"Wooaahhh..." Arga memekik takjub tatkala lampu taman yang baru saja selesai didekorasi dinyalakan Ian.
Taman belakang seluas seratus meter persegi, di design khusus untuk si anak agar bisa mengeksplor secara outdoor segala permainan untuk meningkatkan kemampuan motoriknya.
Mulai dari garasi kecil untuk tiga mobil-mobilan Arga, gazebo sebagai tempat bermain, ayunan, air terjun dan danau buatan, serta jembatan kecil untuk melewatinya. Sebenarnya Ayudia hanya meminta ruang terbuka buat Arga bermain, ukuran tidak terlalu besar juga tidak masalah. Tetapi, bukan Ian jika menurut begitu saja, ditambah dirinya yang bersifat totalitas.
"Ini kalau hujan Abang boleh main disini?" tanya Arga, melihat langit sore yang menggelap.
"Boleh, tapi kalau siang ya, kalau sore harus udah masuk, mandi terus kerjain PR-nya, oke?"
Ian mengusap rambut Arga, mengajak si anak sulung untuk kembali ke dalam rumah dan mengerjakan PR-nya diruang TV sambil menunggu Ayudia menyiapkan makan malam.
"Ada yang bisa aku bantu?" tanya Ian begitu sampai dapur, ia menggulung lengan kemejanya sampai batas siku setelah melepaskan dasi dan menaruh jas pada sandaran kursi meja makan.
"Tolong ambilin kecap asin, Pah."
###
Hari ini Ayudia dan Rachel sibuk menyiapkan kue dan katering pada pengajian tujuh bulan kehamilan Angel di kediaman Adiatmaja. Sementara si pemilik acara masih merenggut diatas sofa.
Ia marah karena Ayudia belum hamil-hamil juga.
"Gimana sih Ian! gak kompeten!" rutuk Angel sambil melirik sinis Ian yang sedang tertawa bersama suaminya.
Gagal sudah rencana Angel untuk mengahabiskan waktu satu bulan sebelum persalinan bersama Ayudia di Singapore, karena nyatanya Ayudia belum juga merasakan tanda-tanda kehamilan sampai hari ini.
Johnathan berdecak, "Cupu sperma lu kebanyakan dipake berzina si." ledeknya pada Ian karena belum berhasil membuahi.
"Bacot, ini namanya takdir Tuhan."
"Makannya bikin tiap hari."
Ian berdecak, "Si goblok, kasian lah bini gue." ucapnya sambil mendorong kepala Johnathan.
###
"Nda mau pipis." Arga menarik-narik baju abaya Ayudia yang tengah membantu pelayan memindahkan opor dari panci ke nampan katering.
"Papah mana, Bang? ini Bunda lagi bantuin dulu ya."
"Papah ngobrol mulu sama temen-temennya."
Ayudia menyisir pandangannya mencari Ian. Benar saja, sang suami tengah berdiri pada teras depan menyambut tamu dan para koleganya bersama dengan Johnathan dan Tama.
Ayudia mengantar Arga menuju kamar mandi yang akhir-akhir ini iya sebali eksistensinya, "Bunda tunggu diluar ya?"
Arga cemberut, walaupun sudah bisa membersihkan pipisnya sendiri, tetapi ia takut karena katanya kamar mandi dirumah ini terlalu besar, "Bundaaa..."
Ayudia akhirnya ikut masuk dengan menahan nafas, melirik gelisah pada pewangi ruangan dan sabun yang menimbulkan bau tidak enak dihidungnya, membuatnya pusing dan mual tiba-tiba.
"Huek.."
###
"Gak enak perutnya?" tanya Ian sambil mengusap perut Ayudia.
Begitu Ayudia memuntahkan isi perutnya yang hanya cairan bening, Arga berlari menghampiri Papahnya di teras rumah dan melaporkan kejadian tersebut.
Sebenarnya Ian sudah menduga akan seperti ini, karena dari kemarin Ayudia terlihat tidak nafsu makan dan hanya menyemili choco ball yang Ian bawa sebagai merchandise yang diberikan Kai sehabis pulang dari Swiss.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold On [NCT Taeyong FF] END
Fiksi Penggemar[SELESAI] Ayudia tertegun begitu mendapati dirinya terbangun di pagi hari berada di ranjang rumah sakit dan disodorkan uang 500 juta. Tragedi kecelakaan yang membuat tulang kakinya retak ternyata membuat hidupnya berputar 180°, ia harus menghadapi T...