Selamat Membaca 😍"Saya terima nikah dan kawinnya Wilujeng Rahayu Binti Herlambang Raharjo dengan mas kawin seperangkat alat sholat di bayar tunai"
"Bagai mana saksi Sah??" Tanya pak penghulu
"Sah!" Jawab para saksi.
Yah... Saat ini aku berada di KUA di Jogjakarta duduk di depan penghulu mengenakan jas berwana hitam, dan di sebelahku ada seorang wanita yang baru saja sah menjadi istriku, baru aku sadari dia sangat cantik dengan memakai gamis broklat berwana putih, berhijab senada, dengan riasan make up sedikit tebal dari biasanya.
Wilu, beberapa menit tadi telah sah menjadi istriku, dia akhirnya bersedia membuat kesepakatan menikah denganku, menikah hanya demi anak kami, dan aku pindah keyakinan ku demi anakku, yang sempat tidak ku inginkan, dan sekarang aku sangat menginginkannya.
Proses pernikahan kami cukup panjang, karena aku harus mengurus permpindahan Agama sekitar sebulan dari kesepakatan ku dan Wilu, kami baru bisa menikah, untungnya kehamilan Wilu belum terlihat jelas karena Wilu selalu berpakaian longgar.
Wilu bersedia ku nikahi dengan banyak syarat sama halnya denganku, syarat dari Wilu yaitu, hak asuh anak ketika kami bercerai, kita tidur terpisah no sex, kita nikah hanya demi anak, biaya pendidikan anak, dan yang paling dia garis bawahi aku harus mengikuti keyakinannya.
Semua hal mudah bagiku, aku meng iyakan semua syarat yang di berikan Wilu termasuk aku mengikuti keyakinannya, bagi ku semua agama itu baik, dan yang penting kita ber agama, ada Tuhan yang kita sembah.
Aku pun punya syarat yang Wilu harus jalani.
Tidak ada pesta di pernikahan kami, hanya ijab kabul di Kantor Urusan Agama, dia akan tetap bekerja di perusahaan ku, sebagai marketing, karena Wilu adalah jimat keberuntunganku, aku tak akan mendapatkan marketing lebih handal dari Wilu yang menguasai 5 bahasa, Wilu harus merahasiakan siapa suaminya, pasalnya saat ini semua orang di kantor tau hari ini Wilu menikah, tapi yang mereka tau menikahnya bukan dengan ku, setelah berpisah, meski hak asuh di tangan Wilu, kami punya hak yang sama atas anak kami.
"Nenek senang, akhirnya Wilu menikah dengan mu Nak Darren, nenek merasa lega melepas Wilu dengan orang yang tepat, semoga kalian menjadi pasangan dunia akherat." Aku merasa tertohok saat nenek Wilu memelukku dan menyampaikan harapan dan do'anya , duh nek... Maafkan Darren yang sudah merusak cucu kesayangan nenek.
"Aamiin, Darren akan berusaha membahagiakan Wilu nek." Wilu enggan menatap ku yang sedang berakting di depan neneknya, sebenarnya bukan akting karena selama wilu hamil dan menjadi istriku aku akan menebus kesalahanku dan membahagiakannya, nenek Wilu tidak tau kalau cucunya sedang hami, dan nenek Wilu taunya kami saling mencintai.
Oh iya tak lupa papa dan mamaku datang, mereka tau apa yang terjadi dengan kami, kecuali perjanjian konyol yang kami buat.
"Terimakasih sayang, sudah mau menerima anak nakal mama ini, jaga cucu mama ya". Mamaku memeluk Wilu dan mengelus perut datar Wilu, untungnya nenek Wilu tidak melihatnya.
"Jadi suami yang baik ya Ren, jaga Wilu dengan baik, cukup sekali kamu jadi pecundang, jangan kau ulangi lagi!" Papa memulukku, aku merasa malu dengan papaku, pasti dia sangat kecewa padaku.
Awalnya papa menghajarku habis-habisan, tapi mamaku malah sebaliknya dia bahagia karena aku lepas dari Martha.
Soal Martha dia masih di Singapur karena ginjalnya yang bengkak terhimpit tumor rahimnya, kini ginjalnya ikut tidak berfungsi, dan harus cuci darah, dia belum bisa pulang ke Indonesia, aku merahasiakan pernikahanku dengan Wilu darinya. Aku sudah dua kali menjenguknya di Singapur yang pertama bersama Wilu, yang kedua aku sendiri, tubuh Martha semakin kurus dan aku tak tega melihatnya.
...
"Lu, kita akan tidur bareng dulu, kita kan biasa tidur bareng untuk sementara, gak mungkin kan kita pisah kamar sedangkan ini dirumah nenek lo, nanti yang ada nenek lo curiga ".
"Kamu tidur di kasur, aku akan tidur di lantai." Wilu menggelar tikar di lantai kamarnya, dia bersiap akan tidur. Wilu mengubah panggilan lo gue menjadi aku kamu, kata neneknya gak sopan dengan suami kok lo gue.
"Gak, aku gak mau tidur satu ranjang denganmu." Jawab ketus Wilu
"Ok... Gue yang tidur di lantai, lo tidur di kasur, lo sedang hamil , gue gak mau lo sakit gara-gara lo tidur di lantai." Aku bergas tidur dilantai, aku berharap Wilu iba dan menyuruhku tidur di kasur, bukan karena aku pingin peluk dia, tapi jelas gak nyaman kan tidur di lantai. Tapi hasilnya nihil Wilu langsung tidur mengabaikan ku yang tidur di lantai.
"Hoeeek.... Hoekkk....." Aku memuntahkan isi perutku saat pagi hari, sumpah ini menyiksaku. Pasti para wanita bahagia kalau seperti Wilu yang hamil dia yang nyidam, mual dan muntah aku.
Wilu bergegas menurut tengkukku dan setelah puas muntah dia menyodorkan secangkir besar teh panas.
"Lu, sampai kapan ini Lu aku mual muntahnya??" Aku duduk bersandar di kursi makan sambil menikmati aroma melati dari secangkir teh uang di berikan Wilu.
"Hihihi.... Ya kalau perempuan biasanya sampai tri mester pertama, ya kita lihat saja nanti, itu hukuman buat kamu yang gak mau nerima anaknya!" Wilu tertawa geli melihat penderitaan ku.
"Itu kan dulu Lu... Gue udah insaf." Aku, enggan membalas ejek kan dari Wilu.
"Nak Darren kenapa? Kok pucat, masuk angin??" Tanya Nenek Wilu yang baru saja pulang dari belanja.
"Iya sepertinya Nek." Jawabku lesu.
"Sudah sekarang sarapan dulu, habis itu, biar di kerokin Wilu." Iya nek, dulu jaman kuliah di Jakarta tiap aku sakit, bukan Martha yang mengurusku, namun Wilu sudah seperti ibu-ibu yang anak balitanya sakit, dari kerok, nganter berobat nyuapi makan semua di kerjakan Wilu, bahkan Wilu sering tidur di kost ku kalau aku sakit.
Baru sesuap perutku sudah bergejolak lagi, aku pilih menghentikan makan ku, mungkin ini komplikasi antara masalah kehamilan Wilu dan juga aku semalaman tidur di lantai. Anak dan emak sama-sama menghukum ku.
"Makannya di habiskan!".titah Wilu
"Udah Lu, gue mual, aku pinjam kasurmu ya" Aku merebahkan tubuhku di kasur kamar Wilu.
"Ayo makan dulu aku suapi!" Wilu datang dengan sepiring nasi dan duduk di sebelahku dia menyuapi ku sesendok penuh nasi dan lauk, seperti seorang anak aku nurut saja, dan.... Aku sama sekali tidak mual saat Wilu menyuapi ku, sampai habis.
" Buka bajunya aku kerokin!" Aku nurut membuka kaosk ku dan Wilu pindah duduk di belakanngku, masih seperti yang dulu, Wilu kalau ngerokkin gak pernah sakit.
"Makasih Lu, kamu masih mau mengurusku." Ucapku sambil duduk membelakangi Wilu yang sedang sibuk ngeroki aku
"Hemm...atas dasar kemanusiaan, aku gak mau di lihat nenek sebagai istri durhaka". Jawab Wilu cuek, aku tau Wilu jenis wanita yang paling betah marah, pendendam dan sulit tersentuh ketika dia sudah tersakiti, dan aku sudah menyakiti dia terlalu dalam.
Jangan Lupa Vote & coment ya. 🌟
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With Best Friend
Short Story*END* Kisah dua orang sahabat yang terjebak dalam hubungan rumit **** "Dengar Darren, pernahkah gue bilang ke elo sebelumnya bahwa elo perkosa gue??? Pernahkan gue minta tanggung jawab ke elo soal kehamilan gue???". Aku sebenarnya marah, tapi apa ya...