Cuaca musim dingin tahun ini lebih meningkat dari biasanya. Orang-orang berlalu-lalang terbalut jaket tebal berusaha menghangatkan diri mereka.
Sama halnya dengan keadaan sekolah, meskipun musim dingin tiba, aktivitas belajar tetap berjalan seperti biasa.
Tampak dari kejauhan seorang laki-laki menuju ke kelas tetangga seraya menyisir rambut pirangnya dengan jari-jari tangan.
"Ooonnnnn onaaaa!" teriaknya
"Viooo~naaa~ let's come and play with me~"Juan, kini sudah duduk di kursi kosong di hadapan Viona.
"Berisik lu belut minggiiir gue lagi nyatett!" Viona misuh-misuh saat Juan berusaha mengacak buku catatan Kimia miliknya.
"Ututuu Ona ngambek idihh gitu aja sinis banget ah ga asik."
Viona hanya memicingkan mata dan mengabaikan laki-laki dihadapannya.
"Oon, Onaa.....?!? Jawab dongs" panggil Juan
"Oon, oon. Elu bloon. Sana minggir jangan ganggu gue!" usirnya
"Kok gitu sih, ga sayang Juan lagi ya?" Juan cemberut memalingkan pandangan
Viona terlihat ingin mencekek teman laki-laki di hadapannya saat ini. Setiap hari ada saja kelakuan yang membuatnya kesal dan jengah.
Bahkan Viona sampai merasa sulit bernapas di area sekolahan ketika hari-harinya dikacaukan.
"Kenapa sih, Ju? Apalagi hari ini? Bebek lo minggat?" tanya Viona kesal
Juan hanya menggeleng.
"Terus apalagi? Celana dalem lu robek?!" tanya nya lagi dengan suara yang lebih tinggi
"Sembarangan!! Bukan itu... anu, ini loh..gimana ya.."
"Apa?"
"Ona~? kenalin dong sama temen lu, yang satu klub sama lu ituu."
"CEWE MANA LAGI YANG MAU KAO GAET DASAR KAMPANGGG"
Viona menarik rambut Juan secara paksa sampai menjadi pusat perhatian teman sekelas.
"KALO GAMAU BANTU NGENALIN YAUDAH. GUE BALIK SAMA NICKY MINAJ AJA!"
Juan pergi meninggalkan kelas Viona begitu saja, membiarkan gadis itu masih dalam posisi kesal.
"Kenapa jadi dia yang ngambek anjir..bodo amat ah." gumam Viona melanjutkan kegiatan mencatatnya.
15.40
Triiing
Bel sekolah berbunyi menandakan pelajaran hari ini telah berakhir. Juan membereskan barang-barang di meja dan langsung menyusuri kelas tetangga secepat kilat.
Saat ia melihat seorang gadis berambut pendek tengah membenarkan posisi kuncirannya, Ia datang mengampiri gadis itu dari arah belakang.
"Aw!" Viona. Sudah ready dalam posisi ingin menyembelih laki-laki yang menjambak rambutnya. Secara kasar.
"JUAN! SINI GAK LO!" teriaknya saat ini mengejar Juan yang berlari menelusuri lapangan sekolah.
"BALIKIN KUNCIRAN GUE ITU TUH MAHALL"
Namun Juan pura-pura tidak mendengar teriakan itu.
"Ju.....aduh, aduh." Viona berhenti saat memegangi perut sebelah kanan
"Eh?" Juan menghentikan langkahnya
"Kenape lu? di santet?" benar-benar Juan bertanya tanpa dosa"Ini.." panggil Viona agar laki-laki itu mendekat
"Sakit.""Apaan yang sakit?!" Juan malah panik
Namun tak lama saat Juan berusaha mengecek keadaan Viona, tiba-tiba Viona merebut kuncir rambut tadi dari tangan Juan dan..
menerbangkannya bagai ketapel ke arah mata laki-laki itu.
"Awh!! Aduh!!"
"Makan tu aduh buaya darat. Baikin gue kalo nanyain cewe doang. Sana lu jauh-jauh."
Viona meninggalkan Juan di lapangan dan membiarkan laki-laki itu dengan keadaan sedemikian rupa.
Tapi tak lama setelah itu, karma is real..
Ia tidak memperhatikan ada beberapa petugas yang sedang memperbaiki salah satu fasilitas sekolah."Aw! Hiiiii brrrr dinginnnn." saat kakinya tersandung besi yang berjejer dan mengenai kulit tulang kering.
"Makanya udah diingetin kalo musim dingin pake celana. Ini malah rok-an doang."
Juan berjalan di sebelahnya, matanya masih utuh."Dih, siape situ sokab banget?"
"Saye? yang jelas bukan Upin la, Mail pun bukan."
"..Kalo dikasih tau tuh dengerin, daripada lo mati hipotermia." ucap Juan saat mengeluarkan hoodie cadangan miliknya dari ransel.
"Buka jaket lo, pakein hoodie dulu lagi. Lagian ini seragam tipis, jadi lo harus nambah baju yang tebel lagi ya Viona Ranesya." Viona mengenakan hoodie yang diberikan sambil mendengar ocehan teman laki-lakinya itu.
"..terus baru deh pake jaket." Juan membantu membenarkan posisi jaket yang Viona pakai terakhir.
Viona terus mendengar ocehan laki-laki itu. Ia menatap penuh makna.
"Oke. Udah. Alergi kita gabakal kumat kalo kaya gini." timpalnya lagi dalam senyuman lembut.
Sementara Viona merasakan sesuatu yang tidak biasa. "Ju.." panggilnya
"Hoh? Kurang anget?"
Viona hanya menggeleng pelan. Ia menunjukkan senyuman paling tulus saat ini.
"Hoodie lo bau ketek."
Viona berjalan meninggalkan Juan yang kini mengerutkan dahi dan tersadar.
"AAHHAHHA GUE LUPAA BEKAS DIPAKE OLAHRAGA!" teriaknya saat mereka hampir sampai di stasiun bus terdekat.
*****
hope you guys still catch up with this story! JH bakal ngasih surprise di chapter2 selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerely, JH.
FanfictionJuan Hardika, membuat orang yang paling berarti dalam hidupnya harus menunggu untuk mendapatkan sebuah jawaban. Namun laki-laki itu tetap diam tanpa suara sepatah katapun, dalam sebuah penantian yang begitu panjang. Haruskah mereka mengandalkan tak...