4. Thank you, Mas Ian

2.9K 295 106
                                    

"Bisa gak turunnya? gua anter aja ya?"

Ayudia menggeleng menolak tawaran Ian, ia kemudian membuka pintu mobil dan mengeluarkan tongkat penyangganya keluar, sedikit kesusahan karena pijakan mobil Range Rover milik Ian yang cukup tinggi.

"Gua turun aja deh." ucap Ian kemudian melepas selt belt-nya, tidak tega melihat Ayudia yang kesulitan mengkondisikan kakinya.

Keduanya kini tengah berada di sekolah Arga, sekolah dasar negeri yang tak jauh dari kontrakan Bibi-nya Ayudia. Karena tidak adanya jadwal, Ian memutuskan untuk mengantar Ayudia yang memiliki urusan disini setelah itu menemaninya terapi untuk evaluasi tulang kakinya yang retak.

Ayudia menolak tawaran Ian, "Gak usah Mas!" mutlaknya, "Nanti kalau ada berita skandal gimana?" ucapnya sambil mengerutkan dahi.

Ian menuruti, mengurungkan niatnya keluar dari mobil, ia memperhatikan Ayudia yang berdiri tertatih dengan berpeganggan pada tongkat penyangga, berjalan perlahan kemudian menutup pintu mobil Ian dan pergi memasuki gerbang sekolah dasar.

Ian terkekeh, ia menyibak rambutnya dan masih membayangkan wajah Ayudia yang tadi marah-marah menahannya agar tidak keluar mobil.

###

"You want this?"

Arga mengangguk, ia menyukai sepatu berwarna hitam dengan strip merah yang ditunjukkan Ian.

Arga, Ayudia dan Ian tengah berada di pusat perbelanjaan. Sejujurnya, Ayudia sedari tadi tidak tenang, ia terus menoleh kanan-kiri karena takut ada orang yang mengenali Ian, memotretnya dan menyebarkannya di internet sehingga akan muncul berita skandal yang mempengaruhi karir si pria yang merupakan pembalap profesional tersebut.

"Ka Ayu, Arga boleh yang ini?" Arga berbalik badan, menatap Ayudia yang tengah duduk di kursi roda dengan mata bulatnya penuh harap.

"Coba lihat."

Ian memberikan sepatu tersebut, setelah Ayudia melihat harganya yang mencapai dua juta ia menggeleng, "Gak ya Arga, emang tabungan kamu udah cukup?"

"But I want this shoes, please?"

Ayudia tetap menggeleng, "Arga coba sini-" Ayudia memegang kedua tangan adiknya sambil menatap mata yang menunduk menatap ujung sepatu, "Coba mana Ka Ayu lihat dulu matanya Arga."

Arga menegakkan pandangnya, bibirnya cemberut karena keinginannya tidak dituruti, "Arga udah makan?"

"Belum."

Tangan Ayudia mengusap surai Arga, diusapnya pipi chubby sambil mencubitnya kecil, "Sepatu itu kebutuhan primer atau sekunder?"

"Hngg..." Arga kembali menunduk, memainkan kakinya pada lantai, "sekunder."

Ayudia tersenyum, tangannya masih setia mengusap lengan dan bergerak sampai punggung Arga yang ia tarik perlahan kemudian dipeluknya, "Maaf ya, gak sekarang okay? sepatu Arga masih bagus kok."

"Hm... okay."

Ian yang melihat keduanya hanya menghela nafas, sebenarnya ia tidak mengerti pemikiran Ayudia, padahal menurutnya jika ingin ya tinggal beli saja.

"Tolong ukuran 36, bisa dikirim ke rumah?" Ian diam-diam pergi ke kasir, membeli sepatu seharga dua juta tersebut dan menuliskan alamat penthouse-nya untuk dikirim hari ini.

###

Cklekkk...

Perawat membuka pintu ruang pemeriksaan fisik sebelum melakukan fisioterapi, Ian mendorong kursi roda Ayudia dengan Arga yang turut berjalan mengikuti di sampingnya.

Hold On [NCT Taeyong FF] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang