"Ayah bayi yang di kandung Wilu sekaligus suami Wilu adalah aku Dan". Aku gak mau Dania salah paham dengan apa yang di lihat, aku harus menjelaskan padanya. Kami dudu di cafetaria RS, kebetulan tadi Dania menjenguk saudaranya yang sakit ternyata dia ada di belakang kami pas kami membahas anak kami.
"What...??? Pak Darren gak lagi bercanda kan??" Dania masih tak percaya dengan ceritaku.
"Maaf Dan, ini sangat rumit, jadi aku bingung harus cerita dari mana, suatu saat aku akan ceritakan, selengkapnya namun tidak saat ini, dan tolong rahasiakan siapa suamiku ya Dan... Plisss aku mohon" pinta Wilu pada rekan kerjanya.
Mungkin aku segera mengumumkan siapa istriku, karena selama ini semua orang mengira aku masih lajang, dan segera menjelaskan yang sebenarnya pada Martha, selama ini nomor HP Martha tidak bisa di hubungi aku tidak bisa mengakses Martha.
"Pak Darren, kamu tega ya, disaat Martha berjuang melawan penyakitnya, kamu malah selingkuh dengan Wilu, dan kau Wilu, sahabat macam apa kamu ini tega menikam sahabatnya." Dania marah pada kami, ya wajar saja karena Dania adik sepupu Martha.
"Dan, ini gak seperti yang kamu lihat, kehamilan Wilu murni kecelakaan bukan karen kami selingkuh.!" Jawabku tegas, karena aku melihat mata wilu sudah memerah aku tidak mau kalau semua ini menjadi beban pikiran Wilu yang.
"Pak Darren kamu pria terjahaymt yang aku kenal, di saat kekasihmu bertarung di meja oprasi karena transplantasi ginjal, kamu bermesraan dengan sahabat kekasihmu???" Papar Dania dengan wajah kecewa kepada kami, wajah Wilu berubah kaget. Dan hatiku tak karuan membayangkan apa yang terjadi dengan Martha, dia sedang oprasi??
"Dania... Apa Martha ada disini???" Aku berdiri, tak sabar menunggu jawaban dari Dania, aku putar kepalaku mencari keberadaan Martha yang jelas tidak ada di cafetaria.
"Dia ada di ruang oprasi rumah sakit ini, ada pendonor ginjal untuknya" aku mengabaikan dua orang perempuan yang duduk dengan pemikiran nya masing-masing.
Aku lari keruang oprasi mencari keberadaan Martha. Sesampainya di depan ruang oprasi aku melihat sepasang suami istri sedang duduk saling bersandar kepala, wajah putus asa terlihat jelas terpancar dari dua pasang suami istri itu, mereka orang tua Martha.
"Om... Tante...?? Bagaimana keadaan Marha???" Tanyaku ke dua orang yang menatapku dengan tatapan pilu. Mama Martha berdiri, kukira akan marah dan mengusirku, namun aku salah, dia mendekat dan memelukku.
"Maafkan tante Darren, sudah memisahkanmu dan Martha, dia sangat mencintaimu, maafkan tante, tidak pernah merestui hubungan kalian." Mama Martha memelukku, seolah mencurahkan semua rasa rindu yang tertahan.
...
Wilu.
Aku merasa terpojok, dan menjadi wanita terburuk di mata Dania, aku tidak ingin berusaha menjelaskan pada Dania, toh penjelasan macam apapun tidak akan diterima oleh Dania, dan akan kalah dengan apa yang di lihatnya, dan aku tak ambil pusing dengan penilaian Dania
Yang aku rasakan saat ini sakit melebihi sakitnya saat Darren melecehkan ku. Dia begitu tega meninggalkanku , mengabaikanku di saat aku menerima dirinya dan dia kembali ke Martha, Ya Allah... Inikah yang namanya luka tak berdarah.
Aku berdiri meninggalkan Dania dan menyusul kepergian Darren, ingin melihat kondisi Martha, aku mengikuti arah penunjuk ruang oprasi.
Sampai di tikungan terakhir aku tertegun melihan Tante Tian mama Martha memeluk Darren, dan Darren membalas pelukan Darren, aku berjalan mendekat ke arah mereka.
"Maafkan tante Darren, sudah memisahkanmu dan Martha, dia sangat mencintaimu, maafkan tante, tidak pernah merestui hubungan kalian." Mama Martha memeluk Darren seolah mencurahkan semua rasa rindu yang tertahan.
"Tante merestui hubungan kalian, tolong terimalah Martha Darren." Deg... Aku tak sanggup mendengar jawaban dari Darren, aku mundur, untung mereka tidak menyadari keberadaan ku.
Aku keluar dari RS dengan dada yang sesak, ingin menangis meraung meratapi kebodohanku, begitu yakin kalau Darren benar-benar mencintaiku dan fakta yang aku terima sangat bertolak belakang dengan harapanku, baru tadi pagi aku merasa punya harapan baru dalam hidupku. Rumah tangga dengan suami yang menyayangiku dan anakku, tapi semuanya berubah, begitu cepat Darren melupakan kata cintanya padaku yang belum satu jam dia ucapkan padaku.
Darren masih sama, hanya memberi harapan cinta, yang nyatanya kosong. Aku pulang naik taksi tanpa menunggu Darren, dan aku yakin saat ini pun Darren sudah melupakan aku yang menjadi istrinya dan calon anakknya.
Aku masuk ke apartemen dengan langkah lemas, aku pandangi tempat tidur yang menjadi saksi aku menyerahkan tubuhku pada suamiku. Aku terduduk lemas di atas kasur ku tutup wajahku dengan kedua tanganku, berusaha menghilangkan memoriku tadi pagi, merutuki kebodohanku kenapa aku begitu mudah di bodohi dengan sikap manis Darren, dan seperti jalang melemparkan tubuhku ke dalam pelukan Darren, yah namanya penyesalan selalu datang terlambat.
Sampai malam tiba Darren tidak pulang, dia juga tidak mengabariku kenapa belum juga pulang. Aku juga tidak berinisiatif menghubungi Darren.
Derrttttt....
Suara panggilan di hp ku yang ku mode getar. Aku
Budhe Santi? Kenapa menelphonku malam-malam?? Tanyaku dalam hati.
"Assalamualaikum budhe...??"
"Wa'alaikum salam... Lu, nak kamu bisa pulang ke Jogja, nenek barusan jatuh dari kamar mandi, kamu bisa pulang ke jogja malam ini??" Hatiku semakin tak karuan mendengar kabar dari budhe Santi, aku melupakan masalahku dengan Darren.
Aku cek aplikasi jasa tiket online, Alhamdulillah masih ada tiket penerbangan terkahir ke Jogja, masih ada sisa waktu satu jam, aku membawa pakaian secukupnya. Dan entah seperti ada yang mengingatkan ki saat melihat laci di almari ku, ya ijazah surat kramat itu selalu aku bawa ketika pulang ke Jogja, aku selalu tidak rela meninggalkan bukti bahwa aku pernah kuliah di tempat lain.
Aku mencoba menelphon Darren namun hanya operator yang menjawab pikiran jahat meracuniku, Darren tidak ingin ku ganggu. Aku meninggalkan memo di atas nakas minimal aku berusaha pamit pada suamiku, entah dia membaca atau tidak.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With Best Friend
Kısa Hikaye*END* Kisah dua orang sahabat yang terjebak dalam hubungan rumit **** "Dengar Darren, pernahkah gue bilang ke elo sebelumnya bahwa elo perkosa gue??? Pernahkan gue minta tanggung jawab ke elo soal kehamilan gue???". Aku sebenarnya marah, tapi apa ya...