Martha mendekat, dan menyodorkanku sebuah kertas seperti amplop besar berwarna putih.
"Silahkan di baca ya Lu..."Amplop Undangan pernikahan berukuran A4, di aplopnya ada inisial D&M ya Allah mereka akan menikah, beri kekuatan hambamu ini Ya Allah, tanganku bergetar kala mengeluarkan kertas undangan dari aplopnya.
Kertas undangan berwarna putih dengan tulisan bertinta emas, di dalamnya ada dua jenis tulisan dalam undangan itu, tulisan Mandarin dan tulisan latin.
Damian Tan Lie, kubaca berulang kali, nama mempelai prianya Damian, bukan Darren. Aku menatap Darren yang siap tertawa terpingkal-pingkal melihat ekspresiku yang seperti orang bodoh.
Martha menatapku dengan senyum simpul, mamah menutup mulutnya menahan tertawa. Aku tutup wajahku dan menangis sesenggukan.
Grepp
Sebuah pelukan dengan aroma yang ingin ku lupakan namun dalam hati kecilku tak mampu pergi darinya. Darren memelukku dan memberi kecupan di keningku, namun aku masih malu membuka wajahku."Mah, sepertinya aku lapar, temani aku makan ya mah...." Martha pergi bersama mamah keluar, mungkin memberi kerempatan buat aku dan Darren berbicara.
"Maaf kan aku, maafkan aku mas... Kamu samapai kecelakaan gara-gara aku." Aku menangis sejadi jadinya di pelukan Darren.
"Aku hampir gila mencarimu, disaat aku tak bisa melakukan apa-apa hanya terbaring di Rumah Sakit saat kau pergi, aku tidak bisa menghubungimu, tak tau bagaimana kabar kalian." Darren masih setia memelukku dan aku malu untuk menatap wajahnya.
"Aku bisa menemukanmu karena bantuan Martha". Aku mendongak menatap wajah Darren memastikan apa yang aku dengar.
"Iya Martha." Mataku menatapnya sambil menajamkan pendengaranku.
"Dalam setahun pengobatan Martha dirawat oleh seorang Dokter yang ternyata calon suami pilihan orang tua Martha, Damian namanya, dia kekasih pertamanya Martha. Martha pernah hamil saat berpacaran dengan Damian, kemudian melakukan aborsi dan ternyata hal tersebut merusak rahim Martha. Damian tau dan ingin menebus kesalahannya dengan Martha, awalnya Martha menolak karena hatinya masih memilihku." Aku masih setia mendengar cerita dari Darren.
"Saat Martha sudah pulih, dan aku terpuruk di Rumah Sakit karena istriku kabur." Darren menatapku dengan tatapan pilu, mengenang betapa dia sakit nya di dulu.
"Hikkk....Maaf...." Aku terisak hatiku terasa sangat sakit, kenapa aku begitu bodoh, mengabaikan dia yang belum tentu dia mencampakkanku.
"Boleh aku lanjutkan??" Tanya Darren sembari menghapus aliran air mataku, dan ku jawab dengan anggukan.
"Martha datang, dan tanpa sengaja dia mendengar percakapanku dengan Mama, dan dia mendengar kalau kamu istriku, kita akan punya anak dan aku sangat mencintaimu". Aku mencari kebohongan dari pria ini di sorot matanya, namun tidak ada... Hatiku berbunga mendengar ceritanya dan kata cintanya yang tulus.
"Martha sempat marah, dia kecewa dengan kita, namun akhirnya aku berhasil menjelaskan permasalahan kita yang murni kecelakaan bukan penghianatan, dan soal akhirnya aku jatuh cinta padamu, itu karena Allah, yang Maha membolak-balikkan hati. Akhirnya Martha bisa mengerti dan bisa menerima bahwa jodoh itu tidak bisa di paksakan, dan mungkin kami memang tidak berjodoh. Kemudian Martha kembali ke mantan kekeasihnya yang gigih mengembalikan rasa percaya dan rasa cintanya Martha. Kami berteman, Martha dan Damian sering menemaniku saat di rawat."
"Maaf.... Harusnya aku yang menemanimu, maaf" aku meraup tangan Darren dan menciumnya seolah dengan mencium tangannya akan melunturkan dosa-dosaku pandanya.
"Sudah ya... aku lelah mendengar kamu berkata Maaf." Darren mencium lembut bibirku dan membelai pipiku.
"kamu harus berterimakasih kepada Martha, karena dia aku bisa bertemu denganmu."
"Bagaimana Martha tau aku di Jakarta??" Tanyaku cengo
"Ternyata Martha juga ikut mencarimu, kalau kamu tidak lupa Kelly pemilik Hotel tempat kerjamu itu temannya Martha juga kan? Dia menghubungi semua teman-teman Martha dan Damian untuk membantu menemukanmu, mereka yakin kamu gak akan bunuh diri, kamu model orang yang cepet move on dan cuek, pasti kamu akan melanjutkan hidupmu dan mencari pekerjaan lain. Kelly yang cerita ke Martha kalau kau kerja di tempatnya." Aku ber oh ria lupa kalau Kelly juga teman Martha, aku tak pernah berfikir kalau Martha akan mencariku.
"Awalnya Papa yang akan ikut konggres itu, namun Martha bilang ke Papa, agar aku saja yang berangkat biar bertemu kamu."
"Jadi kamu sudah tau kalau aku kerja di Grand Emerald Hotel??" Tanyaku heran.
"Awalnya tidak, aku baru tau saat tadi kembali ke hotel bertemu dengan Martha dan Damian. Mereka akan menikah di Jakarta, karena Damian orang Jakarta, dan Grand Emerald Hotel yang akan di jadikan tempat mereka menikah." Lagi-lagi aku hanya ber oh ria mendengar cerita suamiku.
"Aku sempat marah pada mereka kenapa tidak cerita dari awal kalau kamu ada di Jakarta. Namun mereka bilang...." Darren menghentikan ucapannya dan menangkup kedua pipiku menajamkan pandangannya yang penuh intimidasi padaku, jantungku berdetak lima kali lipat lebih cepat dari biasanya, entah apa yang menarik tanganku ikut memegang pipi Darren yang terasa hangat.
"Bilang apa???" Setelah beberapa saat aku menunggu Darren menyelesaikan ucapannya.
"Bilang agar aku memperjuangkan cintaku."
Perasaanku membuncah, aku tak pernah merasakan perasaan sebahagia ini, apakah aku juga mencintai Darren, aku tak rela di tinggalkannya, aku merasa sakit melihatnya bersama Martha.
"Lu... Perasaanku terbalas kan??? Aku tidak bertepuk sebelah tangan kan Lu??" Tanya Darren sebenarnya tidak harus aku jawab, harusnya dia tau kalau aku juga punya perasaan yang sama.
Aku malu menjawabnya dan langsung ku peluk dia dan kembali aku menangis, menangisi kebodohanku menyianyiakan orang yang berjuang untuk bersamaku.
T A M A T
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With Best Friend
Conto*END* Kisah dua orang sahabat yang terjebak dalam hubungan rumit **** "Dengar Darren, pernahkah gue bilang ke elo sebelumnya bahwa elo perkosa gue??? Pernahkan gue minta tanggung jawab ke elo soal kehamilan gue???". Aku sebenarnya marah, tapi apa ya...