Theo Adrian

551 61 2
                                    

"Silahkan Pak, berikut surat-surat untuk mobil Ioniq 6 -nya."

Gue tersenyum senang menerima dokumen-dokumen mobil baru yang sudah gue tunggu tiga bulan lamanya, menyambut uluran tangan Ryan -marketing mobil- gue tiba-tiba berbelak saat wajah pria Ryan berubah jadi wajah istri gue, Ayu.

"Mas Ian."

"Hah?"

Ternyata mimpi, gue agak gelagapan saat Ayu sambil menggendong Catherine yang sedang menangis membangunkan gue tiba-tiba padahal gue baru tidur tiga jam lalu.

"Kenapa, Ay?"

"Mas, tolong gendong Catherine sebentar ya, aku siapin Arga yang mau sekolah dulu, Cath gak mau digendong siapapun, dia lagi tumbuh gigi."

Catherine kini sudah pindah dari tangan Ayudia ke gue, mukanya sudah memerah karena nangis terlalu lama, dan ini drama tumbuh gigi Catherine yang kedua di usia 11 bulan.

Gue ajak Catherine ke balkon, sambil hirup udara pagi dan melihat pemandangan komplek yang sebenarnya tidak terlalu asri, sudah banyak rumah.

"Adek tunjuk apa?" tanya gue saat Catherine menunjuk rumah di sebelah rumah gue yang terdapat spanduk bertuliskan 'Rumah ini Dijual'

"Adek mau rumah? Boleh, nanti siang kita beli."

"Mas."

"Becanda, Ay."

Ayudia ternyata masih di kamar, membersihkan tempat tidur sebelum kembali ke kamar Arga.

"Tolong suapi Catherine, Mas."

"Oke, Ay."

***

Gue menyuapi Catherine di meja makan, aturan yang diterapkan Ayudia agar anaknya tetap disiplin untuk makan dan tidak boleh dilanggar siapapun.

"Buka mulut adek, pesawat masuk, wiii.."

Gue masih tidak sangka, setahun lalu, gue bahkan masih bisa dibilang cowo brengsek yang suka gonta-ganti pacar sesuka hati, tapi lihat gue sekarang, sedang menyuapi anak batita sambil memperagakan pesawat.

Melihat Catherine yang sudah beranjak besar, Arga yang bahkan sudah bisa izin pulang sore untuk kerja kelompok di rumah temannya, membuat gue merasa, dunia cepat berputar.

Dulu gue tidak pernah tahu kalau orang yang gue tabrak sampai retak tulang keringnya adalah jodoh gue. Sempat waktu itu, semuanya gue anggap bencana dan musibah.

Bahkan, gue sempat menganggap semua ini merepotkan.

"Pap-Papa-Papah."

"Udah abis? Mau disuapi lagi sama Papah?"

Tapi, ternyata keadaan yang menurut gue merugikan itu justru adalah cara Tuhan untuk menjadikan gue jadi manusia lebih baik dari sebelumnya.

Mungkin ini semua berkat doa orang tua gue juga yang selalu ingin anaknya selamat, ingin anaknya punya kisah cinta yang baik dan dipertemukan dengan orang yang baik.

Sekarang disinilah gue, memandikan anak kedua gue yang berantakan sehabis makan, sambil ibunya menyiapkan baju dan cream telon.

"Bisa gak, Mas?"

"Bisa, cuma anaknya betah nih gak mau udahan mandinya!" keluh gue.

Catherine awalnya tidak suka mandi, tetapi semenjak dibelikan mainan kamar mandi seperti kepiting pembuat busa, kura kura berenang, air mancur gurita dan sebagainya yang diberikan Kaylaa, Catherine menjadi senang mandi tetapi jika diangkat ia akan menangis dan marah.

"Lama-lama gue buang mainan dari si Kaylaa."

Ayudia tertawa, ia menyambut Catherine di gendongan gue yang sedang meraung menangis histeris seperti seorang bayi yang habis dicubit Papahnya.

"Hahaha.. sabar sayang, dulu juga waktu kecil kamu kaya gini, ngerepotin Ibu kamu."

Gue mengangguk, "pantesan dulu gue ditinggal kabur Mamih, ya."

Ayudia menoleh, "maaf."

Gue ketawa, sebenernya tidak ada masalah untuk membahas Mamih, lagipula gue udah cukup berdamai sama kejadian masa kecil dan sudah hilang sepenuhnya atas rasa trauma.

"Aku kan sekarang punya kamu." ucap gue sambil mengusap kepala Ayudia dan diam-diam mencuri kecupannya.

"Diem gak, aku lagi fokus."

"Ih, lebay banget segala fokus, bilang aja salting!"

Anehnya, dari sekian banyak kejadian di hidup gue, kehadiran Mamah Rita sebagai pengganti dan pengobat trauma atas ditinggalnya gue oleh Mamih kandung gue sendiri, kehadiran Ayudia dan Arga sebagai pelengkap hidup gue padahal gue selalu memainkan perasaan orang lain, rasanya semua ini seperti ilusi, rasanya gue gak tenang dan merasa semua ini pasti ada bayarannya. Tuhan pasti akan menghilangkan beberapa hal dari gue untuk membayar semua bahagia ini.

Tapi, jika memang Tuhan ingin mengambil sesuatu dari gue, ambil apapun, asal jangan keluarga dan anak-anak gue.

I really do loving them for my entire life.

###

Terima kasih <3

Hold On [NCT Taeyong FF] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang