Di Madu

3.3K 165 0
                                    

"Memang Darren sakit apa Mah?" Akhirnya aku tanya kondisi Darren.

"Kamu ingat pas Darren bertemu orang tua Martha di RS? Saat Martha operasi?? Kata Darren kamu pulang duluan, dan Darren tidak bisa menghubungi mu karena batre hp nya habis, orang tua Martha sangat kalut pasalnya kondisi Martha kritis, dan Darren tidak tega meninggalkannya. Hampir dini hari Darren pulang ke apartemen, namun kamu tak ada pakaianmu sebagaian juga tak ada, ijazamu juga tak ada terus Darren ingin menyusul mu ke Jogja, karena Darren berfikir kamu perginya ke Jogja, kondisi Darren yang lelah, dan panik sehingga dia mengalami kecelakaan saat akan pergi ke bandara." Aku ter isak mendengar penuturan mamah, jadi Darren sempat mencariku.

"Darren seperti orang gila saat di rawat di RS, dia sempat kritis, kami bingung memcari keberadaanmu, di Jogja kamu tidak ada, Kaki kiri Darren dan tangan kirinya patah, mobil Darren oleng ambruk ke kiri, sehingga bagian tubuh Darren bagian kiri mengalami cidera cukup serius. Saat dia dirawat dia seperti orang gila, ingin mencarimu namun kondisi tubuhnya tidak mampu, hampir saja dia kehilangan semangat hidupnya. Untung ada Martha."hatiku tambah sakit saat mama menjeda ceritannya dengan nama Martha, dia yang menyembuhkan Darren ternyata.

"Martha menyemangati Darren untuk sembuh, awalnya mama tidak suka padanya namun karena, ketlatennya merawat Darren, perlahan rasa benci mama luntur." Fix.... Semakin bertambah ancamanku yang akan memisahkan aku dan anakku.

"Mah.... Tolong jangan pisahkan saya dan Rosid ya mah.... Aku ikhlas Darren bersama Martha, biarkan Rosid bersama saya mah" aku berlutut memeluk kaki Mamah Darren, aku berdosa pada putranya, namun bukan berarti aku harus rela anakku di mabil olehnya.

"Wilu sayang... Kenapa kamu..." Mamah berusaha membangunkan ku saat ku memeluk kakinya.

"Wilu... Kenapa kamu menangis seperti itu??" Darren masuk ke ruangan bersama... What Martha....  Akhirnya orang yang akan memakiku datang juga.

Ku tarik nafas panjang ku keluarkan dari mulutku perlahan, yang terjadi terjadilah tapi Ya Allah... Ambil saja nyawaku dari pada kau pisahkan aku dari putraku.

"Martha.... "Aku bingung harus bersikap bagaimana dengan wanita yang lebih dari setahun tidak ku temui, dan wanita yang kekasihnya telah menikah denganku.

"Baik Wilu, sangat baik" Martha mendekatiku dan memelukku, aku membalas pelukannya.

Darren dan Martha memang tampak serasi. Martha terlihat cantik dengan dress selutut tanpa lengan berwana hitam terlihat kontras dengan kulitnya yang putih.

"Lu, kamu sudah sholat Ashar??" Tanya Darren yang baru keluar dari kamar mandi sepertinya baru saja wudhu, rambutnya dan wajahnya terlihat lebih tampan dengan tetesan air wudhu.... Ya Allah masih bolehkan aku mengagumi ayah dari anakku ini.

"Hemmm.... Belum" jawabku agak kikuk, ternyata dia masih memeluk agama Islam, kukira dia kembali ke keyakinannya yang lama.

"Ya udah ayuuk sholat jamaah, disini saja ya, aku bawa dua sajadah tadi."

Aku menatap Martha dan mamah bergantian seolah meminta ijin pada mereka, dan mereka mengangguki, Martha tersenyum padaku, aku heran apa dia tidak butuh penjelasan dariku??

"Sudah sana sholat dulu, Rosid biar mama dan Martha yang jaga" aku berjalan pelan menuju kamar mandi, sebelum ku tutup pintu kamar mandi aku berbalik melihat Martha.

"Udah sana sholat, tenang aja Rosid gak aku bawa pergi hehehhehhe" terbuat dari apa hati sahabatku itu, aku merasa persis seperti penjahat, memisahakan dua orang kekasih.

Aku sholat di belakang Darren, aku masih ingat sholat jama'ah terakhirku dengannya saat sholat subuh, aku masih menjadi istrinya dan saat ini aku tak tau statusku apa.

Sholat pun selesai, setelah salam Darren memimpin wirid dan do'a, aku selesai lebih dulu dan melipat mukenaku sambil duduk di atas sajadah.

Darren berbalik melihatku, aku tau di perhatikan laki-laki yang menjadi imam sholatku, dia mengulurkan tanganya agar aku menciumnya.

Dan aku hanya mendelikkan mataku, aku takut Martha melihatnya dan salah paham dengan kami.

"Kata pak Nur pahala mencium tangan suaminya, sama dengan pahala mencium hajar aswat, kamu gak mau dapat  pahala sebesar itu??" Darren menatapku dengan cengngesan dan aku berpaling menatap Mama dan Martha yang juga ikut tertawa.

"Kenapa Lu natap aku kayak gitu??" Martha tertawa melihat wajah bingungku.

"Ehmmmm itu Darren kurang ajar Tha... Masak... Ehmmm...." Aku binging mau menjelaskan model apa sama Matha.

"Kurang ajar gimana??? Aku lihat wajar-wajar aja kok, seorang suami minta istrinya mencium tangannya." Jawab Martha enteng sambil menyilangkan kakinya dan tangannya di lipat di pangkuannya.

"Iya Wilu, jangan jadi istri durhaka, gak mau nyium tangan suaminya." Gantian Mama yang menimpali.

"Suami????" Aku masih bingung, bukankah sekarang Darren menjadi suami Martha??

"Iya lah, apa kamu juga amnesia? Lupa kalau Darren suamimu??" Tanya Martha, yang berarti aku sudah di poligami, tidaaakkk... Tidak sudi aku di poligami.

"Darren, aku tidak mau kamu poligami, kalau Marta mau silahkan tapi aku tidak!!" Aku menunduk malas menatap Darren, pandanganku ke mukena yang gagal ku lipat, air mataku kembali mengalir sebenarnya aku malas kelemahanku di lihat banyak orang, tapi entah kenapa mata ini tidak mau di ajak kompromi.

Martha mendekat, dan menyodorkanku sebuah kertas seperti amplop besar berwarna putih.
"Silahkan di baca ya Lu..."


Bersambung


Stuck With Best Friend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang