🧕Bu Rahma💛

2.9K 160 2
                                    

〰️Selamat membaca 〰️

Wilu berjalan gontai turun dari ojol yang dia naiki, Wilu mampir ke minimarket dekat Rusunnya membeli kebutuhan bulanan dia.

Dari minimarket Wilu berjalan menyusuri jalan, memang tidak jauh dari rusunnya.

Saat sampai di depan Masjid pas terdengar suara adzan dzuhur, Wilu terhenti dan entah mengapa kakinya membawanya melangkah ke Masjid.

Wilu
"Ya Allah,,, terlalu banyak dosaku Ya Allah, sehingga Kau beri azab yang berat di hidupku."

Aku menumpahkan semua keluh kesahku dalam do'a setelah sholat. Masih memakai mukena Aku menangis sepuas-puasanya, seolah-olah ada ibuku di depanku dan aku bercerita apa yang aku derita selama ini.

"Nak.... Kamu kenapa??" Suara lembut seorang wanita setengah baya menepuk pundakku yang bergetar karena menangis.

"Oh... Bu.. saya hemm saya..." Wilu bingung, butuh tempat bersandar tapi bingung ingin bercerita kepada siapa.

"Seperti, adik sedang banyak masalah??" Wanita paruh baya itu duduk mendekati aku yang semakin menangis, dan aku merasa berada di dekat Ibuku, aku peluk dia dan kembali menumpahkan tangisku di pelukannya.

"Sudah nangisnya??" Saat aku sudah merasa sedikit lega menghabisi airmata ku di dada seorang ibu yang sama sekali tidak ku ketahui siapa namanya.

"Maaf bu, saya nangis sambil peluk ibu."

"Nama ibu Rahma, panggil saja Bu Rahma, nama kamu siapa Nak?"

"Nama saya Wilujeng Rahayu bu, panggil saja Wilu bu."

"Nak Wilu ada masalah apa?, kalau boleh ibu tau, sampai menangis seperti tadi??". Ibu tadi sangat lembut, dan entahlah aku begitu nyaman dalam pelukannya.

"Bu.... Boleh saya cerita sama ibu? Saya gak punya keluarga di sini, orang tua saya sudah tiada, nenek saya ada di Jogja. Saya punya masalah besar ibu, semalam.... Saya sudah di nodai paksa oleh sahabat saya bu" aku terhenti bercerita sambi sesenggukan menahan tangisku.

Ibu tadi mengulurkan air minum kemasan yang masih di segel kepadaku, aku pun tanpa sungkan meminum air mineral tersebut dan menutupnya kembali. Sang ibu masih menunggu kelanjutan ceritaku.

"Sahabat saya mabuk bu, dan dia mengira saya kekasihnya, dan saya tidak bisa melawan sehingga kejadian naas itu terjadi" aku menutup wajahku dan kembali menagis, Bu Rahma kembali memeluk ku.

"Yang sabar ya nak, Allah menguji umatnya karena Beliau tau, dia mampu menjalani ujiannya dan Beliau akan mengakat derajatnya umatNya, kamu yang sabar ya nak tetep tawakal ya Nak". Bu Rahma menghapus air mata di pipiku dengan lembut.

Aku melepas mukena yang masih ku pakai, dan bu Rahma tersenyum simpul.

"Pakaianmu selalu terbuka seperti itu???" Bu Rahma melihat penampilanku yang memang aku tidak berhijab aku memakai sweater lengan pendek meski leherku tertutup celana panjang, rambut se leherku terurai polos.

"Kamu tidak ingin menutup auratmu???" Aku tertunduk malu, mungkin ini Allah menegurku karena aku mengumbar auratku, sehingga sahabatku melecehkanku.

"Ibu yakin kamu semakin cantik kalau berhijab." Bu Rahma kembali tersenyum.

" Kamu mau main ke rumah ibu?? Rumah ibu ada di belakang masjid." Tanpa ragu aku memgangguk ikut ke rumah bu Rahma.

Aku berjalan di samping bu Rahma, menuju sebuah rumah yang cukup besar dengan dengan halaman luas dan terlihat nyaman.

"Masuk nak jangan sungkan, Ibu tinggal sendiri, suami ibu sudah meninggal, anak-anak Ibu semua sudah berumah tangga, si bungsu ada di pondok pesantren di Jombang." Aku masuk dan duduk di kursi ruang tamu bu Rahma, rumah yang nyaman dengan banyak foto keluarga tertempel di dinding ruang tamu.

"Sini nak ikut ibu." Bu Rahma mengajakku ke.sebuah kamar, khas kamar perempuan dengan cat dinding berwarna ungu pastel dan hiasan boneka hellow Kitty.

''ini kamar anak ibu???" Tanyaku ke bu Rahma.

"Dulunya iya, anak Ibu yang nomor empat dia sudah meninggal beberapa tahun yang lalu." Bu Rahma membuka almari kamar itu.

"Maaf bu.... Saya ikut berduka." Aku menatap wajah bu Rahma yang tersenyum sepertinya sudah mengikhlaskan putrinya.

"Anak ibu dulu tubuhnya seukuran kamu, dia hobinya mendesain dan membuat baju, banyak baju rancangannya di almari ini, setelah itu putri ibu sakit usus buntu, namun saat oprasi terjadi infeksi dan dia tidak tertolong." Bu Rahma menunjukkan banyak koleksi pakaian muslimah perempuan, semuanya sangat modis untuk kerja, modelnya sangat elegan namun casual.

"Pilihlah, ambillah yang kamu suka, ini semua belum pernah di pakai putri ibu, pasti dia bahagia kalau koleksinya di gunakan oleh orang lain." bu Rahma memintaku memilih, dan banyak sekali koleksinya

"Terimakasih bu". Awalnya aku sungkan, namun akhirnya aku memilih beberapa potong busana muslim yang cocok untuk kerja, namun bu Rahma menambah lagi, sampai aku di bawakan Kardus untuk membawa pakaian itu, kata bu Rahma biar bisa di pakai kerja dua minggu, dan untuk ku pakai sehari-hari. Ya Alhamdulillah rejeki gak mungkin ku tolak, bu Rahma memberiku banyak wejangan, sehingga memantapkan ku untuk menutup aurat.

Sorenya aku pulang dari rumah Bu Rahma dan kembali ke rusun, dku coba pakaian yang di berikan bu Rahma nampak pas ku kenakan, aku memuji penampilanku di cermin, ternyata aku cantik juga kalau pakai hijab begini.

Tok tok....
Siapa yang mengetuk pintu????

Jangan Lupa Vote & Coment

Bersambung

Stuck With Best Friend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang