9. Toll road, Kaylaa and Ayudia

2.7K 284 54
                                    

Arga terbangun dan mendapati jam sudah menunjukkan pukul enam lewat empat puluh lima menit, namun karena tidak ada tanda-tanda Ayudia yang memasuki kamarnya, Arga kemudian beranjak dari tempat tidur dan mencari Bunda serta Papahnya.

"Terus gimana Mah? ...iya ini tempelin aja ke perutnya Ayu? panas dong? ...oh, pakai handuk."

"Papah." Arga yang masih mengusak matanya menghampiri Ian yang membawa botol kaca dengan ponsel yang diapit telinga kiri dan bahunya.

"Arga udah bangun?" tanya Ian sambil membuka kenop pintu kamar.

"Bunda kenapa?" tanya Arga sambil mendangak.

Begitu pintu terbuka terlihat Ayudia yang tampak sedang membuka gorden, ia bahkan sudah merapikan tempat tidur dan mandi pagi.

"Loh kamu ngapain?"

Ayudia mengeryit, "Buka gorden, Arga ayo mandi udah mau jam tujuh."

"Gak ada gak ada!" Ian mencekal tangan Ayudia saat ia hendak menghampiri Arga, dibawanya kembali Ayudia pada tempat tidur dan di baringkan kesana.

"Nih kata Mamah tempelin di perut." Ian meletakkan botol kaca berisi air panas yang sudah dililit handuk kecil pada perut Ayudia, "Udah tiduran aja, jangan banyak gerak, biasanya Kaylaa kalau lagi haid hari pertama juga izin sekolah."

"Tapi aku beneran gak apa-apa loh, Mas."

"Udah diem, biar gue aja yang urusin Arga."

Pintu ditutup. Ayudia meremat perutnya yang kembali merasakan nyeri, tangannya menekan botol air panas untuk sedikit meredakan nyeri yang biasanya mau tidak mau harus ia tahan karena harus berangkat bekerja.

Sejak jam empat pagi Ayudia sudah meringis menahan sakit, membangunkan Ian yang tidur disampingnya sampai si pria terjaga dan melakukan segala cara agar Ayudia tidak begitu kesakitan, menelepon dokter dan Mamah serta meminta Ayudia untuk tetap berbaring saja dan jangan banyak bergerak.

###

"Arga mau selai coklat kacang atau strawberry?"

 "Coklat kacang!"

Ian menyiapkan sarapan Arga sambil membuat bekal makan siang sederhana untuk si 'anak pertama'. Mengingat tidak memiliki jadwal pagi ini Ian juga memilih untuk mengantar Arga ke sekolahnya.

"Arga mau pindah sekolah gak?" tanya Ian begitu mobil yang ditumpangi keduanya keluar dari basement penthouse.

"Kemana?" tanya Arga yang duduk di kursi penumpang sebelah Ian, sibuk menatapi ramainya jalan di pagi hari.

"International scholl, maybe?"

"Tapi Arga gak pintar bahasa inggris, Pah."

Ian mengusap surai Arga, selagi menunggu lampu merah Ian sedikit menyamping agar leluasa menatap anaknya,"Arga pinter kok, kan sering ngomong bahasa inggris juga sama Papah."

Arga tampak berpikir, "Emang boleh sama Bunda?"

Ah iya, Ian belum membicarakan ini dengan Ayudia. Perpindahan sekolah Arga sebenarnya sudah direncakan Ian sejak lama, terutama saat ia mendapati sekolah Arga yang tampak kumuh dan kecil, penjaja makanan tidak sehat dengan minyak hitam dan tidak adanya kantin serta ketring makanan sehat.

"Nanti Papah tanya Bunda, tapi Arga mau kan?"

Arga mengangguk, "Papah mau mangga!" tunjuk Arga pada penjual yang keliling menghampiri setiap pengendara di lampu merah.

"No, itu gak sehat, kita beli buah potongan di supermarket aja okay?"

"Tapi mau itu."

"Itu gak sehat, sayang."

Hold On [NCT Taeyong FF] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang