22. Back To You

3.6K 243 48
                                    

Ian menyesap ekspresso-nya sambil menatapi jalanan kota Jakarta dari lantai dua puluh dimana ruang kerjanya berada. Kepulan asap dari kopi yang masih hangat menghantarkan baunya pada indra penciuman Ian, menghadirkan rasa tenang untuk dirinya yang akhir-akhir ini sedang gelisah.

Tidak ada masalah yang berarti setelah malam dimana Ayudia mengatakan dirinya sudah mati rasa untuk Ian, hari-hari berjalan layaknya normal, Arga yang selalu merengek manja tiap kali Ian pulang kerja, Ayudia yang masih suka menonton drama korea dan channel memasak kemudian dipraktekan saat pagi hari, serta dirinya yang masih diberikan ciuman tiap kali berangkat dan pulang kerja.

Semua terasa normal.

Tetapi, kenapa Ian merasa ini semua tidak normal untuknya?

Rasanya... seperti ada yang berubah.

Jika mendengar curhatan Johnathan setiap kali dirinya, Ian dan Tama bermain golf di hari minggu pagi, pria yang juga sedang dihadapkan istrinya yang tengah hamil tua itu selalu berkeluh karena Angel yang akhir-akhir ini terlalu manja sampai Johnathan harus work from home, bahkan tinggal di apartemen samping kantor karena Angel tidak mau ditinggal barang satu meter-pun. Atau, Angel yang kerap kali mengidam sehingga menyusahkan Johnathan bahkan pada jam tiga dini hari.

Pertanyaannya, mengapa Ian juga tidak merasakan itu?

Ayudia bahkan tidak mengalami morning sick seperti Angel yang biasa membuat Johnathan harus terlambat mengikuti rapat. Ayudia juga tidak memiliki permintaan seperti mengidam selain sate padang yang dimintanya pada jam sebelas malam minggu lalu.

Ian bertanya-tanya, apakah Ayudia memang tidak mengalami fase tersebut, atau istrinya itu menyembunyikannya dari Ian?

###

"Huekk..."

Ayudia dibantu Renata -kepala pelayan- untuk memuntahkan seluruh sarapan pagi yang baru saja ditelannya, membantu memijat leher Ayudia serta mengusap punggungnya.

"Kita ke dokter ya, Ka?"

Ayudia menggeleng, ia memilih duduk pada toilet sambil meminum air hangat yang disodorkan Siska, salah satu personal assistent-nya.

Selama tinggal di penthouse sampai di rumah ini, Ayudia sudah mulai akrab dengan para pelayan yang selalu menjaganya, berkomunikasi lebih santai, bahkan Ayudia lebih memilih dipanggil 'Ibu' atau 'Kakak' daripada 'Nyonya' seperti yang biasa mereka katakan.

"Saya perlu telepon Pak Theo, Bu?" tanya Siska yang tentu saja ditolak Ayudia.

"Jangan, ini biar jadi rahasia kita aja."

Diantara semua pelayan dirumah ini, Renata dan Siska selalu menjadi tempat berbagi rahasia dan cerita oleh Ayudia, mereka berdua pula yang mengetahui berapa banyak rasa sakit yang selalu Ayudia tahan sendiri tanpa memberitahu Ian.

###

Ian melihat Ayudia dari CCTV yang ia sambungkan pada iPad-nya, tidak terlihat kejanggalan disana, hanya Ayudia yang sedang merefill pewangi ruangan di kamar Arga kemudian ke dapur untuk memasak dan mencari resep, setelahnya Ayudia memanggil salah satu pelayan dan ia kembali ke kamar.

"Tumben, apa karena hamil jadi Ayu gak bisa berdiri terlalu lama?"

Setelahnya CCTV hanya bisa melihat kondisi kamar yang ditinggal Ayudia yang berbelok pada kamar mandi, Ian masih memperhatikan, berpikir bahwa Ayudia mungkin hanya buang air tetapi terlalu lama jeda waktu sampai akhirnya Renata terlihat memasuki kamar dengan langkah sedikit berlari membuat Ian seketika menegakkan badannya, dua menit kemudian Siska ikut memasuki kamar dengan nampan berisi dua minuman yang membuat Ian bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi?

Hold On [NCT Taeyong FF] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang