13. Falling Down

2.5K 271 50
                                    

Tw/ physical abuse, harsh words

...


Ian menghampiri Papah, Tama, dan Johnathan yang sedang menata meja makan untuk makan malam, "Gue mau."

Papah menoleh pada Ian, kemudian memberikan bakwan yang hendak dimakannya, "Apaan sih Pih, kok bakwan!"

"Ya elu gak jelas dateng-dateng bilang mau, mau apaan? gua lagi makan bakwan jadi gua kira lu mau bakwan."

"Gak doyan." jawab Ian.

"Dih sok banget lu."

"Kenapa sih si Ian?" tanya Tama yang baru datang dari dapur dengan semangkuk besar sayur asem.

Papah mengangkat bahunya acuh, "Gak jelas mau apaan."

"Mau ambil perusahaan Papih juga."

"AH... Panas!"

Setelah menaruh mangkuk besar dengan terburu-buru, Tama menoleh pada Papah yang lidahnya kegigit saat memakan bakwan panas karena perkataan Ian yang tiba-tiba.

"Beneran lu?" tanya Johnathan setelah selesai menyusun piring.

Ian menghela nafas, "Bener, ya... gua gak enak aja lu sampai pake duit pribadi buat pembebasan lahan jalan tol biar gak kena rumah pacarnya Kaylaa."

"Jadi... yaudah gua mau, SN Automotif aja ya." ucap Ian sambil melirik kiri-kanan, sadar dirinya jadi pusat perhatian dua abang dan Papahnya, "Udah ah kalau diliatin mulu gak jadi." keluhnya kemudian pergi.

"Idih bendu." cibir Papah melihat anak bungsu dari isteri pertamanya ngambekan.

...

Bendu : baperan dalam bahasa sunda

###

Ian membuka pintu kamarnya, terlihat Arga yang baru saja selesai mandi masih dengan handuk yang melilit tubuhnya, sedang berdiri dihadapan televisi yang menampilkan iklan perusahaan kakeknya, SN Group.

"Papah Tama kan ada di situ yang gedungnya tinggi, hebat ya bunda?" jerit Arga begitu gedung 50 lantai disoroti kamera.

"Iya."

Ian duduk di sofa, bergabung dengan Ayudia yang kini memakaikan baju untuk Arga. Bukan tanpa alasan Ian tiba-tiba ingin bergabung dengan perusahaan Papahnya setelah selama ini selalu menolak karena merasa bisnis bukanlah passion-nya. Selain karena tidak enak pada Johnathan yang mengorbankan dijodohin dan mengambil alih perusahaan demi Ian, perasaan iri karena Arga selalu membanggakan Tama menjadi alasan kuat untuk dirinya.

"Nanti juga Papah kerja disitu."

"Beneran?" tanya Arga, matanya berbinar menatap Ian.

Ian mengangguk, "Nanti Papah bikin mobil bagus, uangnya bisa buat Arga jalan-jalan."

"Bisa jalan-jalan ke pantai sama naik pesawat?"

Ian terkekeh, permintaan Arga terlalu sederhana untuknya yang memiliki pesawat jet dan pulau pribadi, "Bisa dong!"

"Arga gak usah nabung ya, Pah?"

Arga yang berdiri diantara kedua kaki Ian membuatnya menoleh menatap Ayudia yang tengah merapikan kamar, "Tetep nabung dong." jawab Ian yang disahuti cemberutan Arga.

"Tapi nanti Papah tambahin." bisik Ian yang disambut kekehan kegirangan dan dua jempol Arga.

###

Hold On [NCT Taeyong FF] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang