"Wajamu pucat sekali Lu, kamu sakit??" Tanya Martha saat mereka makan siang dan di jawab hanya gelengan oleh Wilu.
"Kamu isi lagi???" Tanya Martha lagi dengan wajah berbinar, dan tak menjawab dengan suara, malah menangis sambil mengangguk.
"Lu.... Kenapa kamu nangis? Harusnya kamu bahagia, kamu dipercaya lagi sama Tuhan". Marta menggengam tangan Wilu.
"Rosid masih kecil Tha, apa lagi aku belum siap punya anak lagi, aku masih ingin kerja, tapi Darren menjebakku". Wilu semakin terisak, namun Martha semakin tertawa mendengar penuturan terakhir Wilu, yang katanya Darren menjebaknya.
"Darren sudah tau??" Lagi-lagi Wilu hanya mengangguk mendengar pertanyaan Martha.
"Trus Darren bahagia?." Wilu kembali mengangguk
"Aku masih jengkel sama Darren Tha, aku sudah bilang jangan di dalem aku lagi masa subur, tapi dia sengaja Tha." Martaha kembali tertawa melihat bibir Wilu yang semakin mengerucut.
"Wilu.... Hrusnya kamu bersyukur di karuniai anugrah yang tak ternilai. Coba kamu lihat aku Lu, aku wanita cacat, aku gak mungkin bisa hamil, kalau kamu gak mau sini anakmu buat aku."
Deg....
Wilu merasa menjadi wanita terjahat karena dua kali hamil namun selalu tidak menginginkan anaknya, sedangkan di hadapannya ada wanita yang sangat menginginkan anak namun dia tidak bisa hamil.
Wilu menghambur ke pelukan Martha, "makasih Tha..... Kamu sahabat terbaikku"
"Jadi anak keduamu mau kamu kasih ke aku???" Goda Marth yang di jawab dengan pukulan ringan di lengan putih Martha.
"Apaan sih, enak saja, kamu bisa adopsi anak di panti sono, jangan anak aku dong.... Hehehehheh" Wilu terkekeh dan Martha tersenyum melihat sahabatnya tak lagi bersedih.
"Makasih kamu sudah membuka pikiranku, aku memnag ibu yang kejam ya Tha, kurang bersyukur." Wilu tertunduk mengelus rata perutnya.
"Gak sah mikir macem-macem deh Lu... Penting deby nya sehat. Kamu juga harus jaga kesehatan, kamu wanita yang beruntung, memiliki Darren, Rosid yang lucu, bentar lagi coming soon dedeknya Rosid". Wajah Martha mensupport Wilu, meski ada rasa iri sebagai wanita dia tidak sempurna, namun Martha sadar itu adalah hukuman untuknya.
"Udah yuuuk pulang, kamu tak anter ke hotel lagi, sepertinya jam makan siang bentar lagi habis." Martha bergegas bangkit dari kursi cafe, dan di ikuti Wilu.
Sesampainya di hotel, Wilu menemui Kelly, dia tidak ingin menjadi wanita yang kejam kepada Darren dan anak-anaknya, Darren pasti jengkel dengan sikap Wilu, yang mendiamkannya sejak tau dia hamil.
"Kel... Kalau aku resign dari hotelmu dalam waktu dekat bisa kan??" Tanya Wilu ragu pada sahabatnya.
"Bukankah kamu akan menyelesaikan kontrakmu, kurang tiga bulan lagi kan Lu??" Kelly seorang warga negara Canada namun fasih berbahasa Indonesia dan orangnya sangat bersahabat.
"Aku hamil Kel, kondisiku lemah, kalau bisa aku ingin resign, dan soal wanprestasi, aku siap menanggungnya". Wilu sebenarnya sangat malu sama Kelly, pasalnya Wilu mengingkari ucapannya.
Kelly mendekat dan memeluk Wilu.
"Selamat ya Lu, semoga dia sehat-sehat terus di dalam sana, kalau kamu mau resign silahkan minggu depan, tolong ajari dulu Olivia biar bisa menggantikan posisimu." Wilu orang yang sangat beruntung berada di antara orang-orang baik."Makasih Kel... Kamu sudah banyak membantuku." Wilu hampir nangis karena terharu.
"Oh tapi jangan lupa bilang sama suamimu dia harus membayar Wanprestasi ke aku, dengan mengirim satu set tempat tidur yang indah buat aku".
"Pasti.... Pasti aku akan bilang sama Darren, sekali lagi terimakasih Kel, kamu udah banyak menolongku."
***
Seminggu sudah Wilu mengajari Olivia, seseorang yang akan menggantikan posisinya sebagai manager, dan Olivia orang yang cerdas, bukan hal susah memahami pekerjaan barunya.
Hari kamis adalah hari terakhir dia bekerja di Grand Emerald Hotel, dan rencananya kamis malam dia ikut penerbangan terakhir ke Surabaya, ingin membuat kejutan untuk suaminya.
Biasanya Jum'at sore Darren sudah sampai Jakarta. Dan kali ini Wilu yang akan mendahului sampai ke Surabaya.
Setelah melalui perjalanan yang cukup lama, Wilu sampai di apartemen Darren.
Setelah menekan enam digit angka password apartemen Darren Wilu masuk perlahan ke dalam unit yang gelap. Apakah Darren tidak pulang? Tanya Wilu dalam hati namun terlihat sorot cahaya dari kamar Darren.
dan Waht???
Kaki Wilu menginjak Bra berwana maroon yang tergeletak tak berdaya, dan pakaian wanita berserakan di ruang TV, juga ada dasi hem nya Darren. Bayangan Wilu sudah traveling kemana-mana, dan paling menyayat hati terdengar suara desahan seorang wanita dari dalam kamar Darren,
Hati Wilu terasa sesak, ingin menjerit.
Di peluknya Rosid erat dalam gendongannya, perlahan membuka pintu kamar yang sedikit terbuka...."Surprise .... Welcome home Sayang....." Darren memeluk Wilu yang wajahnya sudah berair siap untuk menangis dan memaki pasangan mesum di kamarnya.
Wilu melihat Martha, Darren, Damian dan Mama, papanya Darren berdiri di kamar Wilu dan terseyum bahagia.
Dan kamar Darren sudah dihias bak kamar pengantin, dengan hiasan kelopak bunga mawar di tata berbentuk hati di atas kasur, lilin aroma terapi menyala di meja kamar.
"Apa-apaan ini? Kalian sekongkol mengerjai aku??" Wilu menangis di dekapan Darren dan Rosid sudah menjadi rebutan antara Martha dan mertua Wilu.
"Ini semua ide konyol suamimu Lu, gimana, serukan....???" Martha tertawa melihat Wilu yang terisak dalam pelukan Darren.
"Kalau kamu kelamaan di Jakarta, bisa jadi suamimu membawa pulang jalang ke apartemen ini". Giliran mama Darren bebicara.
"Maafkan Wilu ya mah... Wilu mengabaikan anak mamah." Wilu memeluk ibu mertuanya.
"Sudah aku mau pulang mau bercinta sama Dammian." Martha memeluk Wilu dan keluar dari kamar Darren bersama suaminya.
"Mana sufornya Rosid, biar mama ajak pulang, silahkan kalian berbahagia." Mama mertua Wilu bergegas membawa Rosid keluar kamar.
"Mah... Tunggu sebentar ...." Darren mengejar mamanya yang sedang mencari susu formula milik cucunya.
"Apa Darren??? Tenang aja, anakmu aman bersama kami, sudah sana emaknya Rosid di sayang-sayang dulu." Darren terlihat malu-malu kembali ke kamar dan memeluk istrinya yang duduk mengelapi air matanya.
Darren duduk di samping Wilu dan menarik kepala Wilu untuk bersandar di dadanya.
"Maafkan aku mas.... Lagi-lagi aku gak peka dengan perasaanmu, harusnya aku lebih menjaga perasaanmu, dari pada menjaga rasa gak enakku sama Kelly". Wilu mulai menyadari kesalahannya.
"Pinter ternyata istriku... Hehehhee". Darren tersenyum bahagia, kahirnya dia bisa berkumpul dengan anak istrinya.
"Gimana critanya mas tau kalau aku pulang hari ini???".
"Hemmm.... Kelly yang bilang, sekaligus dia custom tempat tidur ala sultan sama aku, sebagai ganti wanprestasi, ide ini bukan seratus persen dariku, tapi Martha dan Dammian lah yang menyiapkan semua ini." Darren menggaruk kepalanya yang tidak gatal, karena dia malas di anggap bucin sama Wilu.
"Padahal aku berharap ini kamu yang menyiapkan." Wilu memasang wajah pura-pura kecewa.
"Kalau aku yang menyiapkan semua ini, kamu akan beri aku hadiah apa?? Hemm??" Mata mesum Darren menatap istriny seolah ingin segera menggulingkan istrinya di atas ranjang.
"Setelah sholat Isya' ya.... Hehehhe" Wilu beranjak ke kamar mandi meninggalkan Darren yang tersenyum gemas.
Next Part....
Agak lama ya... Ini Author ada kesibukan lain... Maklum aja Author kan Buruh, jadi nulisnya kalau pas senggang.
Thank buat raciksekarms_ yang selalu kasih suport
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With Best Friend
Short Story*END* Kisah dua orang sahabat yang terjebak dalam hubungan rumit **** "Dengar Darren, pernahkah gue bilang ke elo sebelumnya bahwa elo perkosa gue??? Pernahkan gue minta tanggung jawab ke elo soal kehamilan gue???". Aku sebenarnya marah, tapi apa ya...