23. The End

824 49 12
                                    

"Udah kamu kerja aja deh sana! Berantakan!" keluh Ayudia yang sedang memunguti pakaian Ian yang berserakan di ruang tengah.

Selama menjalani work form home karena Ayudia yang masih seringkali mual akibat kehamilannya, Ian juga jadi sering dimarahi.

Selama dirumah, Ian sering keluar untuk membeli makanan yang Ayudia inginkan, mengantar-jemput Arga dan sekedar lari pagi keliling komplek, tetapi setiap keluar rumah Ian selalu mengganti pakaian dan melepas pakaiannya sembarangan.

Jaket yang setiap keluar rumah berbeda karena lupa taruhnya dimana, sampai kunci mobil yang bahkan tergeletak di bawah lemari televisi karna jatoh tersenggol kemudian terlupakan.

"Marah-marah mulu, hamil ya?"

"Kamu nanti aku sabet ya lama-lama!"

Ayudia yang sudah mengangkat jaket Ian yang ia punguti, diredakan Ian yang buru-buru berlari menghampirinya kemudian mengambil jaket tersebut.

"Iya iya, sini aku aja yang beresin, udah tuan putri duduk aja ya, nanti cape, nanti laper, nanti minta yang aneh-aneh lagi."

Ayudia akhirnya duduk pada sofa, rautnya masih kesal dengan Ian, "Jadi, kamu gak ikhlas kalau aku minta makan yang aneh-aneh?"

Ian menghela nafas pasrah, karena maksud perkataannya bukanlah seperti itu, ia hanya, bercanda.

Rasanya Ian ingin menangis kalau Ayudia sudah di mode sensitifnya.

"Enggak sayang, nanti kalau kamu kebanyakan makan yang lain gizinya susah buat dihitung, kasian tuh Doni." ucap Ian sambil melirik kearah dapur dimana Doni -ahli gizi- berada.

Iya sih, Ayudia juga jadi merasa bersalah karena akhir-akhir ini Doni tampak kesusahan mengatur asupan gizi dirinya karena rasa mengidam yang kerap kali datang tiba-tiba.

***

Pagi yang cerah di bulan Desember, Ian yang kita kenal sebagai pembalap mobil F1 kini melaksanakan pertandingan terakhirnya di Marina Bay Street Circuit, penonton yang didominasi penggemar Ian memandang fokus pada mobil yang melesat dan memasuki lap 57 dimana satu lap lagi maka Ian akan kembali memenangkan pertandingan untuk ketujuh kalinya sebelum pensiun dini.

"Papah juara dua!" sorak Arga begitu Ian sampai pada garis finish, tangannya bertepuk sambil meloncat kegirangan, "Adik liat kan? itu tadi Papah!" ucap Arga sambil menggoyang-goyangkan tangan Adiknya yang berusia sebelas bulan.

"Papap Papah." Catherine menunjukkan tangannya pada Ian yang sedang melakukan selebrasi bersama timnya.

Ian yang sedang bersorak-sorai kemudian menoleh pada keluarganya yang menonton dari tribun, ia melambaikan tangan pada mereka sambil tersenyum, haru melihat kini dirinya bukan hanya ditonton orang tua dan saudara, tetapi disana juga sudah ada istri dan dua anaknya.

"Cantik banget istri lu, kok mau sih sama modelan bocah bandel kaya lu, yan." ucap Kai yang ikut memandangi kemana Ian melambaikan tangan.

"Mau lah, ganteng gue." sahut Ian.

***

Suara tangis Catherine memenuhi seisi rumah Ian, terdengar sampai ruang gym di lantai dua dimana Ian sedang berlari memenuhi target sepuluh ribu langkahnya, sampai ke taman belakang dimana Ayudia sedang menata vas bunga untuk diletakkan di meja makan. Sontak, tangisan tersebut menghentikan keduanya berkegiatan dan menghampiri Catherine.

"Ini punya Abang!"

"Ini juga gak boleh, Adik!"

"Ih jorok! mainan Abang gak boleh di jilat!"

Hold On [NCT Taeyong FF] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang