"Sejak itu, cuma kenangan yang tinggal disini." Ghiffar menutup ceritanya dalam helaan nafas.
Juan masih membeku mendengar cerita itu sedari tadi. Bahkan ia tidak menyela satu kalimatpun saat Ghiffar bercerita. Ia masih tak percaya Mila benar-benar telah pergi.
"Gue boleh nemuin dia?" pintanya
Ghiffar mengerti akan maksud Juan. "Lu yakin? Tapi kondisi lu belum boleh pergi jauh dari area rumah sakit."
Terdengar suara pintu ruangan terbuka memperlihatkan Viona kembali dengan barang bawaannya. Wanita itu samar-samar mendengar percakapan mereka.
"Mau kemana?" Viona meletakkan beberapa bungkus buah dan makanan
"Gue.. mau nyapa Mila, boleh?" Juan tak yakin mereka mengizinkan
Viona menoleh menatap Ghiffar, menunggu pendapat temannya itu. "Gip?"
"Gue coba minta izin ke dokter. Lu siapin aja dulu pakaian Juan."
Ghiffar bergegas ke luar dan Viona mencari beberapa helai jaket di laci nakas sebelah ranjang rawat itu.
Juan memerhatikan wajah Viona yang fokus membantu Juan memakaikan jaket. Takut jika Viona masih bersedih jika mengingat Mila. "Gapapa kan kalo kita kesana?"
Viona tersenyum teduh menatap Juan. "Emang kenapa? Toh juga gue udah sering mampir buat nyapa dia, asal lu tau." kekeh wanita itu
"Ju.. gue gapapa kok. Kita harus bisa ikhlas.." Viona menatap Juan penuh makna.
"Rather than seeing people come and go, I genuinely hope people come and stay." Juan melirih dalam tatapan sendu yang tiba-tiba.
Tak lama dari obrolan itu, Ghiffar kembali dengan wajah cerah. "Ayok." ajaknya cepat
***
Tertulis sebuah nama di keramik nisan.
Mila Anastasha,
3 Augustus 1998- 17 Februari 2022Ghiffar meletakkan sebuah bucket bunga berwarna putih. "Kita dateng lagi, kali ini bareng curut yang paling lu tunggu." ucapnya tersenyum menatap makam Mila.
Juan masih terdiam menatap makam itu. Viona membantu mendorong kursi roda Juan agar lebih dekat. "Sorry gue baru bisa dateng." ucap laki-laki itu
"Mil, Tuhan udah ngabulin doa kita.." Viona ikut mengisi kesunyian diantara mereka
"Juan disini." sambungnya lagi
Juan menatap kosong nama yang tertulis di nisan. Banyak yang ingin ia sampaikan saat ini, namun laki-laki itu memilih menyampaikan sesuatu yang paling melekat dihatinya.
"Makasih buat semua doa lu. Makasih udah ikut nemenin gue bareng yang lain disaat lu juga butuh dukungan buat bertahan.."
"..makasih udah pernah berjuang buat orang-orang disekitar lu.."
"Makasih udah bikin gue sadar kalo gue harus cepet balik buat yang lain." Juan menoleh menatap temannya bergantian
"..dan pesan lo bakal selalu gue inget. Sekalipun itu versi mimpi gue, Mil." Juan tersenyum tipis diakhir kalimatnyaGhiffar mengusap keramik nisan itu perlahan. "Love always comes out of expectations.."
"We'll see you again." Ghiffar berdiri seraya menatap Juan dan Viona bergantian. Mereka saling melempar tatapan teduh."Ayok balik, udah makin dingin ntar tuh jangkung kejang-kejang." Ghiffar meninggalkan mereka terlebih dahulu
Viona mengangguk paham kemudian membantu Juan mendorong kursi rodanya. "Dah Mil, ntar kita balik lagi.." pamit wanita itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerely, JH.
FanfictionJuan Hardika, membuat orang yang paling berarti dalam hidupnya harus menunggu untuk mendapatkan sebuah jawaban. Namun laki-laki itu tetap diam tanpa suara sepatah katapun, dalam sebuah penantian yang begitu panjang. Haruskah mereka mengandalkan tak...