| 14

53 11 5
                                    

"Lu minum air hangat dulu."

Ghiffar memanggil sang pemilik warung yang mereka kunjungi untuk mengambil segelas air hangat.

"Gue telfon Juan sama Randy dulu, lu minum dulu ini." tawarnya lagi

"Bu boleh sekalian minta es batu?" pinta Ghiffar kepada sang pemilik warung

Ghiffar terus menatap sendu gadis di hadapannya itu. Tak tahan melihat memar bekas tamparan dan garis bibir Viona yang sedikit robek.

"Gue sama Vio di deket toko buku yang tadi kita lewatin. Kita di warung sini, lu pada buru ya." ucap Ghiffar dibalik panggilan ponsel itu.

"Mau ke puskemas ga?" tanyanya lagi

Viona diam tersenyum lembut sambil mengompres pipi kiri. Ia menggeleng pelan.

"Gausah. Ntar dikira gue ikut tawuran lagi haha." balasnya kini terkekeh kecil

Ghiffar masih menatap gadis itu lekat. Tak bisa ikut tersenyum ataupun tertawa saat ini.

"Sakit banget ya?" tanyanya saat mengusap pelan pipi Viona

"Sssh. Gapapa, yang penting gue juga dapet hajar balik itu setan." Viona kembali terkekeh

Situasi begini Viona masih bisa bercanda dan tersenyum. Gadis itu mencoba menutupi rasa sakit di tubuhnya, dan dihatinya. Tidak perlu menghabiskan energi untuk menangis.

Ghiffar bahkan menyingkirkan sifat usilnya saat ini dan mencoba menenangkan Viona.

"Gila ya, tu cowo emang kayanya psikopat. Wajar kalau dari awal Juan sama Randy khawatir sama lu."

Tak lama dari itu Juan dan Randy muncul menyegerakan diri mereka duduk di meja yang sama bersama Ghiffar dan Viona.

Viona duduk membelakangi arah masuk warung itu, dan Ghiffar di hadapannya.

Randy sudah terlebih dahulu duduk si sebelah Viona, saat Juan hendak duduk di sebelah Ghiffar, Ia meletakkan satu kantong plastik berisikan obat.

"Tara bener-bener brengsek.." ucap Juan seraya menyentuh pelan dagu Viona mengecek dua sisi wajah gadis itu.

"Duduk dulu, Ju." pinta Viona

"Yang lain ngga ada luka kan? Lu ga di bacok kan?" tanya Randy khawatir.

Viona menggeleng cepat dan tersenyum simpul, menahan perih di garis bibirnya.
"Gue gapapa cuma lecet disini. Kalian gapapa kan? Udah kacau banget begini kaya abis tawuran beneran..."

Viona memerhatikan lekat Juan dan Randy bergantian. Tangan Randy sedikit memar kemerahan karena pukulan tadi.

Sementara Juan wajahnya sedikit tergores di bagian tulang pipi dan bibirnya. "Pake ini." Juan mengeluarkan satu obat luka oles dan beberapa plaster.

"Buat lu aja. Muka lu udah kaya anak ayam di keroyok." balas Viona

Randy dan Ghiffar tersenyum tipis mendengar candaan Viona. Benar-benar situasi begini Viona tidak menunjukkan kelemahannya.

"Hadeh ngoper obat aja ribet banget, udah sini lu pada gue aja yang obatin." tawar Ghiffar yang sudah kembali ke mode judes.

Mereka cuci tangan terlebih dahulu untuk menghindari infeksi. Ghiffar mengoles obat luka itu ke Randy terlebih dahulu agar memarnya berkurang.

Kemudian bergiliran Ia membersihkan luka Juan, mengoles obat luka itu di bibir Juan, dan lanjut menempelkan satu plaster di tulang pipi kirinya.

"Misi misi mau ngerawat tuan putri." omel Ghiffar kepada Randy agar bertukar kursi di meja mereka.

Kini Ghiffar duduk di sebelah Viona, dan memulai aksi pertolongan pertamanya.

Sincerely, JH.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang