosong lantai dengan kedua tangan bertaut, perasaannya cemas. Dua jam lalu dirinya menabrak seorang wanita yang tengah menyebrang jalan, entah kenapa bisa terjadi, tapi ia rasa dirinya tengah dipengaruhi alkohol yang diminum di bar pribadi milik Kai walaupun hanya sedikit. Terburu-buru Ian memasukkan wanita dengan kondisi bersimpuh darah pada mobilnya, melaju menuju rumah sakit milik Papah-nya yang berada di kawasan Sudirman demi menghindari Polisi dan Wartawan. Tempat ini aman, Ian yang merupakan publik figur dan pembalap professional terjaga privasinya disini.
"Ian!" panggil seseorang yang baru saja datang, Ian menoleh mendapati Tama dan Johnathan berjalan menghampirinya.
"Papih mana?" tanya Ian yang ikut berdiri mensejajarkan ketiganya.
"Lagi ngurus keamanan, biar kalau ada polisi atau wartawan bisa langsung di handle." jawab Tama.
Ian mendengus lega. Beruntungnya ia memiliki keluarga yang supportif, dan juga hari ini Indonesia masih lockdown hari ke tiga dimana diberlakukan jam malam. Jadi jika bukan karena keperluan khusus ataupun bekerja masyarakat diharuskan berada dirumah setelah jam 20.00, dan Ian melanggar peraturan pemerintah tersebut.
"Di jalan ada CCTV, cepat atau lambat polisi pasti bakal periksa lu, Yan." ucap Johnathan yang diangguki Ian, dia tidak akan lepas dari tanggung jawabnya.
Ketiganya menoleh ketika mendapati Papah beserta asisten pribadinya berjalan mendekat.
"Ian, lu tau kan konsekuensi sama resikonya setelah lu ngelanggar aturan pemerintah udah gitu nyetir sambil mabok terus nabrak anak orang?"
Ian mengangguk, perasaannya masih shock karena kejadian hari ini.
"Lu harus tanggung jawab sampai tuh cewe sembuh, jangan lari dari masalah, lu bukan anak SD yang matahin krayon temen terus kabur, awas aja kalau gua dapet laporan lu kaga tanggung jawab gua jedotin pala lu ke pohon mangga depan rumah!"
Ian menegakkan kepalanya, menatap Papahnya yang sedang marah tetapi tetap mengeluarkan rasa sayang terhadap anak ketiganya ini. Ian itu bandel, paling susah diatur dan semaunya, bahkan dia selalu mendapat pengawasan dari pihak kepolisian saat berkuliah di Amerika dua tahun lalu.
"Iya." jawab Ian.
"Oh iya, lu tadi bilang butuh cash, buat apa?" tanya Johnathan sambil memberikan amplop tebal berwarna coklat pada Ian.
Ian melihat isinya, "Buat dia." jawabnya sambil menatap ruang operasi yang tertutup.
###
"Ugh..."
"Oh, lu udah sadar?"
Ian, Tama dan Johnathan berdiri mengelilingi wanita yang tengah berbaring pada ranjang rumah sakit. Operasi berlangsung selama empat jam, kemudian wanita ini dibawa pada ruang ICU untuk observasi sebelum dipindah pada ruang inap. Kakinya patah, kepalanya terbentur, wanita yang diketahui dari KTP di dompetnya bernama Ayudia ini perlahan mulai membuka matanya.
"S-siapa?" tanya Ayudia bingung, menatapi ketiga pria dihadapannya.
"Saya Tama, maaf sebelumnya atas insiden kecelakaan mobil yang dilakukan adik saya, tapi kamu tenang saja kita tetap akan tanggung jawab."
Ayudia tidak menjawab, matanya beralih pada jendela yang sudah terang, wajar karena sekarang jam menunjukkan pukul sembilan pagi.
"Hah sekarang jam berapa? Saya harus kerja.. Aw!"
Ketiga pria itu lantas memegangi tubuh Ayudia yang tadinya hendak bangun, rupanya si wanita belum sadar betul apa yang terjadi.
"A-aw.. aduh sakit." ucap Ayudia yang kembali direbahkan badannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold On [NCT Taeyong FF] END
Fanfiction[SELESAI] Ayudia tertegun begitu mendapati dirinya terbangun di pagi hari berada di ranjang rumah sakit dan disodorkan uang 500 juta. Tragedi kecelakaan yang membuat tulang kakinya retak ternyata membuat hidupnya berputar 180°, ia harus menghadapi T...