Ch 11.

16.2K 1.7K 122
                                    

Disclaimer: Don't like Don't Read, semua milik orang tua masing masing saya di sini hanya meminjam nama.

Jadi bagi yang tidak suka mohon menjauh, ide cerita ini begitu aneh dan sesuka hati author. Dan hal ini murni Imajinasi ya. Kita bebas berimajinasikan jadi bagi kalian sudah di peringatkan jangan salahkan authornya ya.

Summary : Haruto yang mati karena terlalu kelelahan bekerja saat menjadi dokter, begitu bangun dia telah tiba di cerita yang pernah dia baca.

Falling in love with Saintes.

Jika dia menjadi pemeran utama tentu saja tidak masalah, tetapi Haruto di sini berperan sebagai istri resmi duke yang sangat jahat terhadap kedua anaknya.

Dan mati di tangan sang suami karena hampir membunuh kedua putra mereka akibat di acuhkan oleh sang duke, kematiannya sangat menyakitkan dengan di hukum penggal langsung oleh seseorang yang dia cintai.

Perannya hanya untuk membuat kerusakan mental bagi dua orang pewaris keluarga Park yang salah satunya merupakan tokoh utama.

Menyedihkan bukan?

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Haruto masih terus menangis sesenggukan sampai Jeongwoo yang awalnya ingin tidur lagi malah justru bangun, dia menatap bingung ke arah sang istri yang makin menangis tidak juga berhenti. Padahal Jeongwoo telah berusaha menenangkannya, dan terus membujuk Haruto agar berhenti menangis.

"Kenapa masih nangis hm?"tanya Jeongwoo mulai khawatir ketika Haruto bahkan sampai sesenggukan.

"Kamu kenapa hiks ... bisa ada di sini."ucap Haruto sesenggukan dan malah justru memukul dada Jeongwoo berkali kali, sampai sang empunya harus menahan kedua tangan Haruto agar diam.

"Udah ya nangisnya, dari kemaren kamu udah nangis terus jangan terus terusan nangis. Badan kamu udah mulai demam ini."ucap Jeongwoo sembari mengusap pipi Haruto yang basah oleh air mata, sedangkan yang di usap malah makin menangis lalu memberontak mundur.

"Kenapa? Bukannya kau begitu membenciku, jadi hiks.. kenapa kau ada di sini."tanya Haruto dengan pandangan frustasi, dia bahkan mulai merasa ada yang salah dengan otaknya.

Apakah bayangan Jeongwoo ini hanya sekedar imajinasi belaka?

Eh tapi mungkin saja bukan jika Jeongwoo di hadapannya ini memang hanya bayangan imajinasi belaka, akibat dia yang terlalu memikirkan bagaimana cara membuat Jeongwoo luluh serta memaafkannya. Atas kesalahan yang di perbuat, mengingat semua hal itu merupakan bentuk ketidak sengajaan semata.

"Kamu itu enggak nyata ya?"tanya Haruto pelan sembari mulai berhenti menangis, tangannya yang mulai terasa sangat panas akibat demam menyentuh pelan pipi Jeongwoo sampai berhasil membuat sang empunya kebingungan.

"Ru —"baru saja Jeongwoo akan kembali mengucapkan sesuatu untuk menyadarkan Haruto, sang istri justru telah lebih dulu memeluk tubuhnya erat sambil menyandarkan dagunya di perpotongan pundak Jeongwoo membuatnya bisa merasakan nafas hangat Haruto.

"Maaf! Aku tidak perduli kau nyata atau tidak tapi aku hanya ingin meminta maaf."ucap Haruto cepat dengan nada lirih sambil menangis dalam diam, kedua tangannya memeluk erat tubuh Jeongwoo yang di anggapnya hanya sebatas imajinasi belaka. "Aku tidak sengaja, aku sungguh tidak hiks... tau jika Doyoung alergi strawberry, aku tidak pernah berniat mencelakakan putra kita jadi tolong aku mohon jangan benci aku."

Untuk sesaat mendengar permohonan Haruto serta tangisan lirihnya mampu membuat Jeongwoo terdiam, dia memang telah mengetahui kesalahan tidak di sengaja Haruto akibat Junghwan yang melakukan panggilan dua arah secara tiba tiba.

The Fucking Transmigration {SUDAH TERBIT.}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang