Jakarta
Beberapa karangan bunga sudah memenuhi halaman hotel tempat Wilu bekerja, ucapan selamat dan sukses atas terlakasannya konggres Assosiasi Pengusaha Kayu Indonesia. Wilu sangat sibuk mengecek persiapan bersama tim panitia, beberapa yang hadir ada yang Wilu kenal pasalnya lebih dari lima tahun Wilu bekerja di dunia perkayuan.
Apakah Wilu takut akan bertemu Darren, jelas tidak karena Wilu tau Darren bukan tipe orang yang akan menyempatkan hadir di perhelatan Asosiasi yang menurutnya tidak penting, dan dia pun sempat melihat daftar hadir panitia tidak terdapat nama Darren, menambah rasa lega untuknya.
Wilu masih berada di loby bersama Riana anak buahnya, memastikan semua beres dan room yang di booking sudah sesuai.
"Mbak Ajeng.... Banyak cowok idaman ni?? Gak minat mencarikan Rosid bapak baru, mumpung banyak pria masa depan nih???" Goda salah satu anak buah Wilu yang bernama Rania
"Kamu aja deh Na... Aku mah Nikah udah pernah, kawin juga udah, lahirin anak pernah, lah kamu... Kayaknya butuh tu... Pria masa depan .. hehehhe" balas Wilu pada Riana yang masih jomblo.
"Mbak dulu kerja di pabrik Mebel ya?? Mungkin bos nya mbak yang dulu hadir juga mbak."
"Gak mungkin Na, lah wong bos aku dulu tu paling males acara kayak gitu, katanya acara asosiasi adalah acara orang tua" tukas Wilu.
"Eh mbak ini muda-muda lho yang hadir, cakep-cakep lagi. Siapa tau ada yang bujang, bisa di bawa pulang buat oleh-oleh ke Pandeglang mbak hehehehe" Wilu hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala heran dengan tingkah centil anak buahnya yang dari Pandeglang itu, Wilu pernah muda tapi gak pernah kecentilan lihat pria agak cakep dikit.
"Bu Ajeng bisa minta tambahan kamar gak ya?? Untuk satu orang, karena awalnya beliau tidak hadir.
"Oh bisa mbak, kan memang dari pihak panitia meminta dua kamar cadangan, ini kuncinya". Wilu menyerahkan kunci ke Diva dia adalah panitia kongres, Wilu tidak memperhatikan pria yang ada di sebelah Diva karena pria tadi sedang sibuk dengan telphonnya dan membelakangi Wilu.
"Ini bapak Aquinas kuncinya." Dan Wajah Wilu mendadak pucat saat pria yang di sebut Bapak Aquinas tadi berbalik dan menampilkan pria yang dulu badannya berotot kekar dan tampan, kini terlihat agak kurus, masuh tampan sih namun bulu halus memenuhi wajahnya, ya orang yang di sebut Bapak Aquinas adalah Darren suaminya.
Begitu Juga dengan Darren yang sempat kaget, tidak menyangka, wanita yang di carinya selama ini ada di depannya, dia masih terlihat manis, dan lebih anggun memakai rok panjang berwarna abu-abu tua, baju lengan panjang berwarna putih dan outer tanpa lengan berwarna senada dengan bawahannya berhijab dan berkacamata, perut buncitnya sekarang sudah tidak terlihat, Darren terkesima tidak pernah melihat Wilu dengan setelan ala kantoran dengan bawahan rok panjang, terlihat sangat anggun.
"Wilu .... Ini kamu kan?? Aku tidak mimpi kan???" Darren menarik tangan Wilu karena Wilu ingin bergegas meninggalkannya.
"Maaf tuan anda salah orang saya Ajeng" kebetulan name take yang di pakai Wilu bernama Ajeng.
"Bukan kamu adalah Wilujeng Rahayu istriku." Darren masih bersikukuh yakin dia wanita yang di pegang tangannya adalah istrinya, meski penampilannya saat ini lebih ramping dan tambahan kacamata menghiasi wajahnya, Darren tidak akan salah mengenali istrinya.
"Maaf anda salah orang dan saya harus kembali bekerja" Wilu melepaskan tangan Darren dan berlari masuk kedalam lift.
"Anak muda.... Akhirnya kamu datang juga". Om Arif kolega papanya Darren memanggil Darren saat akan mengejar Wilu yang masuk ke dalam lift, Darren kecewa karena gagal mengejar Wilu, namun dia bersyukur sudah tau di mana keberadaan istrinya.
....
Darren.
Pidato pembukaan konggres dengan beberapa orang mengisi sambutan layaknya lomba pidato, membuatku ingin lari dari ruangan ini dan mencari keberadaan Wilu dan tentunya putra kami, seperti apa wajahnya, kenapa Wilu setega ini memisahkan aku dan putraku.
Saat acara pembukaan selesai, saatnya coffie break dan sholat, aku bergegas mencari ruang marketing untuk mencari Wilu, info dari Diva, Wilu atau yang di sebut Ajeng itu berada di bagian marketing.
"Mbak, bisa saya bertemu mbak Ajeng??" Tanya ku saat sampai di kantor Wilu pada seorang perempuan pasalnya aku tidak melihat Wilu di ruangannya.
"Bu Ajeng ijin keluar dulu pak, ada perlu??" Jawab wanita itu yang menatapku dengan pandangan memuja, seperti wanita lain saat memandang ku, kecuali, istriku yang menatapku tapi ingin membunuhku.
"Saya ada perlu dengan dia, boleh tau dia kemana ya mbak??" Kujadikan pesonaku agar wanita itu mau mengatakan dimana Wilu.
"Oh, tadi pamit sama saya mau ke Day Care, katanaya anaknya sakit begitu pak." Jelasnya.
"Day care nya dimana mbak??" Aku panik mendengarku sakit.
"Di Qurrota A'yun Day Care pak, dari sini sekita sepuluh menit kalau jalan. Atau bapak tunggu di sini dulu, sepertinya mbak Ajeng akan kembali ke kantor, karena ASI nya masih di freezer, dia sesibuk apapun dia pasti akan mengambil ASInya" Aku abaikan si mbak-mbak centil tadi. Wilu ibu yang hebat meski dia bekerja, namun tidak mengabaikan kebutuhan anak kami.
Aku bergegas keluar dari Hotel dan mencari taksi untuk mengantarkan ku ke Day Care tempat anakku di titipkan.
"Maaf pak, ada yang bisa saya bantu???" Tanya seorang wanita yang mungkin heran melihatku nyolong masuk ke Day care nya tanpa ijin bahkan tanpa salam, apa lagi tatapanku clingak clinguk menyisir segala penjuru ruangan mencari keberadaan Wilu.
"Emmmm....maaf Saya mencari Bu Ajeng, bu... Katanya anakknya sakit." Jawabku sedikit panik, dan wanita itu melihatku sepertinya dia paham aku ayah dari anak Wilu.
"Bapak Ayahnya Rosid, suaminya bu Ajeng??" Tanyanya lagi.
"Iya bu, saya baru datang dari Surabaya".
"Bu Ajeng baru saja membawa Rosid ke Rumah sakit pak, tadi badannya demam, dan muntah terus." Jawab salah satu petugas di Day Care tersebut.
"Di rumah sakit mana ya bu, ini kok saya hubungi gak bisa!" Bohongku, gak mungkin kan aku cerita istriku kabur membawa anakku, dan aku lost contak dengannya.
"Di Rumah Sakit Mitra Sehat pak".
"Terimakasih bu .. saya permisi Assalamualaikum". Tanpa menjawab balasan salam dari petugas Day Care aku langsung bergegas naik masuk kedalam Taksi yang masih menungguku.
Bersambung

KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With Best Friend
Short Story*END* Kisah dua orang sahabat yang terjebak dalam hubungan rumit **** "Dengar Darren, pernahkah gue bilang ke elo sebelumnya bahwa elo perkosa gue??? Pernahkan gue minta tanggung jawab ke elo soal kehamilan gue???". Aku sebenarnya marah, tapi apa ya...