"Lerina, kamu gak mau pikir-pikir dulu, ketemu orangnya dulu gimana?"
Lerina hanya memutar bola matanya jengah saat Mamanya kembali membahas soal perjodohan setelah berhari-hari berlalu.
Sambil menata rambutnya, ia yang sedang duduk di depan cermin menatap Mamanya yang ada di belakang dari cermin itu.
"Aku udah mau lulus Ma, hutangnya biar aku yang nanggung," jawab Lerina.
"Na, itu besar banget dan semakin lama gak dibayar semakin besar juga jumlahnya karena ada bunga," Lerina menghela napasnya berat, ya benar juga sih. Tapi ia benar-benar tidak mau dijodohi.
"Temen Papa itu kok pamrih banget ya? Kok mau nolong pake syarat segala?"
"Sebenarnya, teman Papa itu bersedia kalau gak pakai syarat, tapi ya tetap dihitung hutang ke dia, kalau pakai syarat, baru kasih ke kitanya secara cuma-cuma."
Lerina langsung berdiri lalu berbalik menatap sang Mama, "Ya udah kayak gitu aja. Kita pindah hutangnya ke teman Papa, gak perlu bunga kan? Bisa dicicil pelan-pelan?"
"Tapi La, itu tetap banyak banget, Mama dan Papa rasanya gak sanggup."
Melihat wajah memohon sang Mama, hatinya terasa tersentuh, ada rasa sesak di dalam dadanya karena sebenarnya ia tidak sampai hati juga untuk menolak dan membuat susah orangtuanya. Selama ini Lerina selalu menjadi beban keluarganya, ia sangat menyadari itu. Menolak perjodohan ini tentu saja membuat ada rasa bersalah pada diri Lerina. Tapi perjodohan itu ide yang terlalu konyol untuknya.
"Kamu ketemu orangnya dulu gimana? Kata Papa orangnya tampan kok, baik juga, dan umurnya gak beda jauh sama kamu cuma selisih 2 tahun," entah kenapa Lerina agak lega mendengarnya, karena setidaknya jika ia tidak punya pilihan lain untuk menerima perjodohan ini, pria itu bukan om-om gendut gila wanita yang sempat terlintas di otaknya.
Tapi ia bingung, umurnya masih muda, dan dia pria kenapa harus buru-buru nikah?"Mama dan Papa juga gak mau kalau hutangnya kamu yang tanggung. Terlalu berat, La. Mama dan Papa gak tega biarinin kamu yang baru lulus tapi udah menanggung beban sebesar itu."
Lerina menyatukan alisnya, "Memang pernikahan bukan beban yang besar Ma? Itu berat juga loh. Mama harusnya tau kalau menikah itu tanggung jawabnya gak main-main! Bukan cuma perihal jadi halal dan sah aja untuk ngapa-ngapain!"
"La, kamu bisa buat kesepakatan sama calon suami kamu nanti enaknya gimana pernikahan kalian, buat senyaman mungkin untuk kamu dan dia."
"Kita bicarain ini lagi nanti. Aku mau berangkat, ini hari pertama magang aku."
"Aku pergi dulu Ma."Dengan begitu saja Lerina pergi dari rumah tanpa mencium tangan sang Mama seperti biasa.
Sampai di kantor perusahaan start-up tempat ia akan magang, Lerina langsung disambut oleh pria tinggi dengan kulit berwarna tan yang memiliki senyum manis sampai Lerina terkagum untuk sejenak melihat senyum itu.
"Oke Lerina ya? Gue Kaivan, Art director di sini, jadi lo diterima magang di sini itu sebagai content writer ya? Oh iya, santai aja ya kalau di sini. Kan perusahaan start-up, bos kita juga masih muda banget jadi berlo-gue juga gak masalah," Lerina mengangguk ketika pria yang menyembut namanya sendiri adalah Kaivan itu menjelaskan padanya.
Perusahaan tempat Lerina akan magang itu memang creative agency yang masih masuk ke dalam perusahaan start-up, dan Lerina bisa lihat tidak banyak orang yang bekerja di sini. Mungkin tidak lebih dari 20 orang? Lerina juga tidak bisa menghitung pastinya.
Selanjutnya Kaivan pun menjelaskan tugas-tugas apa saja yang akan dilakukan oleh Lerina, "Paham?" Tanya Kaivan setelah selesai menjelaskan.
"Paham Pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Ex (BYUN BAEKHYUN) - Selesai
FanfictionBaek Hyun dan Lerina, sepasang kekasih yang sebenarnya sudah putus sejak beberapa tahun lalu dan sudah saling membenci kini malah dipaksa menikah karena sebuah kesepakatan perjodohan konyol orangtua mereka. Apakah mereka akan benar-benar menikah? Da...