Chapter 6: Kesepakatan

74 55 39
                                    

___________
Kebohongan adalah kejahatan yang tidak bisa kita hindari.
____________
***

Keesokan harinya.

Clara baru saja keluar dari taksi online-nya, dia tengah berjalan di depan sekolah barunya itu. Sambil mengeratkan tali tasnya, dia melihat-lihat bangunan megah dan mewah itu. Clara masih tak percaya bisa bersekolah di sini, padahal dia hanya seorang gadis biasa.

"Clara!" Seseorang memanggilnya dari jauh. Yang dipanggil pun menoleh ke sumber suara.

Dara Febriani, cewek berambut pirang kemarin. Ia segera berlarian kecil ke hadapan Clara. "Lo kemaren kemana sih? Mentang-mentang dapat temen baru, gue jadi dilupain."

"Ih, apaan sih," respon Clara menyangkal. "Ya kali gue lupain lo, Dara. Kita tuh udah temenan sejak SD, terus lo pindah ke kota, tapi kita masih Chattingan sampe sekarang dan gue gak nyangka banget pindah ke sekolahnya lo."

Dara hanya tersenyum tipis sambil berjalan. "Buset, serius amat sih, Clara. Gue tuh cuma nge-joke doang kali. Gue kasih tau ya, anak-anak di sini tuh pada Suka bercanda."

Clara menyusulnya dengan raut wajah yang tidak begitu mengerti. "Maksud?"

"Ya maksudnya, kalo ada yang ngejek ataupun ngerendahin lo, lo nya jangan baper. Ejek balik aja, terus pergi dari sana."

Hah?! Jadi gini sistem anak kota? Beda jauh dengan imajinasi Clara yang membayangkan mereka itu anak-anak elit yang punya sopan santun tinggi dan kepintaran diluar rata-rata.

"Eh, lo denger gak sih?" tanya Dara lagi, yang membuyarkan lamunan Clara.

"Denger kok. Cuma ... gue bingung aja mau respon kek gimana. Eh, BTW, lo di kelas mana?" tanya balik Clara, mereka kemarin memang tak sempat untuk ke ruangan kelasnya.

"Nah, gue udah nunggu pertanyaan itu dari kemaren tau, gak?" Dara heboh sendiri. "Gue ... gue sekelas sama Garry!"

Dara berteriak histeris tanpa peduli banyak siswa dan siswi yang memperhatikannya. Clara pun terkaget dengan tingkah laku teman masa kecilnya itu.

"Dar, lo juga kepicut sama Garry?"

Dara meredam hebohnya kemudian mengangguk. Clara hanya menepuk jidatnya pelan. Ia tak menyangka jika temannya juga ikut terkena virus tersebut.

"Ra, emang lo nggak pernah mimpi ketemu pangeran tampan kek Garry? Dia itu bagai malaikat maut yang melelehkan hati setiap cewek. Tau!"

Clara malah merasa jijik dengan segala pujian Dara terhadap Garry barusan.

"Terus, lo udah pernah jadian sama Garry?" tanya Clara iseng.

Wajah Dara tiba-tiba menjadi sedih. Ia menggeleng pelan dengan wajah yang tertunduk.

"Kasihan, ckckck." Clara menepuk pelan pundaknya Dara. "Semoga terwujud ya."

"Tapi!" kata Dara seketika, "gue bangga jadi temen lo yang berhasil membuat Garry ngejadiin lo selingkuhannya. Apalagi demi mutusin si Salwa itu."

Keknya nih satu sekolahan pada ngehate Salwa semua ya? Gue jadi pengen tau seberapa nakal si Salwa ini. Pikir Clara dalam hatinya.

"Pagi, sayang!" Suara lembut dan penyayang itu terdengar jelas di depan mereka. Keduanya pun menoleh dan terlihat Garry yang sedang melambaikan tangan.

"OMG, Garry!" Dara menutup mulutnya saking tak percaya hal ini. Meski dia tau sapaan barusan bukan untuknya.

"Sayang sayang, kepala lo peang!" jawab ketus Clara.

Garry pun mendekati mereka. "Haha, jangan kasar gitu dong, nanti cantiknya nambah." Cowok itu tersenyum lebar sampai matanya hanya terlihat segaris.

Nih cowok apaan sih!

Tatapan Garry beralih ke Dara, cewek itu syok seketika, matanya melebar. "Eh lo, cecurut, bisa pergi gak? Ganggu orang aja."

"Eh, apaan! Enak aja main ngusir. Kalo ada yang harus pergi dari sini, itu harusnya lo!" protes Clara di depan wajah Garry.

Sementara Dara, dia mematung. Benar-benar tak berkedip sedikit pun. Bagaimana bisa? Seorang yang ia kagumi selama ini telah berdiri di depannya dan berbicara dengannya. Yah, walaupun ia tak peduli dengan hinaan Garry barusan.

Garry akhirnya membuka matanya tipis, dengan tatapan sinis. "Ada yang mau gue omongin sama lo, bego. Lo kira gue mau akting beginian?!" pekik Garry pelan di dekat telinga Clara.

Ngomongin apa lagi nih?! Jangan bilang kalau mau ngadi-ngadi kek kemaren. Gue tonjok tuh orang, liat aja.

"Ikut gue," kata Garry, kemudian berbalik badan pergi dari sana.

"Dara, gue mau ngomongin sesuatu sama Garry. Lo ke kelas aja dulu ya."

Gadis patung itu hanya memberikan jempolnya. Clara pun segera menyusul Garry.

***

"Mau ngomongin apaan sih? Lebay banget," kata Clara saat mereka sudah ada di belakang bangunan sekolah yang sepi.

"Lebay lebay, gini gini reputasi gue di sekolah tuh tinggi. Jadi gini, gue mau—"

"Tunggu dulu, sebelum lo ngejelasin maksud lo. Gue minta penjelasan kenapa lo ngejadiin gue selingkuhan lo?"

Garry terkekeh. "Serius lo nanya itu? Ya udah, gue jawab. Karna buat jadiin alasan demi putus sama Salwa. Kenapa emang? Ada masalah sama lo?"

"Ya jelas ada lah, karna mau putus sama Salwa, lo jadiin gue bahan selingkuhan lo, padahal kita gak saling kenal sebelumnya."

"Jadi lo ke sekolah ini bukan karena mau jadi pacar gue?"

Hue! Percaya diri banget si es kutub satu ini. Clara masih waras dan benar-benar bersekolah untuk belajar, bukan malah ngejar jadi pacar anak orang.

"Bukanlah! Mending gue gak sekolah sekalian kalo cuma demi gituan."

"Oh oke. Jadi, gue mau tawarin kesepakatan sama lo."

"Kesepakatan apaan?" tanya Clara mulai tak mengerti arah perbicangan.

Garry mendekat dan memelankan suaranya. "Jadi selingkuhan gue dan bersikap layaknya seorang pacar di depan siswa lain maupun diluar sekolah."

Buset, ini artinya gue jadi pacar sewaan? Hm, aneh bin bego nih orang. Padahal cewek sekolah ada banyak, kenapa malah gue yang dipilih?

"Terus, untungnya bagi gue apaan?"

"Untungnya, gue bakal nanggung semua biaya sekolah lo. Mulai dari Biaya perbulan, tanggungan makan di kantin, serta semua ekskul yang lo minati."

Penawarannya menarik, tetapi sayang sekali, Clara harus menolaknya.

"Gue meno—"

"Gosah munafik," jawab Garry cepat, "gue tau lo rakyat level menengah dengan seorang ayah yang bekerja sebagai Editor di perusahaan cabang."

Kok....

"Lo bisa tau?!" Clara sedikit memekik.

"Ya jelas dong, gue bebas akses semua dokumentasi di sekolah ini. Termasuk data siswa baru maupun alumni. Semuanya bisa gue akses. Dan lo tau, harga perbulan sekolah ini itu setara dengan seper delapan gaji orang tua lo sebulan. Yakin Ayah lo bisa nebus semua fasilitas yang ada di sini?"

Clara terdiam, dia benar-benar tak menyangka jika begitu besar pengaruh seorang anak Donatur. Dia bahkan bisa membeli peran seseorang dalam hidupnya.

"Jadi gimana? Lo masih mau menolak tawaran sebagus ini?" tanya Garry, kembali menawarkan.

Krakkk!!!

Terdengar suara kayu yang patah karena diinjak seseorang. Keduanya segera menoleh ke belakang dan mendapati sebagian tubuh seorang siswa yang berlarian pergi dari sana.

"Cih!"

***

Hayo-hayo, ada yang tau gak siapa orang di scene atas? Ayo menebak, biar ceritanya makin seru.

Jangan lupa Vote dan Komennya ya❤️

TERIMA KASIH BANYAK!

I'm not Your Doll [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang