September, Autumn 2016
"Hari ini gue ikut bonyok aja keluar kota sekalian check up disana. Lu baik-baik ya? Salam buat yang lain sorry gue gabisa ikutan."
"Gue kesepian dong.."
"Gip, gue cuma berangkat dua hari lebay banget. Ntar kan balik."
"Iya tapi kann.."
"Udah, manja banget. Sana ke yang lain. Bilangin ke Juan hati-hati, jangan liar kuliah diluar kota haha."
"Dih tu makhluk sih disini juga udah liar."
"Yaudah..Gue tutup yaaa baik baik Agip Bunnyy byeee"
"Bye.." Ghiffar menutup panggilan video itu tidak bersemangat karena Mila tidak bisa ikut berkumpul bersama mereka.
"Kenape tuh? Frenzonnya nambah parah ye?" Juan keluar dari kamar mandi dengan kaos dan celana pendek, melihat Ghiffar terduduk lemas di sofa kamar Juan.
"Diem lu laknat." Ghiffar emosi
"Ga sopan makanya tuh Mila gamau sama lu."
Ghiffar tidak ada energi untuk bergelut dengan Juan. Biarkan saja sang empu larut dalam kerinduannya.
"Lo gatau aja Ju kalo mereka tuh udah berlayar, cuma ya gitu ga pake status." Randy membersihkan remahan cemilan di meja komputer Juan, langsung di pelototi oleh yang punya.
"Kok gitu sih, Gip? Dunia ini tuh butuh kejelasan. Sekalipun ada hitam dan putih, semuanya terlihat abu-abu. Tapi kalo soal ini harus jelaaas." Oceh Juan
"Bacot. Ngomong tuh sama dengkul lu, ga nyadar." Bukan Ghiffar jika tidak adu mulut dengan Juan
"Tapi menurut gue sih ga masalah, toh Mila juga memang berlabuh di lu, kan Gip? Pada akhirnya.." kekeh Randy
Ghiffar menghela nafas melihat kedua temannya. Biarlah mereka mengatakan apa yang ada dalam benak, karena faktanya hanya Ghiffar dan Mila yang tau dan menjalani ini semua.
"Juan? Gue masuk nih!" Teriak Viona mengetuk luar pintu kamar Juan
"Jangan Vi! Juan handukan doang!" balas Randy berteriak dari dalam kamar
Langsung di geplak oleh Juan, dan laki-laki itu membuka pintu kamarnya membiarkan Viona masuk. "Masuk neng." Cengir Juan
"Maap ya Vi, Randy emang lebih rese dari gue." Ghiffar memakan cemilan itu tak bersemangat
Viona memicingkan mata ke ketiga sahabatnya. "Kenapa nih bocah? Mila mana?"
"Ya itu jawabannya, Oon. Mila gabisa ikut kesini katanya, jadinya nih curut lemes." balas Juan
"Yaelah ditinggal bentar lebay banget. Gue kasih wortel senyum lagi gak?" tawar Viona
"Gak. Sana." Ghiffar mendorong Viona malas membuat yang lain terkekeh.
"Nih kue, tadi gue beli sekalian jalan kesini." Viona meletakkan sebuah kotak berisi cheesecake kesukaan mereka.
"Jadwal penerbangan lo kapan, Ju?" Tanya Randy dibalik kunyahan kue itu
Juan melirik jam dinding yang masih menunjukkan pukul 9 pagi. Memang mereka semua berniat berkumpul sepagi ini, agar bisa menghabiskan sisa waktu sebelum keberangkatan Juan ke luar kota untuk melanjutkan kuliahnya. "Flight sore, jam 5." balasnya
"Udah packing?" Tanya Viona memerhatikan sisi kasur Juan masih dipenuhi beberapa helai pakaian yang berantakan.
"Tuh." Tunjuk Juan dengan dagunya.***
"Jaket?"
"Udah."
"Kaos kaki tebel?"
"Udah."
"Jaketnya tambahin lagi, musim gugur kan kadang dinginnya juga ga nentu."
"Iyaa, Oon, udah. Apalagi?"
"Huaa kenapa lo harus kuliah beda kota sih? Kenapa engga disini ajaaa?"
Viona kini kembali terisak pelan hendak menahan kepergian laki-laki di hadapannya.
"Bosen ah gue sama lo muluu mending di luar lebih banyak cewe cakep." balas laki-laki itu santai
"Juan gue serius." tatap Viona tajam
"Iya iyaaa, yakan namanya kita ngejar cita-cita. Emang lo gamau ngeraih cita-cita lo?"
Juan menatap wanita di hadapannya penuh makna."Selalu ngabarin?" tanya Viona penuh harap
"Selalu ngabarin." balasnya
Juan tersenyum penuh arti seraya memberikan sebuah fist bump, kebiasaan yang mereka lakukan ketika lagi akur.
Juan mengambil jaket yang tergantung di balik pintu kamar untuk segera ia pakai.
Tiba-tiba sesuatu terjatuh di balik ransel yang juga tergantung di balik pintu itu.Juan terkekeh pelan. Sementara Viona yang melihat hal di hadapannya kini tertawa jahil.
Mereka saling menatap penuh arti sembari menaikkan kedua alis."Kodok apa katak?" tanya mereka bersamaan terkekeh renyah.
Tak lama dari tawa itu Ibunda Juan menghampiri mereka yang masih nongkrong di kamar.
"Ju, kamu kan flight sore, ntar siangnya sebelum berangkat mampir ke Daun Lemon dulu.. Bunda pesenin cookies kesukaan kamu, tapi ternyata bahannya habis kemarin. Palingan siang selesai pesanannya, sebelum berangkat mampir dulu kesana buat dibawa ya?" jelas sang Ibunda
"Ngapain pesen cookies segala Bun, kaya anak pesantren aja bawa makanan.." Juan protes tapi terkekeh lembut
"Ya gapapa, abisnya Bunda belum bisa bikin yang kaya gitu. Jadi beli dulu. Sekalian bawain bingkisan ini ke rumah Tante Binar ya.."
"Bun?? Sore ini aku berangkat loh masih aja nyempet nyuruh kesana kemari. Ntar ketinggalan flight gimana?" Juan meringis
"Sengaja." Sang Bunda tersenyum jahil membuat yang lain terkekeh. Tiba-tiba Randy sadar akan sesuatu.
"Tante Binar? Bun, ini rumahnya yang deket sekolah kita dulu bukan?" Tanya Randy
"Iya Nak. Kok kamu tau?"
"Rumahnya Nata.. Binar kan nama Mamanya." Balas Randy menatap yang lain bergantian
"Wah kebetulan! biar Randy aja yang nganterin Bun." Cengirnya
"Somplak! Kesempatan lu. Terus nanti ga ikut nganterin gue ke bandara?" timpal Juan
"Ya ikut. Kan bisa nyusul, jam 5 kan ya? Ini sekarang gue gercep kesana." Semangat Randy membara
"Ayok Gip cepetan." Ghiffar menyusul Randy keluar dengan malas dan pasrah, ya apa boleh buat daripada harus melihat drama Juan dan Viona nantinya, lebih baik ia tutup telinga atas kejametan Randy. Padahal mereka sama saja.
"Lah terus gue?" Tanya Viona bingung
"Vio nemenin Juan aja ke Daun Lemon, abis itu bisa langsung ke bandara.. Bunda sama Ayah juga nyusul nya jam 3 aja ya Nak, Ayah paling cepet bisa izin pulang ngantor jam segitu."
"Iya, Bunda. Gapapa. Kalo ga dianter juga gamasalah, kan aku udah gede." Juan memeluk Bundanya
"Yaudah ini masih ada waktu senggang, buruan jalan. Bunda tinggal dulu ya.." sang Bunda pun kembali menyelesaikan urusannya
"Ehm. Masih ngambek lu?" tanya Juan pada Viona mengingat obrolan terakhir mereka di Mall saat itu.
"Udah gausah dibahas lagi, ayok berangkat." balas Viona
Juan hanya bisa menghela nafas dan menyegerakan berangkat untuk mengambil pesanan cookies mereka.
****
Panjang banget huhuuu tetep semangat bacanya ini aku bagi jadi dua part. Next!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerely, JH.
FanfictionJuan Hardika, membuat orang yang paling berarti dalam hidupnya harus menunggu untuk mendapatkan sebuah jawaban. Namun laki-laki itu tetap diam tanpa suara sepatah katapun, dalam sebuah penantian yang begitu panjang. Haruskah mereka mengandalkan tak...