Selamat membaca....🌿🌿🌿🌿
Darren
Malam ini, perasaanku jauh lebih lega, ibarat kemarin aku bawa beban seberat lima ton, sekarang tinggal tiga ton, masih berat tapi ada yang berkurang, jiwa gersangku yang tak berTuhan, malam ini aku mengenal Tuhanku, dulu agama bagiku hanya pelengkap identitas, orang tua ataupun pergaulanku tidak pernah menyentuh ke sisi religi, hanya Wilu sari semua sahabatku yang masih mengenal Tuhannya, di manapun kami pergi dia tidak pernah meninggalkan sholatnya.
Aku malu pada diriku sendiri, aku tidak pernah memberikan hak tubuhku untuk bertemu Tuhannya, lidahku pun tak pernah menyebut namaNya.
Aku teringat kata pak nur tadi saat di masjid "Setiap orang adalah pemimpin, yang kelak akan di minta pertanggung jawaban nya di akherat". Bagaimanapun Wilu istriku yang akan aku pertanggung jawabkan di akherat nanti, dan anakku, aku belum punya bekal untuk mendidik anakku, jangan sampai anakku se gersang aku. Salah langkah seperti ku, dan menyebabkan penyesalan seumur hidupku.
Malam ini aku sangat ingin menyentuh anakku dalam kandungan Wilu, namun aku malas bertengkar dengannya, aku melihat foto USG anakku "Jangan sampai kamu sepertiku ya nak...."
Check
aku masih duduk di sofa depan TV Aku mendengar suara pintu terbuka, Wilu keluar dari kamarnya dengan rambut terurai, rambut lebih panjang, dari terakhir aku lihat, dan warnanya sudah menjadi hitam, dulu rambutnya di hi light red brown.
"Darren kamu belum tidur??" Tanya Wilu heran melihatku masih duduk di sofa sambil melihat foto USG anak kami.
"Aku belum bisa tidur, kamu kenapa bangun? Lapar? Mau aku pesenin makanan??" Berusaha menjadi Suami Siaga.
"Aku cuman pingin bikin susu."
"Aku buatin ya, kamu duduk saja, aku buatin susu." Aku bergegas membuatkan susu hami rasa moca untuk Wilu.
"Ini di minum mumpung masih hangat!" Aku menyodorkan segelas susu kepada Wilu, dan dia meneguknya sampai tandas.
"Makasih ya". Saat Wilu akan bergegas berdiri, aku menarik tangannya. Dan aku dudukkan di depanku, aku seperti orang sakau yang sangat ingin menyentuh anakku.
" Lu, ijinkan gue menyentuhnya" pandanganku ke arah perutnya yang terlihat sedikit buncit.
Aku kaget wilu menarik tanganku dan meletakkan di perutnya. Hatiku berdesir, rasanya aku sangat bahagia ingin rasanya berteriak keras dan berkata sebentar lagi aku akan menjadi ayah, air mata bahagiaku tak terbendung lagi aku menangis sesenggukan dan tanpa ijin Wilu aku mencium perutnya.
"Makasih Wilu, lo mempertahankannya meski dulu gue tak menginginkannya"
....
Wilu
Darren membuat hatiku benar-benar kacau, aku tak pernah merasa seperti ini, dalam semalam dia ber ulang kali bertingkah ajaib, dan membuat jantungku berpacu.
Yang paling ajaib saat aku terbangun jam dua pagi untuk bikin susu, entahlah bocil dalam perutku meronta ingin minum susu, aku bangun dan saat membuka pintu kamarku aku melihat Darren yang duduk di sofa sambil melihat foto USG ku.
" Lu, ijinkan gue menyentuhnya". Inikan yang dinamakan ikatan batin ayah dan anak, anaknya ngajak minum susu, ternyata di luar ayahnya menantinya.
Aku melihat Darren yang tertunduk di depanku dan ku raih tangannya kusentuhkan ke perutku, ajaibnya lagi anakknya menyambut tangan bapaknya, dia bergerak untuk pertama kalinya.
Tanpa ijinku Darren mencium perutku dan menagis, dia mengucapkan terimakasih aku sudah mempertahankan anaknya
"Nak Wilu sudah menjadi istri, bagaimanapun, seperti apapun dia nak Wilu harus berbakti padanya, dia surganya nak Wilu" aku teringat kata-kata bu Rahma saat Darren sedang berbicara dengan pak Nur.
Telah selesai euphoria dengan perutku yang di sambut tendangan lembut oleh anaknya, Darren mengusap air matanya, wajahnya terlihat merah khas orang habis nangis, aku pun juga ikut terharu dengan sikap ajaib Darren dan anaknya, ku hapus air mataku dengan cepat, aku tak mau Darren melihat ku mengis.
"Dar, tau gak kenapa orang tuaku memberi aku nama Wilujeng Rahayu?"
"Mungkin se Indonesia cuman lo yang bernama Wilujeng Rahayu"
"Mungkin, meski namaku enggak lazim, namun ada harapan besar dalam namaku, artinya hidup dengan bahagia, orang tuaku berharap aku bisa hidup bahagia." Aku mencoba berfilosofi dengan Darren
"Ya.. harusnya kalau kamu menikah denganku, aku orang yang berkewajiban membuat hidupmu bahagia". Derren mulai paham arah bicaraku.
"Mungkin..."
"Lu... Maafkan gue ya Lu, membawamu jauh dari kata bahagia, Lu kenapa kita gak mencoba untuk hidup layaknya pasangan suami istri.???" Mungkin Darren lupa, dengan syarat yang dia buat.
"Dar, lo nggak lupa kan? siapa yang buat aturan di pernikahan kita?kamu kan yang bilang kita tidak saling mengurusi hidup masing-masing, kamu juga kan yang bilang kita menikah hanya demi anak... kita dan kita cerai setelah dia lahir." baru kali ini aku mengatakan anak kita, biasanya aku mengklaim ini hanya anakku saat berbicara dengan Darren.
"Gue terjatuh dalam jebakan yang gue buat Lu." Aku melihat kejujuran dan luka di sorot mata Darren.
"Wilu... Maukah kau menjadi istriku yang sesungguhnya, ibu dari anak-anakku?? Ijinkan gue membahagiak elo. Kita belajar untuk saling mencintai Lu, meski pernikahan kita dengan cara yang salah, apakah tidak bisa di perbaiki, kata pak Nur Allah saja mau mengampuniku, kenapa kamu menghukum ku seperti ini Lu?? Hukumlah aku sesukamu Lu, asala kita tetap bersama, membesarkan anak kita bersama." Baru kali ini aku melihat kesungguhan di mata Darren, dan kata-katanya membandingkan aku dengan Allah Maha Pengampun, aku sungguh merasa malu sebagai manusia yang banyak dosa, tapi tak mau memaafkan kesalahan orang lain.
Jangan lupa vote yaaaa🌟🙏
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With Best Friend
Short Story*END* Kisah dua orang sahabat yang terjebak dalam hubungan rumit **** "Dengar Darren, pernahkah gue bilang ke elo sebelumnya bahwa elo perkosa gue??? Pernahkan gue minta tanggung jawab ke elo soal kehamilan gue???". Aku sebenarnya marah, tapi apa ya...