| 31

35 7 0
                                    

Libur panjang sebelum memasuki tahun perkuliahan masih berlangsung. Lima teman sejawat menghabiskan sisa waktu liburan mereka dengan kegiatan masing-masing. Tidak dengan Juan, sudah pasti mengekori gadis berambut sebahu yang kini terlihat lebih panjang.

"Viona nya ada, Tante?" tanya Juan sopan saat berada didepan rumah Viona, menyapa sang Ibu.

"Si Jangkung libur begini ngapain lu?" Viona muncul saat turun tangga dari dalam rumah dan menuju pintu ruang tamu

"Vio.. judes banget sama Nak Juan. Kamu nih ya gapernah lembut sama temen sendiri." Tegur sang Ibu

"Iyanih, Tan. Viona galak banget, kepala Juan malah sering ditimpuk sama dia. Ntar kalo Juan gagal jadi engineer gimana coba?" Adu Juan pada Ibu Viona layaknya anak kecil

"Haalah caper.." Viona duduk di sofa sebelah laki-laki itu. Sang Ibu hanya menggeleng kepala sudah memaklumi mereka, dan pergi melanjutkan pekerjaan rumahnya.

"Caper sama camer sendiri kan gapapa." Cengir Juan

"Idih si najis..." Viona mengernyitkan dahi jijik

"Jalan yuk. Nonton, makan, atau main kemana gitu." Ajak Juan dengan tampang paling lugu

"Lu kalo gabut nyebelin banget ya?"

"Kalo ga gabut malah tambah ganteng ya?" balas Juan

"Ga nyambung dih. Kemana deh? Minggu begini rame banget males gue ah."

"Kemana ajaaaa masa gue muter muter sendirian lo tega sih. Yang lain jalan sama cewenya..." lirih Juan menunduk menatap jari-jari panjangnya

Viona menghela nafas. Entah setan mana yang merasuki laki-laki itu, jika bersama Viona jadi bertingkah seperti bocah begini. Bahkan Viona sampai lupa kejadian lalu yang membuat Juan sempat menjadi lebih kalem. "Ga, gue alergi ketemu orang." ucap gadis itu melipat kedua tangan

"Kan ada gue, obatnya." Juan menggoda mengedipkan sebelah mata, lagi-lagi kena timpuk oleh Viona.

Tau akan pertikaian ringan ini takkan ada habisnya, Viona memutuskan untuk mengikuti ajakan Juan. Ya, siapa tau dengan begini mengurangi batin Viona yang sulit ia artikan.

***

Air mata Viona berlinang begitu saja, membuat Juan memberikan sehelai tisu dan terkekeh pelan melihat gadis itu.

"Thanks..hiks" ucapnya

"Katanya males keluar tapi giliran udah nyampe dan nonton begini malah mewek."

"filmnya sedih banget Ju, liat tuh masa Emilia ditinggalin. Sakit banget." suara Viona menjadi parau dan hidung yang memerah

Mereka habis menonton salah satu film populer tahun ini, Me Before You. Pantas saja membuat Viona sesenggukan, memang sebuah film bertemakan melodrama. Namun bagi sebagian orang, begitulah ending yang ditakdirkan..

"Duh, kalo gue pergi lu nangisin gue begini juga ga ya?" Juan terkekeh membantu Viona merapikan rambut dan usapan air mata itu

Lagi-lagi Juan kena timpuk. "Aduh!"

"Mulut tuh suka sembarangan ngomong, kesel banget harus berapa kali dibilangin." Viona emosi

"Yakan umpama doang.. emang lu ga sedih kalo kita pisah?" Tanya Juan serius

Viona diam memerhatikan raut wajah Juan yang serius itu. Gadis itu bahkan sulit membalas perkataan Juan.

"Maksudnya?"

Juan malah berjalan terlebih dahulu didepan untuk membeli sebuah minuman boba. Viona mengikuti langkah cepat itu.

"Ju, maksud lo apa? Lo mau kemana?" Viona benar-benar bingung.

Sincerely, JH.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang