"Gerah banget gila."
Juan menghentikan kegiatan olahraga saat ini di lapangan basket. Ia memandangi area lapangan yang tampak sepi.
Jam olahraga kelas Juan memang jarang berdampingan dengan kegiatan lain di sekitar sekolah.
Juan kini duduk di tepi lapangan basket untuk mengistirahatkan diri. Tiba-tiba seorang laki-laki yang sangat Ia kenal menghampiri saat melewati lapangan.
"Dapet lebih." Tara, menawarkan satu botol minuman ion.
Juan mendongakkan kepala menatap laki-laki itu. "Gue ga haus."
Tara kemudian ikut duduk bersebelahan dengan Juan. "Kalo lu sinis ke gue karena yang dulu-dulu, gue minta maaf, lagi." Tara membuka obrolan
Juan tetap memfokuskan pandangan kedepan.
"Yang dulu udah berlalu."
"Viona cewe baik-baik, dan dia sahabat gue." tegas Juan pada kalimat terakhir"Jangan sampe gue turun tangan. Ntar dikatain ikut campur lagi." Juan terkekeh hambar kembali menunggingkan senyum sinis
Tara menatap Juan serius. "Gue suka sama dia. Sejak sering ngeliat dia latihan basket, bahkan kadang sendiri, rasanya gue emang bener-bener tertarik."
Tara berusaha menceritakan apa yang harus Ia cerita. "Waktu gue tau Viona sering bareng Randy, gue sempet kaget." Lanjutnya lagi
"Di benak gue langsung tertuju udah pasti juga dia temenan sama lu. Dunia emang sempit banget." Tara mengalihkan tatapan ke depan.
"Gue gaperlu ngomong lebih jauh. Selama Viona seneng, gue harap omongan lu bisa dipegang." Kini Juan menoleh menatap serius Kakak Tingkat itu.
"Gue gamau ikut campur urusan kalian. Tapi kalo sampe Ona kenapa-napa, gue gabakal diem." ucap Juan cepat meninggalkan Tara begitu saja.
Sementara laki-laki dengan minuman ion itu, menaikkan garis bibir dalam raut wajah yang tak bisa diartikan.
***
Jam istirahat tiba membuat murid-murid bergegas untuk melakukan kebutuhan mereka.
"Viooo!" Panggil Ghiffar dari kejauhan saat melihat Viona di depan kelas.
"Yuk!" ajak Viona menuju ke kantin
"Randy?" Ghiffar menerawang mencari laki-laki bermata gelap dengan kilauan.
"Ke toilet. Ntar nyusul katanya. Juan juga lagi ganti seragam tadi abis olahraga."
Viona berjalan terlebih dahulu meninggalkan Ghiffar yang masih celingak celinguk seperti kelinci taman.
"Agip! Buruan!" teriaknya lagi
Mereka menuju ke kantin para pencari ketenangan. Tentu saja sudah seperti kantin pribadi.
"Mak Ijah pesen bubur ayamnya dua gausah pake kacang ya!"
Viona memesan makanan mereka sembari melihat pergerakan jam yang Ia kenakan di lengan kiri.
"Nambahin cabe ijo lagi gak, Gip?" tanya Viona mengarah ke Ghiffar yang sedari tadi ternyata menatap dirinya.
"Pake." jawab Ghiffar dengan senyuman manis
Ghiffar kembali terdiam menatap Viona sambil menopangkan dagu dengan tangan kanan. "Lu kalo di liat-liat ternyata cakep banget ya.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerely, JH.
FanfictionJuan Hardika, membuat orang yang paling berarti dalam hidupnya harus menunggu untuk mendapatkan sebuah jawaban. Namun laki-laki itu tetap diam tanpa suara sepatah katapun, dalam sebuah penantian yang begitu panjang. Haruskah mereka mengandalkan tak...